Jaga Kelestarian Sapi Bali, Pemeriksaan di RPH Diperketat
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng terus menggencarkan pelestarian sapi Bali.
Salah satunya memperketat pemeriksaan di Rumah Potong Hewan (RPH). Pengetatan tersebut untuk mengantisipasi sapi produktif masuk rumah jagal.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng, Made Suparma Minggu (24/10) kemarin mengatakan, produksi sapi Buleleng masih memenuhi permintaan pasar di Pulau Jawa. Baik untuk sapi potong maupun sapi kurban. Selain pemenuhan kebutuhan daging sapi lokal.
“Pemeriksaan rutin dilakukan sebelum ada pemotongan di RPH. Memang aturannya begitu sebelum dipotong wajib ada pemeriksaan dokter hewan. Dulu memang masih banyak yang nakal, dengan alasan sapi betina yang masih produktif dibilang jubeng (mandul), tapi sekarang sudah berkurang sejak ada perda,” jelas Suparma.
Pengepul yang membawa sapi produktif untuk dipotong akan dikembalikan. Namun mereka tetap dikenakan biaya jasa pemeriksaan. “Karena ada aturan itu petani dan pengepul tidak mau merugi lagi karena keluar ongkos transport ke RPH dua kali dan juga jasa pemeriksaan dari kami,” imbuh dia.
Pelestarian sapi Bali oleh pemerintah menurutnya memang sudah dicanangkan sebagai produk peternakan unggulan. Sapi Bali disebut Suparma tersebar merata di wilayah Kabupaten Buleleng. Baik untuk pembibitan maupun penggemukan. Populasi sapi Bali di tahun 2019 lalu data Dinas Pertanian Buleleng sebanyak 142 ribu ekor.
“Sebarannya hampir merata di wilayah Buleleng. Yang tidak ada sapi hanya di daerah Busungbiu atas dan Sawan atas, kami pakai peternakan kambing disana, selebihnya hampir merata,” kata Suparma. Produksi sapi Bali selama ini 6-7 ribu ekor terserap di pasar luar pulau. Baik untuk pemenuhan daging di swalayan dan pusat perbelanjaan, sebagian memenuhi kebutuhan hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha.
Selain mengetatkan pemeriksaan di RPH, Dinas Pertanian Buleleng juga mengembangkan inseminasi buatan sapi Bali. Keunggulan sapi Bali yang tahan digembalakan serta produktifitas tinggi 2 kali dalam 3 tahun, juga sedang diupayakan perbaikan genetik.
Salah satunya dengan sistem kawin suntik. Sapi betina pun disebut Suparma pantang dikawinkan dengan pejantan yang masih satu keluarga (satu kabupaten). Sehingga pemerintah provinsi Bali merancang inseminasi buatan seluruh kabupaten/kota di Bali. Masing-masing kabupaten diwajibkan menyetorkan bibit jagoan di daerahnya, kemudian akan diinseminasi dan diaplikasikan pada sapi betina produktif di luar kabupaten.*k23
Komentar