Guru Protes Hasil Porjar Gianyar
Inilah jadinya jika mereka (Panitia Porjar,Red) tak merasakan bagaimana beratnya mendidik anak-anak di lapangan.
GIANYAR, NusaBali
Pekan Olahraga Pelajar (Porjar) Kabupaten Gianyar Tahun 2019, berlangsung 25 – 31 Maret 2019, ditutup oleh Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Gianyar AA Widiawati, di Balai Budaya Gianyar, Senin (1/4). Acara ini diwarnai protes kalangan guru SMAN 1 Sukawati (Suksma).
Akibatnya, kontingen SMAN 1 Gianyar yang sebelumnya dicatat sebagai Juara Umum Porjar jenjang SMA/SMK, berganti ke SMAN 1 Sukawati. Tiga guru Suksma yang melontarkan protes yakni Wakasek Kesiswaaan Ni Ketut Darmini, Wayan Bajra dan Nyoman Murdana. Mereka protes karena pertandingan cabor (cabang olahraga) Kempo, Juara I diraih kontingen Suksma. Namun juara ini dianulir oleh Pengkab Kempo Gianyar selaku operator pertandingan. Koordinator Pertandingan Kempo Wayan Sada yang menanggapi langsung protes itu di Balai Budaya, beralasan pertandingan ini mengacu Porprov Bali 2019. Salah satu acuannya, berat badan atlet minimal 60 gram. Sedangkan berat atlet Suksma yang turun dalam Porjar itu rata-rata lebih dari 60 kg. ‘’Namun saya berani mempertandingkan cabor ini karena pesertanya cukup banyak, meskipun tak menentukan juara,’’ jelas Wayan Sada.
Kepala Bidang Olahraga Dispora Gianyar I Wayan Artawan selaku Panitia Porjar Gianyar berdalih memperingatkan kejuaraan itu sesuai data pelaksana pertandingan setiap cabor.
Mendengar itu, Wakasek Kesiswaaan Ni Ketut Darmini makin ngotot dan tak terima. Ia mengaku sangat takut dengan tuntutan para siswa dan orangtua siswa, jika juara anak-anak ini dibatalkan. Karena data hasil Porjar ini terbuka untuk umum. Ia menyayangkan sikap panitia yang mempertandingkan cabor tanpa menentukan juara.‘’Apa-apaan ini. Inilah jadinya jika mereka (Panitia Porjar,Red) tak merasakan bagaimana beratnya mendidik anak-anak di lapangan. Bes nyata-nyata panak nake maan juara, orahang sing maan juara (sangat nyata anak orang meraih juara, tapi dibilang dapat juara), ini aneh,’’ jelasnya.
Protes para guru ini membuahkan hasil. Kepala Bidang Olahraga Dispora Gianyar I Wayan Artawan dan Panitia Porjar, akhirnya nyerah. Apalagi protes itu telah dicium oleh para undangan yang makin gelisah menununggu acara dimulai. Wajah Artawan dan panitia lainnya juga tampak gelisah, penanda ketakutan acara makin molor jika protes itu tak ditanggapi.
Berkat protes itu, Suksma yang sebelumnya meraih 20 emas, nambah lagi satu emas jadi 21. Sekolah di Desa Sukawati ini pun akhirnya meraih Juara Umum jenjang SMA/SMK dengan perolehan 21 emas, 20 perak, dan 21 perunggu. Juara II diraih SMAN 1 Gianyar dengan 21 emas, 17 perak, dan 19 perunggu. Juara III SMAN 1 Ubud dengan 20 emas, 17 perak, dan 10 perunggu.
Juara Umum tingkat SD diraih UPD (unit pelaksana daerah) Kecamatan Gianyar dengan 30 emas, 29 perak, dan 50 perunggu. Kecamatan Sukawati 26 emas, 27 perak, dan 38 perunggu. Kecamatn Ubud 15 emas, 19 perak, 22 perunggu.
