Reshuffle Memanas, Elite PDIP Bicara The Dream Team
JAKARTA, NusaBali
Wacana pergeseran pos menteri di Kabinet Indonesia Maju mencuat menyusul sinyal Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan reshuffle karena kecewa terhadap penanganan pandemi virus Corona (COVID-19) oleh jajarannya.
PDI Perjuangan menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden Jokowi soal reshuffle menteri. "Hak prerogatif Presiden. Presiden sepenuhnya berhak menilai kinerja para pembantunya, terutama kemampuan di saat-saat pandemi seperti sekarang," ungkap elite senior PDIP, Hendrawan Supratikno kepada wartawan, Rabu (1/7). "Dalam kondisi seperti ini, kepemimpinan, integritas, dan keberanian menentukan efektivitas program jadi momentum tepat bagi Presiden untuk menilainya," sambungnya.
Soal kemungkinan pos menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin, Hendrawan juga mengatakan menyerahkannya kepada keputusan Presiden. Menurut dia, sudah sewajarnya Jokowi menginginkan tim terbaik pada periode keduanya sebagai presiden ini.
"Masih kondisional 'asal'. Jadi masih menawar. Kami menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden. Ini periode kedua, sehingga orkestrasi kabinet yang mencerminkan 'the dream team' sepenuhnya ada di tangan Presiden," sebut Hendrawan. Anggota Komisi XI DPR RI ini juga berbicara soal reputasi dan legacy Jokowi sebagai taruhan pada periode keduanya menjadi presiden. Selain itu, kata Hendrawan, harapan publik yang besar kepada Jokowi juga menjadi alasan eks Gubernur DKI Jakarta tersebut ingin bekerja semaksimal mungkin.
"Pertaruhannya reputasi, legacy, dan harapan publik terhadap Presiden," jelas dia dilansir detik.com.Untuk diketahui, PDIP mendapat jatah empat kursi menteri sebagai partai pengusung utama Jokowi. Empat menteri yang ada di Kabinet Indonesia Maju, yakni Menkum HAM Yasonna Laoly, Mensos Jualiari Batubara, MenPAN-RB Tjahjo Kumolo, serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmavati Puspayoga.
Dalam sidang kabinet paripurna pada 18 Juni 2020, Presiden Jokowi mengungkapkan kekecewaannya kepada para menteri. Jokowi marah lantaran kurangnya sense of crisis di antara para pembantunya di tengah pandemi. *
Komentar