Ribuan Massa Tuntut Pembubaran FPI
“Ormas-ormas yang mengatasnamakan agama melakukan tindakan kekerasan, radikal. Kelompok ini melawan hukum dan menghancurkan sendi-sendi kerukunan antar umat beragama” (Koordinator aksi, I Gusti Ngurah Harta)
DENPASAR, NusaBali
Ribuan anggota organisasi kemasyarakatan (ormas), mahasiswa dan pecalang, yang menamakan dirinya Komponen Masyarakat Bali mengikuti 'Aksi Budaya Bela NKRI dan Jaga Kebhinekaan' di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Senin (6/2) sore. Ribuan massa ini berkumpul menuntut pembubaran ormas Front Pembela Islam (FPI) yang selama ini dinilai ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan termasuk dalam ormas intoleran di Indonesia.
Ribuan massa ini melakukan aksi dengan membawa spanduk bertuliskan penolakan dan menuntut pembubaran FPI diiringi orasi dan gamelan bleganjur serta dimeriahkan aksi barongsai dan naga serta tarian reog ponorogo.
Adapun komponen masyarakat Bali tersebut di antaranya, Pecalang, GP Ansor, Sandi Murti, Banser NU Denpasar, Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil Indonesia (PGLII), Persaudaraan Hindu Muslim Bali, Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara dan Patriot Garda Nusantara. Selain itu Ikatan Keluarga Minahasa, Ikatan Keluarga Bayumas, Sedulur Keluarga Besar Reog Ponorogo, Laskar Bali, Baladika, Flobamora, Paguyuban Perantau Timor, Keluarga Caraka Manggarai, Batubulan Bersatu, Jimbaran Bersatu, Sanur Bersatu, dan Pemuda Bali Bersatu. Elemen mahasiswa juga turut serta yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia serta sejumlah ormas lainnya.
Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Kuta, As'ad mengatakan bahwa GP Ansor mengerahkan sekitar 500 orang anggota dari Cabang Badung dan Denpasar yang mengikuti demostrasi. "Kami tegaskan, jangan usik kedamaian yang sudah terjaga sekian ratus tahun di Pulau Dewata ini. Kami menolak dengan tegas apapun, siapapun, agama apapun apabila mengganggu kedaulatan NKRI akan berhadapan dengan seluruh komponen yang ada di NKRI," ucap As'ad.
Kehadiran Ansor, lanjut dia, sebagai dukungan moral kepada masyarakat Bali terlebih setelah adanya kasus dugaan pelecehan terhadap Pecalang yang diucapkan Juru Bicara FPI Munarman saat mendatangi kantor Kompas di Jakarta. "Kami minta penegak hukum untuk memproses kasus Munarman setuntasnya jangan sampai aparat takut menegakkan hukum karena di Indonesia hukum itu panglima yang harus ditegakkan," katanya.
Koordinator aksi I Gusti Ngurah Harta, mengatakan aksi damai ini untuk meminta kepada pemerinta agar FPI dan ormas-ormas anarkis dan intoleran yang selalu menebarkan fitnah dan saling mencurigai agar segera dibubarkan. Dari Bali, keutuhan, persatuan dan kesatuan Bangsa dimulai. Dikatakannya, ormas-ormas radikal mengatasnamakan agama tersebut membuat negeri ini gaduh. Hal itu disebabkan oleh pemahaman tentang agama dan nasionalisme orgasnisasi tersebut sangat sempit. "Ormas-ormas yang mengatasnamakan agama melakukan tindakan kekerasan, radikal. Kelompok ini melawan hukum dan menghancurkan sendi-sendi kerukunan antar umat beragama," jelasnya.
Untuk itu, pemerintah dalam hal ini Gubernur Bali, diminta agar secepatnya menyampaikan aspirasi masyarakat prihal penolakan hingga permintaan pembubaran ketiga ormas yang dianggap radikal dan mengganggu keutuhan Bangsa. Salah satu contoh kongkrit fitnah dan adu domba yang dilakukan oleh pentolan FPI, Munarman, adalah dengan mengatakan ibadah umat muslim di Bali dilempari oleh pecalang dan dilarang. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. "Untuk itu, kami berharap pemerintah dalam hal ini, Presiden Joko Widodo untuk mengambil sikap untuk membubarkan organisasi masa FPI dan juga HTI dan MMI," tegasnya.
Sementara itu, tokoh Islam KH Nuril Arifin Husein atau biasa disapa Gus Nuril yang juga Ketua Umum Patriot Garda Nusantara mengatakan bahwa ada kelompok-kelompok tertentu yang akan mengubah dasar negara Pancasila dengan syariat. Kelompok ini mengatasnamakan agama Islam dan mencoreng umat Muslim secara keseluruhan. Untuk itu, ia memintah kelompok tersebut untuk segera keluar dari Indonesia atau membubarkan diri. "Ini adalah awal perang suci kita untuk melawan mereka yang merasa dan sok suci, sok nasionalis. Padahal, ada agenda-agenda terselubung didalam setiap aksi mereka," ungkapnya seraya berharap pemerintah harus sigap menyikapi aksi penolakan ini.
