Pengarak Ogoh-ogoh Tak Wajib Swab Test
Jika Kasus Covid-19 Terus Naik Arak-arakan Ogoh-ogoh Bisa Ditunda
Jika kasus Covid-19 terus melonjak hingga mendekati Pangrupukan Nyepi, pelaksanaan arak-arakan ogoh-ogoh dan rangkaiannya kembali akan ditunda
DENPASAR, NusaBali
Pengarakan ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi Tahun Saka 1944 di Denpasar untuk sementara masih tetap sesuai dengan perencanaan awal. Sementara swab test bagi pengarak ogoh-ogoh di Denpasar tidak berlaku, seperti dalam Surat Edaran (SE) Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali.
Bendesa Madya MDA Kota Denpasar, Anak Agung Ketut Sudiana saat diwawancarai, Selasa (25/1) mengatakan kendati sempat ada kenaikan kasus di Bali dan di Denpasar, namun prosesi arak-arakan ogoh-ogoh saat pangrupukan masih tetap mengacu pada SE MDA Provinsi Bali. Akan tetapi, untuk arak-arakan ogoh-ogoh saat ini semakin diperketat dengan protokol kesehatan.
Mereka yang terlibat dalam arak-arakan hanya maksimal 50 orang dari tukang tegen hingga sekaa baleganjur. Selain itu mereka juga wajib minimal vaksinasi dua kali dan menggunakan masker. Mereka akan diawasi melalui aplikasi pedulilindungi yang diaktifkan juga saat pangrupukan. Agung Sudiana menambahkan kendati ada syarat wajib swab test bagi peserta arak-arakan ogoh-ogoh, namun di Denpasar sepakat tidak mewajibkan hal itu. Sebab, jika itu dilaksanakan para Yowana akan kesulitan. "Sehingga ada kesepakatan saat rapat tidak menggunakan swab test sebagai syarat peserta ogoh-ogoh," jelasnya.
Menurut dia, teknis tersebut bisa dilaksanakan jika Covid-19 di Kota Denpasar tetap melandai. Namun, jika kasus Covid-19 di Kota Denpasar terus melonjak hingga mendekati Pangrupukan Nyepi, pelaksanaan arak-arakan ogoh-ogoh dan rangkaiannya kembali akan ditunda sampai Covid-19 mengalami penurunan.
Dalam rapat, Agung Sudiana mengaku sudah menyepakati hal tersebut dengan para Yowana. "Kalau melonjak lagi sampai menjelang pangrupukan, kami akan tunda kembali. Bukan hanya arak-arakan ogoh-ogoh, namun rangkaiannya seperti lomba juga akan ditunda kembali. Jangan sampai karena arak-arakan ogoh-ogoh kasus Covid-19 kembali meningkat di Denpasar," tandasnya. *mis
Bendesa Madya MDA Kota Denpasar, Anak Agung Ketut Sudiana saat diwawancarai, Selasa (25/1) mengatakan kendati sempat ada kenaikan kasus di Bali dan di Denpasar, namun prosesi arak-arakan ogoh-ogoh saat pangrupukan masih tetap mengacu pada SE MDA Provinsi Bali. Akan tetapi, untuk arak-arakan ogoh-ogoh saat ini semakin diperketat dengan protokol kesehatan.
Mereka yang terlibat dalam arak-arakan hanya maksimal 50 orang dari tukang tegen hingga sekaa baleganjur. Selain itu mereka juga wajib minimal vaksinasi dua kali dan menggunakan masker. Mereka akan diawasi melalui aplikasi pedulilindungi yang diaktifkan juga saat pangrupukan. Agung Sudiana menambahkan kendati ada syarat wajib swab test bagi peserta arak-arakan ogoh-ogoh, namun di Denpasar sepakat tidak mewajibkan hal itu. Sebab, jika itu dilaksanakan para Yowana akan kesulitan. "Sehingga ada kesepakatan saat rapat tidak menggunakan swab test sebagai syarat peserta ogoh-ogoh," jelasnya.
Menurut dia, teknis tersebut bisa dilaksanakan jika Covid-19 di Kota Denpasar tetap melandai. Namun, jika kasus Covid-19 di Kota Denpasar terus melonjak hingga mendekati Pangrupukan Nyepi, pelaksanaan arak-arakan ogoh-ogoh dan rangkaiannya kembali akan ditunda sampai Covid-19 mengalami penurunan.
Dalam rapat, Agung Sudiana mengaku sudah menyepakati hal tersebut dengan para Yowana. "Kalau melonjak lagi sampai menjelang pangrupukan, kami akan tunda kembali. Bukan hanya arak-arakan ogoh-ogoh, namun rangkaiannya seperti lomba juga akan ditunda kembali. Jangan sampai karena arak-arakan ogoh-ogoh kasus Covid-19 kembali meningkat di Denpasar," tandasnya. *mis
Komentar