Suka Nyastra, Wariskan 100 Cakep Lontar
Mengenang Ida Pedanda Gede Made Buruan
AMLAPURA, NusaBali
Ida Pedanda Gede Made Buruan, dari Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, lebar (meninggal) pada Redite Umanis Langkir, Minggu (21/11). Pascalebar itu, Ida Pedanda mewariskan sedikitnya 100 cakep lontar.
Warisan ini sebagai wujud, semasih walaka, Ida Pedanda, intens nyurat aksara Bali di daun lontar. Isinya tentang dewasa ayu (hari baik), usada (pengobatan), dan hal-hal penting lainnya. Ida Pedanda tentu mewariskan siwakrana (perabotan untuk puja weda), namun belum ada kepastian siapa dari keluarga geria, yang akan melanjutkan menggunakan benda ini. “Masih dilinggihang di Pura Merajan,” jelas Ida Bagus Gunawan, putra sulung almarhum, saat dihubungi di Geria Ulon Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, beberapa waktu lalu.
Untuk diketahui, almarhum bersaudara 11 orang. Dari 11 itu, tiga di antaranya jadi sulinggih, termasuk almarhum. Dua adik almarhum yakni Ida Pedanda Gede Oka Pinatih madwijati tahun 2012. Beliau saat walaka bernama Ida Bagus Oka, pensiunan PNS di Kantor Camat Bebandem. Satu lagi, Ida Pedanda Oka Tianyar, madwijati tahun 2013, saat walaka bernama Ida Bagus Ketut Pager. “Dua sulinggih ini merupakan adik almarhum dan telah memiliki siwakrana sendiri-sendiri,” jelasnya.
Layon (jenazah) Ida Pedanda Gede Made Buruan dipalebon di Tempek Cingcing Buung, Banjar Mumbul, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Anggara Paing Pujut, Selasa (7/12), dipuput 14 pedanda. Ida Pedanda semasih walaka bernama Ida Bagus Made Derede, lebar di usia 85 tahun. Sebelumnya beliau dikenal sebagai seniman pahat topeng, nyurat aksara Bali di daun lontar, guru, dan politisi. Sebagai politisi, tercatat tiga periode menjabat anggota DPRD Karangasem dari Fraksi Golkar.
Ida Pedanda Gede Made Buruan, lebar saat perjalanan dari Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, hendak ke RS Bali Mandara Denpasar, Minggu (21/11) pukul 18.00 Wita. Layon Ida Pedanda kemudian diantar ke Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, berlanjut menggelar upacara Nyiramang Layon lan Munggah Maca Mana di Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Soma Paing Langkir, Senin (22/11) malam.
Saat palebon, 14 pedanda muput. Sembilan dari 14 pedanda itu yakni Ida Pedanda Gede Oka Pinatih, Ida Pedanda Gede Oka Tianyar dari Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Ida Pedanda Gede Kemenuh dan Ida Pedanda Istri Ngurah Pidada dari Geria Katon Sudi Kemenuh, Lingkungan Batan Ha II, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Ida Pedanda Sekaton dari Geria Tengah, Banjar/Desa Jungutan, Ida Pedanda Gede Pasuruan, Ida Pedanda Gede Sidemen dan Ida Pedanda Istri Oka dari Geria Kawan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pedanda Istri Karang dari Geria Suci, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem.
Prosesi palebon itu, diawali menggelar upacara di Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, selanjutnya layon Ida Pedanda Gede Made Buruan dilinggihang pada Padma. Sebagai dalam sastra Hindi Bali, Padma merupakan lambang stana Ida Bhatara Siwa. Selanjutnya setelah lewat pukul 12.00 Wita, layon diusung dari Geria Ulon menuju Tempek Cingcing Buung, Banjar Mumbul.
Setiba di Tempek Cingcing Buung, layon Ida Pedanda Gede Made Buruan diturunkan, dipindahkan ke Lembu Putih. Selanjutnya belasan Ida Pedanda nibakang tirta, lalu layon dibakar. Setelah pembakaran selesai, maka galih (tulang) dikumpulkan, kemudian direka di dalam bokor, ditempatkan di dalam linggih khusus, saat itulah 14 Ida Pedanda mapuja sebagai puncak palebon. Acara terakhir nyupit (nganyut) ke Pantai Jasri, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem.
