Dam Jebol, Perbaikan Tunggu Akhir Tahun
Petani hanya bisa menanam komoditas yang tidak memerlukan banyak air karena Lahan pertanian bergantung pada DAM Banyuraras yang jebol.
SINGARAJA, NusaBali
Pasca jebolnya dam sungai Banyuraras, Desa Banjar Asem, Kecamatan Seririt, Buleleng beberapa waktu lalu, direncanakan baru bisa diperbaiki pada anggaran perubahan akhir tahun mendatang. Hal tersebut dikarenakan APBD Induk tahun 2017 sudah ketok palu. Akibatnya puluhan petani Desa Kalisada, Kecamatan Seririt, Buleleng, belum dapat merasakan aliran air untuk mengolah ratusan hektare lahan pertanian mereka.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Buleleng, Ketut Suparta Wijaya menjelaskan, pasca bencana yang merobohkan dam yang memiliki panjang kurang lebih 50 meter itu, sudah mendapat laporan dari pemerintah desa dan langsung melakukan pemantauan ke lokasi. Namun karena perbaikan dam itu memerlukan anggaran yang tidak sedikit, baru dapat diusulkan pada anggaran perubahan.
“Sudah kami pantau ke lapangan setelah kejadian, tetapi tidak bisa segera, baru bisa diajukan pada anggaran perubahan, karena memerlukan biaya sekitar Rp 500 jutaan,” ujar dia. Rencananya dam Banyuraras akan dibangun ulang dari nol, dengan menggunakan dana pasca bencana. Pihaknya pun meminta kepada para petani untuk bersabar menunggu perbaikan dam.
Sementara itu Perbekel Desa Kalisada, Nyoman Bagiarta dikonfirmasi terpisah membenarkan bahwa saat ini sejumlah petaninya belum dapat memanfaatkan air dari saluran dam Banyuraras. Untuk sementara sejumlah petani yang memiliki sumur dangkal di lahannya memanfaatkan air tadah hujan untuk mengairi lahan pertaniannya.
Tetapi tetap saja keberlangsungan air tadah hujan itu akan segera habis jika dua bulan tidak ada hujan turun.
Beberapa petani memang sudah turun tanam, namun komuditas pertanian yang ditanam berupa jagung dan kacang-kacangan yang tidak memerlukan banyak air. Hal tersebut pun dilakukan untuk meminimalisir kerugian pasca paceklik air akibat bencana ini.
“Benar-benar tidak ada air, karena sumber air ratusan hektar lahan petani kami di sini ada di dam Banyuraras yang jebol dan saluran irigasi Subak Yeh Kunyit yang saat ini juga masih tertutup material galian C, dan dipastikan banyak yang akan mengalami gagal tanam,” kata dia.
Pihaknya pun berharap pemerintah daerah segera turun tangan dalam perbaikan kerusakan saluran irigasi yang rusak. Sehingga petani yang terdampak dapat mengejar waktu tanam beberapa pekan lagi. *k23
Pasca jebolnya dam sungai Banyuraras, Desa Banjar Asem, Kecamatan Seririt, Buleleng beberapa waktu lalu, direncanakan baru bisa diperbaiki pada anggaran perubahan akhir tahun mendatang. Hal tersebut dikarenakan APBD Induk tahun 2017 sudah ketok palu. Akibatnya puluhan petani Desa Kalisada, Kecamatan Seririt, Buleleng, belum dapat merasakan aliran air untuk mengolah ratusan hektare lahan pertanian mereka.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Buleleng, Ketut Suparta Wijaya menjelaskan, pasca bencana yang merobohkan dam yang memiliki panjang kurang lebih 50 meter itu, sudah mendapat laporan dari pemerintah desa dan langsung melakukan pemantauan ke lokasi. Namun karena perbaikan dam itu memerlukan anggaran yang tidak sedikit, baru dapat diusulkan pada anggaran perubahan.
“Sudah kami pantau ke lapangan setelah kejadian, tetapi tidak bisa segera, baru bisa diajukan pada anggaran perubahan, karena memerlukan biaya sekitar Rp 500 jutaan,” ujar dia. Rencananya dam Banyuraras akan dibangun ulang dari nol, dengan menggunakan dana pasca bencana. Pihaknya pun meminta kepada para petani untuk bersabar menunggu perbaikan dam.
Sementara itu Perbekel Desa Kalisada, Nyoman Bagiarta dikonfirmasi terpisah membenarkan bahwa saat ini sejumlah petaninya belum dapat memanfaatkan air dari saluran dam Banyuraras. Untuk sementara sejumlah petani yang memiliki sumur dangkal di lahannya memanfaatkan air tadah hujan untuk mengairi lahan pertaniannya.
Tetapi tetap saja keberlangsungan air tadah hujan itu akan segera habis jika dua bulan tidak ada hujan turun.
Beberapa petani memang sudah turun tanam, namun komuditas pertanian yang ditanam berupa jagung dan kacang-kacangan yang tidak memerlukan banyak air. Hal tersebut pun dilakukan untuk meminimalisir kerugian pasca paceklik air akibat bencana ini.
“Benar-benar tidak ada air, karena sumber air ratusan hektar lahan petani kami di sini ada di dam Banyuraras yang jebol dan saluran irigasi Subak Yeh Kunyit yang saat ini juga masih tertutup material galian C, dan dipastikan banyak yang akan mengalami gagal tanam,” kata dia.
Pihaknya pun berharap pemerintah daerah segera turun tangan dalam perbaikan kerusakan saluran irigasi yang rusak. Sehingga petani yang terdampak dapat mengejar waktu tanam beberapa pekan lagi. *k23
Komentar