Depresi, Akhiri Hidup dengan Gantung Diri
Jero Raba, 42, warga Banjar Kayu Selem, Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Bangli, ditemukan tewas dengan tubuh menggantung di pohon nangka setinggi sekitar 4 meter.
BANGLI, NusaBali
Kejadian diketahui pada Sabtu (28/1) sekitar pukul 17.00 Wita. Lokasinya di pinggir jurang kawasan hutan bukit Pelemek, masih dalam wilayah Banjar Kayu Selem di Desa Songan B.
Informasi di lapangan, pada Sabtu (28/1) sekitar pukul 09.00 Wita korban meninggalkan rumahnya. Kepada keluarga korban bilang pergi ke kebun. Pihak keluarga kemudian merasa waswas, karena lewat tengah hari korban Jero Raba belum kembalike rumah. Padahal biasanya tak sampai demikian. Jelang tengah hari biasanya yang bersangkutan sudah pulang. Karena tetap tak muncul setelah ditunggu di rumah, keluarga korban melakukan pencarian ke kawasan ladang dan perkebunan sekitar.
Korban Jero Raba akhirnya ditemukan sekitar pukul 17.00 Wita. Korban pertama kali ditemukan I Nyoman Ginarsa, 18, yang tak lain anak korban. Ginarsa kemudian menyampaikan kondisi orangtuanya kepada anggota keluarga lainnya. Mereka kemudian melapor kepada prajuru setempat dan mengontak Polsek Kintamani, melaporkan lewat telepon.
Dipimpin Kanitreskrim AKP Dewa Gede Oka, personel Polsek Kintamani meluncur ke TKP. Tim Polsek tiba sekitar pukul 19.30 Wita. Korban kemudian dievakuasi, diturunkan dari pohon. Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dari Puskesmas Kintamani V. Dari hasil pemeriksaan, korban sudah tewas. Tidak ada tanda-tanda yang mengarah adanya kekerasan. Kesimpulannya, korban tewas diduga murni akibat gantung diri. Hal itu diperkuat hasil pemeriksaan yang menunjukkan tanda-tandanya orang tewas gantung diri. Antara lain adanya bekas luka belitan tali di leher, keluar cairan sperma dari kemaluan, dan keluarnya kotoran (tinja) dari anus.
Seizin Kapolsek Kompol I Gede Sumena, Kanireskrim AKP Dewa Gede Oka membenarkan kejadian tersebut. “Dari hasil pemeriksaan dan keterangan saksi, korban tewas diduga murni karena gantung diri,” ucap AKP Dewa Oka, Minggu (29/1). Diperkirakan korban gantung diri karena depresi yang dipicu berbagai persoalan hidup, terutama faktor kesulitan ekonomi. Papar AKP Dewa Oka, hal itu berdasarkan penuturan pihak keluarga. Dikatakan sekitar November 2016, korban sempat mengalami gangguan jiwa. Itulah yang diperkirakan menyebabkan korban melakukan perusakan palinggih (bangunan suci) di rumahnya. Belakangan setelah kondisi kejiwaannya membaik, korban menyesali perbuatannya. Itu pula yang menyebabkan korban kerap merenung. Apalagi korban belum mampu memperbaiki kembali dan menggelar upacara. Sedang di kebun dan ladang sering gagal panen. Hal itu kerap dikeluhkan korban kepada keluarganya. “Korban diduga merasa bersalah dan kemudian depresi,” kata AKP Dewa Oka.
Meski merasa sangat sedih pihak keluarga mengikhlaskan kejadian yang menimpa korban sebagai musibah. Pihak keluarga menolak dilakukan otopsi pada mayat korban, karena meyakini korban meninggal karena murni karena gantung diri. * k17
Kejadian diketahui pada Sabtu (28/1) sekitar pukul 17.00 Wita. Lokasinya di pinggir jurang kawasan hutan bukit Pelemek, masih dalam wilayah Banjar Kayu Selem di Desa Songan B.
Informasi di lapangan, pada Sabtu (28/1) sekitar pukul 09.00 Wita korban meninggalkan rumahnya. Kepada keluarga korban bilang pergi ke kebun. Pihak keluarga kemudian merasa waswas, karena lewat tengah hari korban Jero Raba belum kembalike rumah. Padahal biasanya tak sampai demikian. Jelang tengah hari biasanya yang bersangkutan sudah pulang. Karena tetap tak muncul setelah ditunggu di rumah, keluarga korban melakukan pencarian ke kawasan ladang dan perkebunan sekitar.
Korban Jero Raba akhirnya ditemukan sekitar pukul 17.00 Wita. Korban pertama kali ditemukan I Nyoman Ginarsa, 18, yang tak lain anak korban. Ginarsa kemudian menyampaikan kondisi orangtuanya kepada anggota keluarga lainnya. Mereka kemudian melapor kepada prajuru setempat dan mengontak Polsek Kintamani, melaporkan lewat telepon.
Dipimpin Kanitreskrim AKP Dewa Gede Oka, personel Polsek Kintamani meluncur ke TKP. Tim Polsek tiba sekitar pukul 19.30 Wita. Korban kemudian dievakuasi, diturunkan dari pohon. Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dari Puskesmas Kintamani V. Dari hasil pemeriksaan, korban sudah tewas. Tidak ada tanda-tanda yang mengarah adanya kekerasan. Kesimpulannya, korban tewas diduga murni akibat gantung diri. Hal itu diperkuat hasil pemeriksaan yang menunjukkan tanda-tandanya orang tewas gantung diri. Antara lain adanya bekas luka belitan tali di leher, keluar cairan sperma dari kemaluan, dan keluarnya kotoran (tinja) dari anus.
Seizin Kapolsek Kompol I Gede Sumena, Kanireskrim AKP Dewa Gede Oka membenarkan kejadian tersebut. “Dari hasil pemeriksaan dan keterangan saksi, korban tewas diduga murni karena gantung diri,” ucap AKP Dewa Oka, Minggu (29/1). Diperkirakan korban gantung diri karena depresi yang dipicu berbagai persoalan hidup, terutama faktor kesulitan ekonomi. Papar AKP Dewa Oka, hal itu berdasarkan penuturan pihak keluarga. Dikatakan sekitar November 2016, korban sempat mengalami gangguan jiwa. Itulah yang diperkirakan menyebabkan korban melakukan perusakan palinggih (bangunan suci) di rumahnya. Belakangan setelah kondisi kejiwaannya membaik, korban menyesali perbuatannya. Itu pula yang menyebabkan korban kerap merenung. Apalagi korban belum mampu memperbaiki kembali dan menggelar upacara. Sedang di kebun dan ladang sering gagal panen. Hal itu kerap dikeluhkan korban kepada keluarganya. “Korban diduga merasa bersalah dan kemudian depresi,” kata AKP Dewa Oka.
Meski merasa sangat sedih pihak keluarga mengikhlaskan kejadian yang menimpa korban sebagai musibah. Pihak keluarga menolak dilakukan otopsi pada mayat korban, karena meyakini korban meninggal karena murni karena gantung diri. * k17
Komentar