Purnama Jyesta, Subak di Belayu Nuur Tirta ke Pura Besakih
TABANAN, NusaBali
Saniscara Paing Ukir, Sabtu (16/4), bertepatan dengan Purnama Jyesta, krama subak di Desa Adat Belayu, Kecamatan Marga, nuur mendak tirta di Pura Dalem Puri dan Pura Beji Pingit di Pura Agung Besakih.
Tirta atau pakuluh tersebut selanjutnya nyejer selama tiga hari di Pura Pesimpangan Luhur Batukaru, di Desa Adat Belayu. Selama nyejer, krama subak ngaturang saji atau prani dengan prosesi peed. Upacara mendak tirta atau pakuluh merupakan prosesi ritual yang sudah ada sejak zaman kerajaan, Kerajaan Belayu.
Bendesa Adat Belayu, I Gusti Ngurah Putra Saskara, menuturkan hal bermula serangan hama mengganas, yang menyebabkan tanaman padi dan palawija rusak sehingga gagal panen. Akibatnya rakyat menderita, karena kekurangan pangan.
Musibah tersebut membuat Ida Anake Agung atau raja bersedih dan berinisiatif nunas ica atau memohon petunjuk kepada Ida Bethara. Singkat cerita, setelah permohonan tersebut, tanaman padi tumbuh subur. Demikian dengan palawija. Rakyatpun tidak lagi alami paceklik, karena kekurangan pangan. Nah sejak itu, setiap tahun sekali pada Purnama Jyesta krama subak di Belayu, mendak tirta ke Pura Agung Besakih. “Itulah ceritanya awalnya menurut penuturan para pangelingsir kami,” ujar tokoh dari Puri Gede Belayu, Jumat (15/4).
Sementara di Pura Pesimpangan Luhur Batukaru, krama sibuk ngayah mempersiapkan upacara mendak tirta, pada Sabtu (16/4). Ada empat subak di Belayu yang ngalong upacara mendak tirta dan ngaturang saji. Keempatnya adalah Subak Guamo, Subak Apit Jaring, Subak Tinjak Menjangan dan Subak Sungi I. “Tahun 2020 sempat dengan cara ngayeng hanya upakara saja memargi,” ucap Agus Eka Mahaputra, salah seorang pengayah.
Tahun 2021, upacara mendak langsung ke Pura Besakih, namun tanpa saji. Hal itu karena terkendala pandemi Covid-19. Sekarang ini, kata Agus Eka Mahaputra, pada Purnama Jyesta 2022, mendak langsung dilaksanakan lengkap dengan ngaturan sesaji selama nyejer.
Dulu, upacara ngaturan saji disertai mepeed terpusat di Belayu. Krama subak lain seperti dari Desa Adat Kukuh, Tegaljadi dan lainnya lainnya ikut mapeed ke Belayu. Namun seiring pemekaran, masing-masing desa adat melaksanakan ritual mendak tirta ke Pura Besakih dan nyejerang di Desa Adat masing-masing selama tiga hari juga. “Nanti besok kami perbekel juga bertemu di Pura Agung Besakih,” ujar I Made Merta, Perbekel Desa Selabawak, Desa Adat Kekeran, Kecamatan Marga, yang ditemui terpisah. Di Desa Adat Kekeran, Desa Selanbawak juga melaksanakan mendak tirta dan ngaturang sesaji. *k17
Komentar