Warga Mecaru di Lokasi Penebasan
DENPASAR, NusaBali
Lima hari pasca bentrokan maut yang menewaskan Gede Budiarsana, 34, di kawasan Monang Maning tepatnya di simpang Jalan Gunung Patuha VI - Jalan Gunung Kalimutu, prajuru dan krama adat Banjar Sanga Agung menggelar upacara penyucian wilayah menggunakan caru panca sata pada Wraspati Umanis Ugu, Kamis (29/7) pukul 10.00 Wita.
Selain di persimpangan itu juga digelar di Jalan Gunung Patuha VI Gang VII yang merupakan lokasi awal terjadinya bentrokan yang terjadi, Jumat (23/7) pukul 15.00 Wita.
Upacara yang dipuput oleh Jero Mangku Anak Agung Aji Mangku Sugiarta ini mempersembahkan lima jenis ayam. Pemilihan ayam sebagai persembahan karena ayam simbol rajas. Upacara penyucian wilayah yang dilakukan itu ke timur, barat, utara, selatan, dan tengah.
"Caru itu berasal dari kata car yang berarti penyucian. Pengembalian ke alam yang semestinya. Jadi hal-hal yang tidak baik, aura-aura yang sifatnya negatif dikembalikan kepada asalnya," ungkap Jero Mangku asal Jero Alangkajeng, Pemecutan ini.
Aura negatif yang datang dari timur kembali ke timur. Disucikan oleh Sang Hyang Iswara. Yang datang dari selatan kembali ke selatan. Disucikan oleh manifestasi Tuhan sebagai Brahma. Yang datang dari barat kembali ke barat. Disucikan oleh manifestasi Tuhan sebagai Mahadewa. Yang datang dari utara dikembalikan ke utara. Disucikan oleh Sang Hyang Wisnu. Yang di tengah disucikan oleh Sang Tri Murti (tiga kekuatan Tuhan yang tergabung dari Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Dengan upacara ini semua aura-aura tidak baik dikembalikan. Selain itu roh yang pernah tertinggal atau terpecik di tempat itu saat bentrokan maut itu dikembalikan ke sukma sariranya sang meninggal itu agar korban Gede Budiarsana tenang di alam sana.
"Jadi penyucian itu ke semua arah, yakni timur, selatan, barat, utara, dan tengah. Semua Dewa Dewi manifestasi Tuhan Yang Maha Esa Ida Sang Hyang Widhi Wasa diberitahu bahwa ada penyucian wilayah dalam ini disebut caru," tandas Jero Mangku Anak Agung Aji Mangku Sugiarta yang dalam upacara kemarin didampingi prajuru Banjar Sanga Agung, I Gusti Nyoman Sukra.
Sementara itu IG Nyoman Sukra mengatakan upacara ini digelar untuk ketenangan krama banjar setempat. Biaya upacara yang digelar kemarin ditanggung oleh Banjar Sanga Agung dan juga sumbangan dari perbekel Tegal Harum.
"Harapannya ke depan semoga tidak sampai terjadi lagi. Sebelum gelar upacara ini kami sudah melaksanakan rapat dengan prajuru banjar koordinasi juga sama ibu-ibu dan jero mangku terkait teknis pelaksanaan caru," tutur IG Nyoman Sukra. 7 pol
Komentar