Merawat 'Bara' Seni Warisan Dewa Agung Api
Pameran Topeng Seniman Desa Singapadu, Gianyar
Dewa Agung Api merupakan salah seorang putra dari I Dewa Agung Anom alias Sri Aji Wirya Sirikan, raja atau Dalem Sukawati, yang berasal dari Klungkung.
GIANYAR, NusaBali
18 seniman pemahat topeng menggelar pameran, sejak 11 Desember 2021. Mereka merupakan bagian dari seniman topeng yang bernaung dalam Asosiasi Seniman Tari dan Topeng Singapadu. Pameran ini menyuguhkan pesan utama tentang pentingnya merawat ‘bara’ atau semangat kesenimanan I Dewa Agung Api, generasi pertama pembuat topeng di Singapadu dari puri setempat.
Karya-karya mereka dipajang untuk disaksikan di dalam ruangan sebuah gedung di Puri Anyar Singapadu, tidak jauh dari perempatan Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar. 18 seniman tersebut yakni I Gusti Ngurah Mirjana, I Nyoman Narka, I Nyoman Carman, Tjokorda Gede Sutrisna Putra, I Ketut Arjana. Terus Cokorda Alit Artawan, Cokorda Putra Wiyuda, I Komang Erik Setiawan, I Made Ova Yudana, I Gede Adi Suartika, I Putu Ade Sastra Wiguna. Selanjutnya I Gede Pasek Wira Angga, I Kadek Swintara, I Gusti Putu Arya Pratama, I Kadek Herman, I Made Depyo, Wayan Raditya dan I Komang Agus Triyana Putra.
Topeng yang dipamerkan beragam. Sesuai dengan karakter wajah yakni topeng keras, topeng tua, topeng bondres, dan topeng ratu. Wujudnya pula beragam mulai dari topeng barong, rangda, topeng wajah orang, topeng dalem, bondres, garuda dan yang lainnya.
Wakil Ketua Asosiasi Seniman Tari dan Topeng Singapadu I Wayan Jana,52, menuturkan pameran sejak 11 Desember 2021 - 11 Januari 2022 ini merupakan awal dari rangkaian pameran serupa yang akan digelar berkelanjutan sampai pengujung 2022 atau Desember 2022 yang akan datang. “Pameran ini merupakan pemanasan. Selanjutnya akan ada pameran menyusul” ujar Jana, Jumat (7/7). Namun sesi, waktu dan tempat pamerannya masih akan dibahas lagi.
Dikatakan Jana, pameran topeng tersebut bermula dari melihat semarak dan gairah berkarya membuat topeng di Desa Singapadu. Tidak saja oleh pemahat-pemahat yang sudah senior, tak kalah semangat adalah dari kalangan generasi penerus atau para pemahat muda. “Pemahat topeng ini kini banyak dari kalangan anak mileneal,” lanjut Jana, ditemani I Made Suarmika yang akrab disapa Kacung Ledung dan beberapa pemahat lainnya.
Dari situlah, jelas Jana, kalangan seniman topeng rembug-rembug. “Kita, teman- teman di asosiasi dengan dengan Ketua (Ketua Asosiasi Tari dan Seniman Topeng Singapadu Cokorda Alit Artawan), dengan adik-adik “ ucap dia. Dari rembug- rembug disepakati untuk memberi ruang dan wadah bagi seniman topeng untuk menunjukkan hasil karya secara khusus dan mendalam.
Pemeran ini sesungguhnya sambung-menyambung. Karena kreativitas sehari- hari para seniman pemahat topeng tetap berkarya di tempat tinggal masing-masing. Tempat dimaksud baik di griya, puri, jero, rumah atau di studio seni masing-masing. Karena walau dalam suasana pandemi Covid-19 tak menghalangi seniman topeng Singapadu untuk berkarya. “Seperti ini, Cokorda tetap berkarya,” ujar Jana pada Cokorda Putra Wiyuda, salah seorang seniman muda peserta pameran.
