Pedagang dan Peternak Babi Belum Terguncang
Penjualan babi di Buleleng masih stabil dan belum terkoreksi isu meningitis babi. Para peternak pun memilih tetap menjaga perawatan ternak babinya.
SINGARAJA, NusaBali
Penyebaran bakteri Meningitis Streptococcus Suis (MSS), yang ditemukan pada daging babi masih belum terlalu berpengaruh di Buleleng. Sejumlah pedagang daging babi di beberapa pasar di Buleleng masih melayani pembelinya dengan permintaan masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Begitu juga peternak babi yang mengaku belum tahu persis kabar meningitis babi yang sangat mematikan itu.
Seperti yang diakui oleh Komang Gara peternak babi asal Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, yang mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui secara pasti bakteri Meningitis yang belakangan ditemukan pada hewan babi. Pihaknya sampai saat ini mengaku masih melayani pemesanan babi utuh oleh pedagang babi guling. “Masih sama seperti kemarin, tidak ada penurunan pemesanan,” ujar dia.
Ia pun mengatakan kendati bakteri meningistis babi itu memang ada, pihaknya mengaku sudah melakukan standar peternakan babi dengan baik. Babi-babi di peternakannya secara rutin divaksin dua kali sebelum dijual. Makanannya pun terjamin yakni dari dedak dan konsentrat.
Kebersihan kandang babi dan hewan babinya juga menjadi prioritas. Dalam sehari ia dan istrinya mengaku memandikan babi dua kali sehari seusai memberikan makan. Sedangkan untuk kandang babinya selalu dibersihkan setiap hari.
Situasi yang sama juga diakusi oleh sejumlah pedagang di Pasar Seririt. Seorang di antaranya adalah Nyoman Sudarma. Ia yang sudah berjualan daging babi puluhan tahun mengakui bahwa hasil penjualannya setelah tersiar kabar bakteri meningitis masih sangat stabil. Penghasilan penjualan daging babi setiap harinya pun masih sama dengan hari sebelumnya.
Dalam satu hari ia bisa menjual satu ekor babi dengan berat hingga 100 kilogram.
Menurutnya masyarakat di Buleleng sejauh ini belum terlalu terpengaruh terhadap kabar itu. Diduga karena masyarakat sudah paham bagaimana memilih dan mengolah daging babi dengan baik, sehingga tidak berakibat fatal bagi kesehatan. “Ini kan sama kasusnya seperti waktu flu babi, tetapi masayraakat tetap membeli dan mengkonsumsi daging babi,” katanya. Meskipun demikian, sebagai bentuk antisipasi, ia tetap menjaga kualitas dagingnya. Babi yang disembelih dipastikan dalam kondisi sehat.
Sementara itu Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Buleleng Ketut Suparto dikonfirmasi terpisah, menyatakan dari hasil pengecekan harga dan peredaran daging babi di pasaran Senin (13/3) kemarin memang tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Meski tidak dapat diakui khususnya di pasar wilayah perkotaan seperti Pasar Anyar Buleleng dan Banyuasri ada pengaruh jumlah pembeli. “Ada tapi tidak banyak dan tidak terlalu berpengaruh, ada turun paling satu dua pembeli saja,” jelasnya. Sedangkan dari segi harga daging babi masih sangat stabil yakni berkisar Rp 60-65 ribu per kilogramnya.
Terkait dengan kasus meningitis, secara teknis pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian yang juag membidangi peternakan agar melakukan seleksi ketat kwalitas daging babi di rumah-rumah jagal sebelum masuk ke pasar. Sehingga dapat dipastikan daging yang dijual pedagang di pasaran aman dan layak konsumsi.
“Kewenangan ada daging yang terjangkit atau tidaknya itu secara teknis di Dinas Pertanian bagian peternakan, kami sudah korodinasi segera akan dilakukan pengecekan ke rumah jagal dan pasar,” ungkapnya. *k23
Penyebaran bakteri Meningitis Streptococcus Suis (MSS), yang ditemukan pada daging babi masih belum terlalu berpengaruh di Buleleng. Sejumlah pedagang daging babi di beberapa pasar di Buleleng masih melayani pembelinya dengan permintaan masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Begitu juga peternak babi yang mengaku belum tahu persis kabar meningitis babi yang sangat mematikan itu.
Seperti yang diakui oleh Komang Gara peternak babi asal Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, yang mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui secara pasti bakteri Meningitis yang belakangan ditemukan pada hewan babi. Pihaknya sampai saat ini mengaku masih melayani pemesanan babi utuh oleh pedagang babi guling. “Masih sama seperti kemarin, tidak ada penurunan pemesanan,” ujar dia.
Ia pun mengatakan kendati bakteri meningistis babi itu memang ada, pihaknya mengaku sudah melakukan standar peternakan babi dengan baik. Babi-babi di peternakannya secara rutin divaksin dua kali sebelum dijual. Makanannya pun terjamin yakni dari dedak dan konsentrat.
Kebersihan kandang babi dan hewan babinya juga menjadi prioritas. Dalam sehari ia dan istrinya mengaku memandikan babi dua kali sehari seusai memberikan makan. Sedangkan untuk kandang babinya selalu dibersihkan setiap hari.
Situasi yang sama juga diakusi oleh sejumlah pedagang di Pasar Seririt. Seorang di antaranya adalah Nyoman Sudarma. Ia yang sudah berjualan daging babi puluhan tahun mengakui bahwa hasil penjualannya setelah tersiar kabar bakteri meningitis masih sangat stabil. Penghasilan penjualan daging babi setiap harinya pun masih sama dengan hari sebelumnya.
Dalam satu hari ia bisa menjual satu ekor babi dengan berat hingga 100 kilogram.
Menurutnya masyarakat di Buleleng sejauh ini belum terlalu terpengaruh terhadap kabar itu. Diduga karena masyarakat sudah paham bagaimana memilih dan mengolah daging babi dengan baik, sehingga tidak berakibat fatal bagi kesehatan. “Ini kan sama kasusnya seperti waktu flu babi, tetapi masayraakat tetap membeli dan mengkonsumsi daging babi,” katanya. Meskipun demikian, sebagai bentuk antisipasi, ia tetap menjaga kualitas dagingnya. Babi yang disembelih dipastikan dalam kondisi sehat.
Sementara itu Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Buleleng Ketut Suparto dikonfirmasi terpisah, menyatakan dari hasil pengecekan harga dan peredaran daging babi di pasaran Senin (13/3) kemarin memang tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Meski tidak dapat diakui khususnya di pasar wilayah perkotaan seperti Pasar Anyar Buleleng dan Banyuasri ada pengaruh jumlah pembeli. “Ada tapi tidak banyak dan tidak terlalu berpengaruh, ada turun paling satu dua pembeli saja,” jelasnya. Sedangkan dari segi harga daging babi masih sangat stabil yakni berkisar Rp 60-65 ribu per kilogramnya.
Terkait dengan kasus meningitis, secara teknis pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian yang juag membidangi peternakan agar melakukan seleksi ketat kwalitas daging babi di rumah-rumah jagal sebelum masuk ke pasar. Sehingga dapat dipastikan daging yang dijual pedagang di pasaran aman dan layak konsumsi.
“Kewenangan ada daging yang terjangkit atau tidaknya itu secara teknis di Dinas Pertanian bagian peternakan, kami sudah korodinasi segera akan dilakukan pengecekan ke rumah jagal dan pasar,” ungkapnya. *k23
Komentar