Ida Bagus Gunawan, putra sulung Ida Pedanda Gede Made Buruan menuturkan, sebelum puncak palebon maka digelar rangkaian upacara, matetangi dilaksanakan Saniscara Wage Medangsia, Sabtu (4/12), upacara Nyurat Kereb dilaksanakan Soma Umanis Pujut, Senin (6/12).
Tujuan menggelar upacara menurut Ida Bagus Gunawan, hanya dua, menyucikan roh, sehingga arwah bisa mencapai bhwah loka atau alam pitra, untuk kembali ke Ida Sang Hyang Widhi. Tujuan kedua, adalah mengembalikan badan fisik ke Panca Maha Bhuta atau alam semesta melalui proses pralina. Almarhum lebar, meninggalkan 6 anak dan 13 cucu, sedangkan istrinya Ida Pedanda Rai Pemayun, telah lebar tahun 2018.
Almarhum madwijati tahun 1997, setelah pensiun jadi Kasek SDN 1 Sibetan, Kecamatan Bebandem, tercatat sebagai salah satu pendiri SMP Guna Karya, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem. Kemudian SMP tersebut menjadi SMPN Sibetan, terakhir jadi SMPN 1 Bebandem.
Ida Pedanda Gede Made Buruan mulanya meniti karier sebagai guru, juga dikaryakan sebagai anggota DPRD Karangasem dari Fraksi Golkar tiga periode, masa bhakti, 1982-1987, 1987-1992 dan 1992-1997.
Selama struck katanya, setahun terakhir tidak lagi katuran muput upacara, dan sejak 4 bulan terakhir tidak lagi menggelar ritual nyurya sewana. Sebab, tidak kuat lagi berjalan.
Selama walaka aktif sebagai tukang ukir topeng, dan nyurat aksara Bali di daun lontar, hingga terkumpul puluhan keropak, pensiun jadi guru tahun 1997.
Almarhum merupakan putra ke-2 dari 11 bersaudara, pasangan almarhum Ida Bagus Made Anha dan Jro Mekele Mimba. Dari 11 bersaudara itu, hanya 3 orang yang jadi pedanda, termasuk adik kandungnya Ida Pedanda Gede Oka Pinatih. "Beliau lebar, karena sudah lingsir," ujar Ida Bagus Gunawan. *k16
Untuk diketahui, almarhum bersaudara 11 orang. Dari 11 itu, tiga di antaranya jadi sulinggih, termasuk almarhum. Dua adik almarhum yakni Ida Pedanda Gede Oka Pinatih madwijati tahun 2012. Beliau saat walaka bernama Ida Bagus Oka, pensiunan PNS di Kantor Camat Bebandem. Satu lagi, Ida Pedanda Oka Tianyar, madwijati tahun 2013, saat walaka bernama Ida Bagus Ketut Pager. “Dua sulinggih ini merupakan adik almarhum dan telah memiliki siwakrana sendiri-sendiri,” jelasnya.
Layon (jenazah) Ida Pedanda Gede Made Buruan dipalebon di Tempek Cingcing Buung, Banjar Mumbul, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Anggara Paing Pujut, Selasa (7/12), dipuput 14 pedanda. Ida Pedanda semasih walaka bernama Ida Bagus Made Derede, lebar di usia 85 tahun. Sebelumnya beliau dikenal sebagai seniman pahat topeng, nyurat aksara Bali di daun lontar, guru, dan politisi. Sebagai politisi, tercatat tiga periode menjabat anggota DPRD Karangasem dari Fraksi Golkar.
Ida Pedanda Gede Made Buruan, lebar saat perjalanan dari Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, hendak ke RS Bali Mandara Denpasar, Minggu (21/11) pukul 18.00 Wita. Layon Ida Pedanda kemudian diantar ke Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, berlanjut menggelar upacara Nyiramang Layon lan Munggah Maca Mana di Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Soma Paing Langkir, Senin (22/11) malam.
