Umat Hindu Sumsel Pertama Kali Gelar Panca Wali Krama
Dipuput 17 Sulinggih, Termasuk Sulinggih dari Kabupaten Tabanan
JAKARTA, NusaBali
Umat Hindu di Sumatera Selatan (Sumsel) akan menggelar karya Panca Wali Krama di Pura Agung Sriwijaya, Palembang, pada Purnama Kadasa, Anggara Umanis Kuningan, Selasa (11 April) mendatang. Meski masih sekitar tiga pekan lebih, namun umat setempat telah melakukan persiapan. Pasalnya, ini merupakan karya Panca Wali Krama pertama di luar Bali.
Oleh karena itu, umat Hindu Sumsel sangat antusias melakukan berbagai persiapan menyambut upacara keagamaan tersebut.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumsel IGB Surya Negara, mengatakan, perlu persiapan panjang untuk menggelar upacara itu. Bahkan setiap hari ada umat ngayah di pura.
“Dari Januari 2017 umat dari seluruh kabupaten (di Sumatera Selatan) datang secara bergantian membuat berbagai sarana upacara di Pura Agung Sriwijaya. Sekitar 65 orang setiap harinya,” ujar Surya Negara kepada NusaBali melalui pesan elektroni, Sabtu (18/3).
Dalam upacara Panca Wali Krama, mereka mengundang seluruh umat Hindu di Indonesia yang ingin datang. Panitia juga membuka donasi bagi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan. “Ini adalah upacara suci bagi seluruh umat Hindu, terutama Hindu Indonesia. Kami mengundang seluruh umat Hindu yang ingin datang berdoa bersama pada 11 April nanti,” kata Surya Negara.
Sementara itu, pimpinan pasraman Kumara Dharma Bakti, Banjar Dharma Kerti, Desa Muktijaya, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Made Suradnya, mengatakan, krama Bali mulai ngayah ke Pura Penataran Agung Sriwijaya sejak sebulan lalu. Khusus krama di Banjar Dharma Kerti, setiap minggu mengirim lima kepala keluarga (KK) untuk ngayah ke kota. Sekali ngayah mereka tinggal atau makemit selama lima hari di pura. Sebab untuk balik ke Banjar Dharma Kerti jaraknya cukup jauh dan transportasi hanya lewat boat menyusuri Sungai Musi. “Di pura ada pasraman. Krama yang ngayah makemit di pura. Sekali berangkat, lima KK dari kampung kami makemit selama lima hari,” tutur Suradnya, Sabtu (18/3).
Selain kena ayah-ayah, krama Hindu di seluruh Sumatera Selatan juga kena papeson (iuran) Rp 100 ribu per KK. Di luar papeson, banyak krama Bali yang mapunia secara pribadi. Misal mapunia beras sebanyak 1 ton maupun punia dalam bentuk barang lainnya. Info dari panitia karya, Panca Wali Krama di Pura Penataran Agung Sriwijaya akan dipuput 17 sulinggih. Termasuk mendatangkan sulinggih dari Kabupaten Tabanan, Bali. “Panitia juga sudah nunas tirta ke pura di Jawa, Bali, dan Lombok,” tutur guru Biologi di SMAN 1 Muara Telang, ini.
Ditambahkan, setiap banjar di Sumatera Selatan mendapat bagian ayah-ayah yang beda. Banjar Dharma Kerti mendapat bagian buat banten. Sementara sangat ngayah di Pura Penataran Agung Sriwijaya, tak ubahnya seperti ngayah pada pura di Bali. Krama istri persiapkan banten, sementara krama lanang persiapkan pelengkap banten. “Kerjaan tak jauh beda dengan di Bali. Krama istri buat jaja, buat canang, dan perlengkapan banten lainnya,” imbuh Suradnya. * k22, k21
Umat Hindu di Sumatera Selatan (Sumsel) akan menggelar karya Panca Wali Krama di Pura Agung Sriwijaya, Palembang, pada Purnama Kadasa, Anggara Umanis Kuningan, Selasa (11 April) mendatang. Meski masih sekitar tiga pekan lebih, namun umat setempat telah melakukan persiapan. Pasalnya, ini merupakan karya Panca Wali Krama pertama di luar Bali.
Oleh karena itu, umat Hindu Sumsel sangat antusias melakukan berbagai persiapan menyambut upacara keagamaan tersebut.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumsel IGB Surya Negara, mengatakan, perlu persiapan panjang untuk menggelar upacara itu. Bahkan setiap hari ada umat ngayah di pura.
“Dari Januari 2017 umat dari seluruh kabupaten (di Sumatera Selatan) datang secara bergantian membuat berbagai sarana upacara di Pura Agung Sriwijaya. Sekitar 65 orang setiap harinya,” ujar Surya Negara kepada NusaBali melalui pesan elektroni, Sabtu (18/3).
Dalam upacara Panca Wali Krama, mereka mengundang seluruh umat Hindu di Indonesia yang ingin datang. Panitia juga membuka donasi bagi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan. “Ini adalah upacara suci bagi seluruh umat Hindu, terutama Hindu Indonesia. Kami mengundang seluruh umat Hindu yang ingin datang berdoa bersama pada 11 April nanti,” kata Surya Negara.
Sementara itu, pimpinan pasraman Kumara Dharma Bakti, Banjar Dharma Kerti, Desa Muktijaya, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Made Suradnya, mengatakan, krama Bali mulai ngayah ke Pura Penataran Agung Sriwijaya sejak sebulan lalu. Khusus krama di Banjar Dharma Kerti, setiap minggu mengirim lima kepala keluarga (KK) untuk ngayah ke kota. Sekali ngayah mereka tinggal atau makemit selama lima hari di pura. Sebab untuk balik ke Banjar Dharma Kerti jaraknya cukup jauh dan transportasi hanya lewat boat menyusuri Sungai Musi. “Di pura ada pasraman. Krama yang ngayah makemit di pura. Sekali berangkat, lima KK dari kampung kami makemit selama lima hari,” tutur Suradnya, Sabtu (18/3).
Selain kena ayah-ayah, krama Hindu di seluruh Sumatera Selatan juga kena papeson (iuran) Rp 100 ribu per KK. Di luar papeson, banyak krama Bali yang mapunia secara pribadi. Misal mapunia beras sebanyak 1 ton maupun punia dalam bentuk barang lainnya. Info dari panitia karya, Panca Wali Krama di Pura Penataran Agung Sriwijaya akan dipuput 17 sulinggih. Termasuk mendatangkan sulinggih dari Kabupaten Tabanan, Bali. “Panitia juga sudah nunas tirta ke pura di Jawa, Bali, dan Lombok,” tutur guru Biologi di SMAN 1 Muara Telang, ini.
Ditambahkan, setiap banjar di Sumatera Selatan mendapat bagian ayah-ayah yang beda. Banjar Dharma Kerti mendapat bagian buat banten. Sementara sangat ngayah di Pura Penataran Agung Sriwijaya, tak ubahnya seperti ngayah pada pura di Bali. Krama istri persiapkan banten, sementara krama lanang persiapkan pelengkap banten. “Kerjaan tak jauh beda dengan di Bali. Krama istri buat jaja, buat canang, dan perlengkapan banten lainnya,” imbuh Suradnya. * k22, k21
Komentar