Pikel Bali Diminati Malaysia dan Timor Leste
Sempat terhenti saat pandemi Covid 19, kini siap ekspor 2 ton ke negeri jiran
DENPASAR,NusaBali
Tidak hanya manggis, komoditas pertanian dan hortikultura Bali lainnya juga diminati pasar luar negeri. Komoditas tersebut adalah pikel.
Pikel adalah sayuran yang diperam dalam larutan garam. Pikel sebagian besar dibuat dari ketimun dan beberapa dibuat dari terong, semangka atau sayur lainnya. Pikel sering digunakan pada industri resto yang memproduksi makanan siap saji.
Malaysia dan Timor Leste, diantaranya yang meminati pikel Bali yang dibudidayakan di sentra -sentra perkebunan sayur-mayur Bali seperti di Desa Candi Kuning, kawasan Bedugul, Baturiti Tabanan.
I Made Gunada, salah seorang pelaku usaha horti menuturkan hal tersebut. “Kalau ke Malaysia sebelumnya sudah pernah ekspor, namun karena pandemi Covid-19 sempat berhenti,” ujar pemilik usaha PT Wiguna Alam Persada ini.
Belakangan ekspor ke Malaysia sudah mulai kembali. Sebanyak 2 ton pikel telah dikirim ke negeri jiran tersebut. Menyusul Malaysia, Timor Leste juga minat.
“Sekarang sedang persiapan, namun sudah pasti akan ekspor,” tunjuk Gunada yang juga Ketua Gerakan PHK (Petani Harus Kaya) ini.
Untuk ekspor ke Timor Leste, rencananya 800 kilogram. Gunada menyatakan selain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, produk hortikultura Bali seperti jenis sayur-mayur juga untuk pasar ekspor.
Pandemi Covid-19 diakui berpengaruh terhadap serapan produk hortikultura Bali. Terjadi penurunan. Namun demikian masih tetap bisa bertahan. “Karena selain memasok untuk kebutuhan pasar lokal, juga suplier untuk resto-resto brand luar,” ujar Gunada.
Demikian juga tentang rencana penerapan PPKM Level 3 mulai 24 Desember 2021 sampai dengan 2 Januari 2021,diiyakan Gunada tentu akan berpengaruh terhadap serapan produk hortikultura. “Karena ada pembatasan tentu ada akan penurunan serapan,” ujarnya.
Terpisah Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiartha mengatakan, sesungguhnya banyak produk hortikultura Bali yang diminati pasar luar negeri. Hal itu karena petani Bali seperti di kawasan Baturiti, memang sudah mampu menghasilkan produk yang berkualitas.
“Sudah berpengalaman menyediakan produk untuk kebutuhan industri pariwisata, seperti hotel, restoran dan yang lain,” kata Sugiartha. Misalnya bagaimana membuat brocoli, kubis dan lainnya yang berkualitas. “Itu sudah biasa bagi petani di sana,” kata Sugiartha. Namun karena faktor packaging atau kemasan, yang baru bisa dikirim ke luar negeri produk-produk yang relatif tahan lama. Contohnya kentang, mentimun, wortel dan beberapa lainnya. Sedang yang dalam bentuk daun (sayur) belum bisa, karena waktu segar pendek.
Tambah Sugiartha meningkatnya animo pasar luar terhadap produk perdagangan Bali, khususnya hortikultura, tidak lepas dari kebijakan pemerintah. “Presiden Jokowi kan meminta kepada para dubes untuk ikut ‘memasarkan’ produk-produk kita di luar negeri,” ujar pria asal Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal Badung. “Yang jelas horkultura Bali memang potensial untuk ekspor dan sudah terbukti,” ujarnya. *k17
Pikel adalah sayuran yang diperam dalam larutan garam. Pikel sebagian besar dibuat dari ketimun dan beberapa dibuat dari terong, semangka atau sayur lainnya. Pikel sering digunakan pada industri resto yang memproduksi makanan siap saji.
Malaysia dan Timor Leste, diantaranya yang meminati pikel Bali yang dibudidayakan di sentra -sentra perkebunan sayur-mayur Bali seperti di Desa Candi Kuning, kawasan Bedugul, Baturiti Tabanan.
I Made Gunada, salah seorang pelaku usaha horti menuturkan hal tersebut. “Kalau ke Malaysia sebelumnya sudah pernah ekspor, namun karena pandemi Covid-19 sempat berhenti,” ujar pemilik usaha PT Wiguna Alam Persada ini.
Belakangan ekspor ke Malaysia sudah mulai kembali. Sebanyak 2 ton pikel telah dikirim ke negeri jiran tersebut. Menyusul Malaysia, Timor Leste juga minat.
“Sekarang sedang persiapan, namun sudah pasti akan ekspor,” tunjuk Gunada yang juga Ketua Gerakan PHK (Petani Harus Kaya) ini.
Untuk ekspor ke Timor Leste, rencananya 800 kilogram. Gunada menyatakan selain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, produk hortikultura Bali seperti jenis sayur-mayur juga untuk pasar ekspor.
Pandemi Covid-19 diakui berpengaruh terhadap serapan produk hortikultura Bali. Terjadi penurunan. Namun demikian masih tetap bisa bertahan. “Karena selain memasok untuk kebutuhan pasar lokal, juga suplier untuk resto-resto brand luar,” ujar Gunada.
Demikian juga tentang rencana penerapan PPKM Level 3 mulai 24 Desember 2021 sampai dengan 2 Januari 2021,diiyakan Gunada tentu akan berpengaruh terhadap serapan produk hortikultura. “Karena ada pembatasan tentu ada akan penurunan serapan,” ujarnya.
Terpisah Ketua DPD Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiartha mengatakan, sesungguhnya banyak produk hortikultura Bali yang diminati pasar luar negeri. Hal itu karena petani Bali seperti di kawasan Baturiti, memang sudah mampu menghasilkan produk yang berkualitas.
“Sudah berpengalaman menyediakan produk untuk kebutuhan industri pariwisata, seperti hotel, restoran dan yang lain,” kata Sugiartha. Misalnya bagaimana membuat brocoli, kubis dan lainnya yang berkualitas. “Itu sudah biasa bagi petani di sana,” kata Sugiartha. Namun karena faktor packaging atau kemasan, yang baru bisa dikirim ke luar negeri produk-produk yang relatif tahan lama. Contohnya kentang, mentimun, wortel dan beberapa lainnya. Sedang yang dalam bentuk daun (sayur) belum bisa, karena waktu segar pendek.
Tambah Sugiartha meningkatnya animo pasar luar terhadap produk perdagangan Bali, khususnya hortikultura, tidak lepas dari kebijakan pemerintah. “Presiden Jokowi kan meminta kepada para dubes untuk ikut ‘memasarkan’ produk-produk kita di luar negeri,” ujar pria asal Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal Badung. “Yang jelas horkultura Bali memang potensial untuk ekspor dan sudah terbukti,” ujarnya. *k17
Komentar