Kata Jana, pameran ini sebagai representasi tentang budaya seniman membuat topeng di Singapadu sudah mengakar kuat. Dia pun menjelaskan tentang asal muasal topeng Singapadu. Dirinya berharap budaya topeng di Singapadu tetap ajeg untuk selamanya. “Tidak hanya untuk hari ini, tetapi untuk selanjutnya,” ucap Jana.
Budayawan asal Desa Singapadu, I Wayan Dibya mendiskripsi pameran ini dalam tulisannya ‘Budaya Topeng Desa Singapadu’. Tulisan ini dipajang dalam ruang pameran, menyebutkan budaya topeng di Desa Singapadu berawal dari sekitar awal abad XIII, dimulai dari tapel barong berwujud mahkluk mithologi yang diyakini memiliki kekuatan magis. ‘’Selanjutnya, dari tapel ini kemudian disemarakkan oleh pembuatan tapel topeng- topeng berwujud manusia, yang digunakan dalam drama tari topeng,’’ ujar guru besar tari ISI Denpasar ini.
Dibya menyebut, berdasarkan beberapa catatan yang berhasil dikumpulkan generasi pertama pembuat topeng di Singapadu adalah I Dewa Agung Api dari Puri Singapadu. Dewa Agung Api merupakan salah seorang putra dari I Dewa Agung Anom alias Sri Aji Wirya Sirikan, raja atau Dalem Sukawati, yang berasal dari Klungkung. Berdasarkan Babad Sukawati, putra I Dewa Agung Jambe (I Dewa Agung Anom) pindah ke tanah Timbul, Sukawati sekitar abad XVIII.
Generasi kedua pembuat tapel di Singapadu yakni I Dewa Agung Geni atau Dewagung Geni. Pembuat barong (tapel/topeng) generasi ketiga adalah Ida Tjokorda Raka Tublen, yang di kalangan para seniman lebih dikenal dengan Dewagung Singapadu.
Karya- karya topeng barong Tjokorda Oka Tublen atau Dewagung Singapadu, tersebar hampir di seluruh pelosok Bali. Sebagian besar sebagai barong kramat atau sungsungan warga setempat. Selain itu, karya-karya topeng dari Dewagung Singapadu banyak dimiliki penari-penari topeng ternama di Bali. Tak terkecuali, para kolektor dalam dan luar negeri.
Masih dari diskripsi Dibya, sebagai seniman pembuat topeng barong, Tjokoda Oka Tublen telah berhasil mendidik sejumlah pembuat topeng barong. Para seniman yang lama berguru kepada beliau yakni I Wayan Tangguh dari Banjar Mukti, Desa Singapadu (sebagai generasi ke-empat), I Wayan Tedun dari Banjar Apuan, Desa Singapadu, yang kemudian disusul I Gusti Putu Beratha dari Banjar Apuan, Desa Singapadu. Penerus langsung dari Tjokorda Oka Tublen adalah putranya sendiri, Tjokorda Raka Tisnu.
Setelah I Wayan Tangguh dan I Wayan Tedun, muncul sejumlah nama seniman pembuat topeng yang kemudian ikut menyemarakkan kehidupan budaya topeng di Desa Singapadu. Secara berurutan, generasi pembuat topeng berikutnya yakni I Gusti Putu Beratha dan I Ketut Sarwa (Banjar Apuan), I Nyoman Renu (Banjar Mukti), Tjokorda Raka Tisnu (Banjar Sengguan), Cokorda Alit Sedana (Banjar Mukti) dan I Made Hartawan (Banjar Apuan). Generasi berikutnya adalah Mangku Karma, Mangku Adi Kusuma dan I Ketut Kodi. Sesungguhnya masih banyak ada sejumlah nama lain yang bisa dimasukkan dalam daftar panjang seniman pembuat topeng di Singapadu. Namun nama-nama yang telah disebutkan di atas termasuk nama-nama yang hingga kini tetap suntuk menggeluti seni topeng.
