Yura Yunita Dapatkan Kekuatan Berkarya Setelah Tampil di Hadapan Para Tunanetra
DENPASAR, NusaBali.com
Yura Yunita, musisi kenamaan Indonesia sekaligus Founder Merakit Ruang Kolaborasi, berbagi pengalamannya saat bekerja sama dengan penyandang disabilitas khususnya teman tuli.
Lagu Yura yang bertajuk ‘Merakit’ juga telah dibuat dalam versi lirik menggunakan bahasa isyarat. “Saat itu aku senang sekali dihubungi oleh Bunda Galuh untuk mengerjakan project video klip Merakit dengan menggunakan bahasa isyarat,” ungkap Yura di sela-sela launching aplikasi Hear Me, Minggu (21/2/2021).
Hear Me sendiri adalah digital start-up di sektor sosial untuk menjembatani komunikasi antara teman tuli dan teman dengar yang diinisiasi oleh mahasiswa jurusan Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB).
Lagu Merakit dianggap Yura spesial karena memiliki cerita tersendiri baginya. “Sebagai tokoh publik, kadang kita harus menyembunyikan kesedihan kita supaya profesional. Saat itu aku sedang ada di titik terendahku dan ruang gerakku dibatasi. Kemudian suatu waktu aku diminta untuk bernyanyi di depan teman-teman disabilitas yaitu di sebuah yayasan tunanetra. Lalu aku kembali mendapatkan kekuatan hidup untuk bisa berkarya,” kenang Yura.
Menurut Yura, bahasa isyarat yang ditampilkan dalam musik video Merakit tersebut, dilakukan secara berbeda. “Bunda Galuh mengajarkan aku, bahwa sebagai sebuah karya sastra, meskipun bahasanya sama, tetapi cara penyampaiannya pun sedikit berbeda. Ada gerakan tangan dan ekspresi khusus agar pesan-pesan dalam lagu bisa tersampaikan,” jelas Yura.
Yura pun menjadi memahami bahwa bahasa isyarat tidak sekadar bahasa, namun juga telah menjadi sebuah bagian dalam budaya. Dari situlah Yura ingin menyediakan ruang belajar dan workshop teman tuli agar lebih dekat dengan musik. “Aku ajak tim perkusi aku untuk bisa mengajarkan perkusi yang kaya akan irama pada teman-teman tuli. Mereka juga belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan teman-teman tuli tersebut,” jelasnya. *
Hear Me sendiri adalah digital start-up di sektor sosial untuk menjembatani komunikasi antara teman tuli dan teman dengar yang diinisiasi oleh mahasiswa jurusan Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB).
Lagu Merakit dianggap Yura spesial karena memiliki cerita tersendiri baginya. “Sebagai tokoh publik, kadang kita harus menyembunyikan kesedihan kita supaya profesional. Saat itu aku sedang ada di titik terendahku dan ruang gerakku dibatasi. Kemudian suatu waktu aku diminta untuk bernyanyi di depan teman-teman disabilitas yaitu di sebuah yayasan tunanetra. Lalu aku kembali mendapatkan kekuatan hidup untuk bisa berkarya,” kenang Yura.
Menurut Yura, bahasa isyarat yang ditampilkan dalam musik video Merakit tersebut, dilakukan secara berbeda. “Bunda Galuh mengajarkan aku, bahwa sebagai sebuah karya sastra, meskipun bahasanya sama, tetapi cara penyampaiannya pun sedikit berbeda. Ada gerakan tangan dan ekspresi khusus agar pesan-pesan dalam lagu bisa tersampaikan,” jelas Yura.
Yura pun menjadi memahami bahwa bahasa isyarat tidak sekadar bahasa, namun juga telah menjadi sebuah bagian dalam budaya. Dari situlah Yura ingin menyediakan ruang belajar dan workshop teman tuli agar lebih dekat dengan musik. “Aku ajak tim perkusi aku untuk bisa mengajarkan perkusi yang kaya akan irama pada teman-teman tuli. Mereka juga belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan teman-teman tuli tersebut,” jelasnya. *
Komentar