Aksi yang berlangsung damai mendapatkan kawalan dari sekitar 300 orang petugas polisi terdiri dari Intel, Sabhara, Dalmas, Narkoba dan Lalu Lintas. Selain petugas kepolisian, aksi unjuk rasa tersebut juga dikawal aparat TNI dan pecalang. * dar, cr63
Ribuan massa ini melakukan aksi dengan membawa spanduk bertuliskan penolakan dan menuntut pembubaran FPI diiringi orasi dan gamelan bleganjur serta dimeriahkan aksi barongsai dan naga serta tarian reog ponorogo.
Adapun komponen masyarakat Bali tersebut di antaranya, Pecalang, GP Ansor, Sandi Murti, Banser NU Denpasar, Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil Indonesia (PGLII), Persaudaraan Hindu Muslim Bali, Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara dan Patriot Garda Nusantara. Selain itu Ikatan Keluarga Minahasa, Ikatan Keluarga Bayumas, Sedulur Keluarga Besar Reog Ponorogo, Laskar Bali, Baladika, Flobamora, Paguyuban Perantau Timor, Keluarga Caraka Manggarai, Batubulan Bersatu, Jimbaran Bersatu, Sanur Bersatu, dan Pemuda Bali Bersatu. Elemen mahasiswa juga turut serta yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia serta sejumlah ormas lainnya.
Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Kuta, As'ad mengatakan bahwa GP Ansor mengerahkan sekitar 500 orang anggota dari Cabang Badung dan Denpasar yang mengikuti demostrasi. "Kami tegaskan, jangan usik kedamaian yang sudah terjaga sekian ratus tahun di Pulau Dewata ini. Kami menolak dengan tegas apapun, siapapun, agama apapun apabila mengganggu kedaulatan NKRI akan berhadapan dengan seluruh komponen yang ada di NKRI," ucap As'ad.
Kehadiran Ansor, lanjut dia, sebagai dukungan moral kepada masyarakat Bali terlebih setelah adanya kasus dugaan pelecehan terhadap Pecalang yang diucapkan Juru Bicara FPI Munarman saat mendatangi kantor Kompas di Jakarta. "Kami minta penegak hukum untuk memproses kasus Munarman setuntasnya jangan sampai aparat takut menegakkan hukum karena di Indonesia hukum itu panglima yang harus ditegakkan," katanya.
Koordinator aksi I Gusti Ngurah Harta, mengatakan aksi damai ini untuk meminta kepada pemerinta agar FPI dan ormas-ormas anarkis dan intoleran yang selalu menebarkan fitnah dan saling mencurigai agar segera dibubarkan. Dari Bali, keutuhan, persatuan dan kesatuan Bangsa dimulai. Dikatakannya, ormas-ormas radikal mengatasnamakan agama tersebut membuat negeri ini gaduh. Hal itu disebabkan oleh pemahaman tentang agama dan nasionalisme orgasnisasi tersebut sangat sempit. "Ormas-ormas yang mengatasnamakan agama melakukan tindakan kekerasan, radikal. Kelompok ini melawan hukum dan menghancurkan sendi-sendi kerukunan antar umat beragama," jelasnya.
Untuk itu, pemerintah dalam hal ini Gubernur Bali, diminta agar secepatnya menyampaikan aspirasi masyarakat prihal penolakan hingga permintaan pembubaran ketiga ormas yang dianggap radikal dan mengganggu keutuhan Bangsa. Salah satu contoh kongkrit fitnah dan adu domba yang dilakukan oleh pentolan FPI, Munarman, adalah dengan mengatakan ibadah umat muslim di Bali dilempari oleh pecalang dan dilarang. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. "Untuk itu, kami berharap pemerintah dalam hal ini, Presiden Joko Widodo untuk mengambil sikap untuk membubarkan organisasi masa FPI dan juga HTI dan MMI," tegasnya.
Sementara itu, tokoh Islam KH Nuril Arifin Husein atau biasa disapa Gus Nuril yang juga Ketua Umum Patriot Garda Nusantara mengatakan bahwa ada kelompok-kelompok tertentu yang akan mengubah dasar negara Pancasila dengan syariat. Kelompok ini mengatasnamakan agama Islam dan mencoreng umat Muslim secara keseluruhan. Untuk itu, ia memintah kelompok tersebut untuk segera keluar dari Indonesia atau membubarkan diri. "Ini adalah awal perang suci kita untuk melawan mereka yang merasa dan sok suci, sok nasionalis. Padahal, ada agenda-agenda terselubung didalam setiap aksi mereka," ungkapnya seraya berharap pemerintah harus sigap menyikapi aksi penolakan ini.
Aksi yang berlangsung damai mendapatkan kawalan dari sekitar 300 orang petugas polisi terdiri dari Intel, Sabhara, Dalmas, Narkoba dan Lalu Lintas. Selain petugas kepolisian, aksi unjuk rasa tersebut juga dikawal aparat TNI dan pecalang. * dar, cr63
1
Komentar