Menurut Dibya, suburnya budaya tari topeng di Desa Singapadu, tidak bisa dilepaskan dari peran serta dan kontribusi sejumlah seniman desa setempat. Di antaranya melalui kerjasama dengan para seniman dari luar Singapadu, baik sebagai pembuat maupun sebagai pelaku (penari) barong dan topeng. “Hingga kini budaya topeng di Singapadu masih tumbuh subur, yang ditandai dengan munculnya sejumlah seniman pembuat dan penari topeng,” papar Dibya budayawan asal Desa Singapadu yang mahir menari topeng ini. *k17
Karya-karya mereka dipajang untuk disaksikan di dalam ruangan sebuah gedung di Puri Anyar Singapadu, tidak jauh dari perempatan Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar. 18 seniman tersebut yakni I Gusti Ngurah Mirjana, I Nyoman Narka, I Nyoman Carman, Tjokorda Gede Sutrisna Putra, I Ketut Arjana. Terus Cokorda Alit Artawan, Cokorda Putra Wiyuda, I Komang Erik Setiawan, I Made Ova Yudana, I Gede Adi Suartika, I Putu Ade Sastra Wiguna. Selanjutnya I Gede Pasek Wira Angga, I Kadek Swintara, I Gusti Putu Arya Pratama, I Kadek Herman, I Made Depyo, Wayan Raditya dan I Komang Agus Triyana Putra.
Topeng yang dipamerkan beragam. Sesuai dengan karakter wajah yakni topeng keras, topeng tua, topeng bondres, dan topeng ratu. Wujudnya pula beragam mulai dari topeng barong, rangda, topeng wajah orang, topeng dalem, bondres, garuda dan yang lainnya.
Wakil Ketua Asosiasi Seniman Tari dan Topeng Singapadu I Wayan Jana,52, menuturkan pameran sejak 11 Desember 2021 - 11 Januari 2022 ini merupakan awal dari rangkaian pameran serupa yang akan digelar berkelanjutan sampai pengujung 2022 atau Desember 2022 yang akan datang. “Pameran ini merupakan pemanasan. Selanjutnya akan ada pameran menyusul” ujar Jana, Jumat (7/7). Namun sesi, waktu dan tempat pamerannya masih akan dibahas lagi.
Dikatakan Jana, pameran topeng tersebut bermula dari melihat semarak dan gairah berkarya membuat topeng di Desa Singapadu. Tidak saja oleh pemahat-pemahat yang sudah senior, tak kalah semangat adalah dari kalangan generasi penerus atau para pemahat muda. “Pemahat topeng ini kini banyak dari kalangan anak mileneal,” lanjut Jana, ditemani I Made Suarmika yang akrab disapa Kacung Ledung dan beberapa pemahat lainnya.
Dari situlah, jelas Jana, kalangan seniman topeng rembug-rembug. “Kita, teman- teman di asosiasi dengan dengan Ketua (Ketua Asosiasi Tari dan Seniman Topeng Singapadu Cokorda Alit Artawan), dengan adik-adik “ ucap dia. Dari rembug- rembug disepakati untuk memberi ruang dan wadah bagi seniman topeng untuk menunjukkan hasil karya secara khusus dan mendalam.
Pemeran ini sesungguhnya sambung-menyambung. Karena kreativitas sehari- hari para seniman pemahat topeng tetap berkarya di tempat tinggal masing-masing. Tempat dimaksud baik di griya, puri, jero, rumah atau di studio seni masing-masing. Karena walau dalam suasana pandemi Covid-19 tak menghalangi seniman topeng Singapadu untuk berkarya. “Seperti ini, Cokorda tetap berkarya,” ujar Jana pada Cokorda Putra Wiyuda, salah seorang seniman muda peserta pameran.
Kata Jana, pameran ini sebagai representasi tentang budaya seniman membuat topeng di Singapadu sudah mengakar kuat. Dia pun menjelaskan tentang asal muasal topeng Singapadu. Dirinya berharap budaya topeng di Singapadu tetap ajeg untuk selamanya. “Tidak hanya untuk hari ini, tetapi untuk selanjutnya,” ucap Jana.