Tingkat SMP Juara I SMPN 1 Gianyar 24 emas, 19 perak, 22 perunggu. Juara II SMPN 1 Sukawati dengan 15 emas, 10 perak, dan 12 perunggu. Juara III SMPN 1 Tegallalang dengan 13 emas, 14 perak, dan 11 perunggu. Para peraih juara hanya dihadiahi sertifikat, kecuali peraih juara tingkat UPD kecamatan dan SMA/SMK meraih piala. Hingga acara penutupan kemarin, sertifikat juara belum dibagikan karena panitia belum mampu membuatkan dalam jumlah ribuan lembar. *lsa
Akibatnya, kontingen SMAN 1 Gianyar yang sebelumnya dicatat sebagai Juara Umum Porjar jenjang SMA/SMK, berganti ke SMAN 1 Sukawati. Tiga guru Suksma yang melontarkan protes yakni Wakasek Kesiswaaan Ni Ketut Darmini, Wayan Bajra dan Nyoman Murdana. Mereka protes karena pertandingan cabor (cabang olahraga) Kempo, Juara I diraih kontingen Suksma. Namun juara ini dianulir oleh Pengkab Kempo Gianyar selaku operator pertandingan. Koordinator Pertandingan Kempo Wayan Sada yang menanggapi langsung protes itu di Balai Budaya, beralasan pertandingan ini mengacu Porprov Bali 2019. Salah satu acuannya, berat badan atlet minimal 60 gram. Sedangkan berat atlet Suksma yang turun dalam Porjar itu rata-rata lebih dari 60 kg. ‘’Namun saya berani mempertandingkan cabor ini karena pesertanya cukup banyak, meskipun tak menentukan juara,’’ jelas Wayan Sada.
Kepala Bidang Olahraga Dispora Gianyar I Wayan Artawan selaku Panitia Porjar Gianyar berdalih memperingatkan kejuaraan itu sesuai data pelaksana pertandingan setiap cabor.
Mendengar itu, Wakasek Kesiswaaan Ni Ketut Darmini makin ngotot dan tak terima. Ia mengaku sangat takut dengan tuntutan para siswa dan orangtua siswa, jika juara anak-anak ini dibatalkan. Karena data hasil Porjar ini terbuka untuk umum. Ia menyayangkan sikap panitia yang mempertandingkan cabor tanpa menentukan juara.‘’Apa-apaan ini. Inilah jadinya jika mereka (Panitia Porjar,Red) tak merasakan bagaimana beratnya mendidik anak-anak di lapangan. Bes nyata-nyata panak nake maan juara, orahang sing maan juara (sangat nyata anak orang meraih juara, tapi dibilang dapat juara), ini aneh,’’ jelasnya.
Protes para guru ini membuahkan hasil. Kepala Bidang Olahraga Dispora Gianyar I Wayan Artawan dan Panitia Porjar, akhirnya nyerah. Apalagi protes itu telah dicium oleh para undangan yang makin gelisah menununggu acara dimulai. Wajah Artawan dan panitia lainnya juga tampak gelisah, penanda ketakutan acara makin molor jika protes itu tak ditanggapi.
Berkat protes itu, Suksma yang sebelumnya meraih 20 emas, nambah lagi satu emas jadi 21. Sekolah di Desa Sukawati ini pun akhirnya meraih Juara Umum jenjang SMA/SMK dengan perolehan 21 emas, 20 perak, dan 21 perunggu. Juara II diraih SMAN 1 Gianyar dengan 21 emas, 17 perak, dan 19 perunggu. Juara III SMAN 1 Ubud dengan 20 emas, 17 perak, dan 10 perunggu.
Juara Umum tingkat SD diraih UPD (unit pelaksana daerah) Kecamatan Gianyar dengan 30 emas, 29 perak, dan 50 perunggu. Kecamatan Sukawati 26 emas, 27 perak, dan 38 perunggu. Kecamatn Ubud 15 emas, 19 perak, 22 perunggu.
Tingkat SMP Juara I SMPN 1 Gianyar 24 emas, 19 perak, 22 perunggu. Juara II SMPN 1 Sukawati dengan 15 emas, 10 perak, dan 12 perunggu. Juara III SMPN 1 Tegallalang dengan 13 emas, 14 perak, dan 11 perunggu. Para peraih juara hanya dihadiahi sertifikat, kecuali peraih juara tingkat UPD kecamatan dan SMA/SMK meraih piala. Hingga acara penutupan kemarin, sertifikat juara belum dibagikan karena panitia belum mampu membuatkan dalam jumlah ribuan lembar. *lsa
Komentar