Saat palebon, 14 pedanda muput. Sembilan dari 14 pedanda itu yakni Ida Pedanda Gede Oka Pinatih, Ida Pedanda Gede Oka Tianyar dari Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Ida Pedanda Gede Kemenuh dan Ida Pedanda Istri Ngurah Pidada dari Geria Katon Sudi Kemenuh, Lingkungan Batan Ha II, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Ida Pedanda Sekaton dari Geria Tengah, Banjar/Desa Jungutan, Ida Pedanda Gede Pasuruan, Ida Pedanda Gede Sidemen dan Ida Pedanda Istri Oka dari Geria Kawan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pedanda Istri Karang dari Geria Suci, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem.
Prosesi palebon itu, diawali menggelar upacara di Geria Ulon, Banjar/Desa Jungutan, selanjutnya layon Ida Pedanda Gede Made Buruan dilinggihang pada Padma. Sebagai dalam sastra Hindi Bali, Padma merupakan lambang stana Ida Bhatara Siwa. Selanjutnya setelah lewat pukul 12.00 Wita, layon diusung dari Geria Ulon menuju Tempek Cingcing Buung, Banjar Mumbul.
Setiba di Tempek Cingcing Buung, layon Ida Pedanda Gede Made Buruan diturunkan, dipindahkan ke Lembu Putih. Selanjutnya belasan Ida Pedanda nibakang tirta, lalu layon dibakar. Setelah pembakaran selesai, maka galih (tulang) dikumpulkan, kemudian direka di dalam bokor, ditempatkan di dalam linggih khusus, saat itulah 14 Ida Pedanda mapuja sebagai puncak palebon. Acara terakhir nyupit (nganyut) ke Pantai Jasri, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem.
Ida Bagus Gunawan, putra sulung Ida Pedanda Gede Made Buruan menuturkan, sebelum puncak palebon maka digelar rangkaian upacara, matetangi dilaksanakan Saniscara Wage Medangsia, Sabtu (4/12), upacara Nyurat Kereb dilaksanakan Soma Umanis Pujut, Senin (6/12).
Tujuan menggelar upacara menurut Ida Bagus Gunawan, hanya dua, menyucikan roh, sehingga arwah bisa mencapai bhwah loka atau alam pitra, untuk kembali ke Ida Sang Hyang Widhi. Tujuan kedua, adalah mengembalikan badan fisik ke Panca Maha Bhuta atau alam semesta melalui proses pralina. Almarhum lebar, meninggalkan 6 anak dan 13 cucu, sedangkan istrinya Ida Pedanda Rai Pemayun, telah lebar tahun 2018.
Almarhum madwijati tahun 1997, setelah pensiun jadi Kasek SDN 1 Sibetan, Kecamatan Bebandem, tercatat sebagai salah satu pendiri SMP Guna Karya, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem. Kemudian SMP tersebut menjadi SMPN Sibetan, terakhir jadi SMPN 1 Bebandem.
Ida Pedanda Gede Made Buruan mulanya meniti karier sebagai guru, juga dikaryakan sebagai anggota DPRD Karangasem dari Fraksi Golkar tiga periode, masa bhakti, 1982-1987, 1987-1992 dan 1992-1997.
Selama struck katanya, setahun terakhir tidak lagi katuran muput upacara, dan sejak 4 bulan terakhir tidak lagi menggelar ritual nyurya sewana. Sebab, tidak kuat lagi berjalan.
Selama walaka aktif sebagai tukang ukir topeng, dan nyurat aksara Bali di daun lontar, hingga terkumpul puluhan keropak, pensiun jadi guru tahun 1997.
Almarhum merupakan putra ke-2 dari 11 bersaudara, pasangan almarhum Ida Bagus Made Anha dan Jro Mekele Mimba. Dari 11 bersaudara itu, hanya 3 orang yang jadi pedanda, termasuk adik kandungnya Ida Pedanda Gede Oka Pinatih. "Beliau lebar, karena sudah lingsir," ujar Ida Bagus Gunawan. *k16
Komentar