Budayawan asal Desa Singapadu, I Wayan Dibya mendiskripsi pameran ini dalam tulisannya ‘Budaya Topeng Desa Singapadu’. Tulisan ini dipajang dalam ruang pameran, menyebutkan budaya topeng di Desa Singapadu berawal dari sekitar awal abad XIII, dimulai dari tapel barong berwujud mahkluk mithologi yang diyakini memiliki kekuatan magis. ‘’Selanjutnya, dari tapel ini kemudian disemarakkan oleh pembuatan tapel topeng- topeng berwujud manusia, yang digunakan dalam drama tari topeng,’’ ujar guru besar tari ISI Denpasar ini.
Dibya menyebut, berdasarkan beberapa catatan yang berhasil dikumpulkan generasi pertama pembuat topeng di Singapadu adalah I Dewa Agung Api dari Puri Singapadu. Dewa Agung Api merupakan salah seorang putra dari I Dewa Agung Anom alias Sri Aji Wirya Sirikan, raja atau Dalem Sukawati, yang berasal dari Klungkung. Berdasarkan Babad Sukawati, putra I Dewa Agung Jambe (I Dewa Agung Anom) pindah ke tanah Timbul, Sukawati sekitar abad XVIII.
Generasi kedua pembuat tapel di Singapadu yakni I Dewa Agung Geni atau Dewagung Geni. Pembuat barong (tapel/topeng) generasi ketiga adalah Ida Tjokorda Raka Tublen, yang di kalangan para seniman lebih dikenal dengan Dewagung Singapadu.
Karya- karya topeng barong Tjokorda Oka Tublen atau Dewagung Singapadu, tersebar hampir di seluruh pelosok Bali. Sebagian besar sebagai barong kramat atau sungsungan warga setempat. Selain itu, karya-karya topeng dari Dewagung Singapadu banyak dimiliki penari-penari topeng ternama di Bali. Tak terkecuali, para kolektor dalam dan luar negeri.
Masih dari diskripsi Dibya, sebagai seniman pembuat topeng barong, Tjokoda Oka Tublen telah berhasil mendidik sejumlah pembuat topeng barong. Para seniman yang lama berguru kepada beliau yakni I Wayan Tangguh dari Banjar Mukti, Desa Singapadu (sebagai generasi ke-empat), I Wayan Tedun dari Banjar Apuan, Desa Singapadu, yang kemudian disusul I Gusti Putu Beratha dari Banjar Apuan, Desa Singapadu. Penerus langsung dari Tjokorda Oka Tublen adalah putranya sendiri, Tjokorda Raka Tisnu.
Setelah I Wayan Tangguh dan I Wayan Tedun, muncul sejumlah nama seniman pembuat topeng yang kemudian ikut menyemarakkan kehidupan budaya topeng di Desa Singapadu. Secara berurutan, generasi pembuat topeng berikutnya yakni I Gusti Putu Beratha dan I Ketut Sarwa (Banjar Apuan), I Nyoman Renu (Banjar Mukti), Tjokorda Raka Tisnu (Banjar Sengguan), Cokorda Alit Sedana (Banjar Mukti) dan I Made Hartawan (Banjar Apuan). Generasi berikutnya adalah Mangku Karma, Mangku Adi Kusuma dan I Ketut Kodi. Sesungguhnya masih banyak ada sejumlah nama lain yang bisa dimasukkan dalam daftar panjang seniman pembuat topeng di Singapadu. Namun nama-nama yang telah disebutkan di atas termasuk nama-nama yang hingga kini tetap suntuk menggeluti seni topeng.
Menurut Dibya, suburnya budaya tari topeng di Desa Singapadu, tidak bisa dilepaskan dari peran serta dan kontribusi sejumlah seniman desa setempat. Di antaranya melalui kerjasama dengan para seniman dari luar Singapadu, baik sebagai pembuat maupun sebagai pelaku (penari) barong dan topeng. “Hingga kini budaya topeng di Singapadu masih tumbuh subur, yang ditandai dengan munculnya sejumlah seniman pembuat dan penari topeng,” papar Dibya budayawan asal Desa Singapadu yang mahir menari topeng ini. *k17
Komentar