Bupati Giri Prasta Instruksi Gratiskan Biaya Perawatan
Warga Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, yang diduga alami keracunan mendapat perhatian dari Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta. Bupati asal Desa Pelaga, Kecamatan Petang, itu menjenguk para pasien di RSUD Mangusada, Sabtu (25/3) petang.
MANGUPURA, NusaBali
Saat menjenguk pasien, Bupati menginstruksikan untuk membebaskan biaya perawatan pasien yang diduga mengalami keracunan tersebut.
Bupati Giri Prasta pada saat menjenguk pasien mewanti-wanti kepada seluruh krama Badung agar ke depannya memilih bahan makanan yang sehat dan higienis. Hal ini demi mengantisipasi kejadian seperti ini terulang.
“Saya ingatkan seluruh masyarakat agar lebih berhati-hati dalam hal memilih bahan makanan. Terutama harus menjaga higienitas makanan yang akan dikonsumsi. Jangan sampai akibat keteledoran pengolahan bisa mengakibatkan hal yang fatal,” ujar Bupati Giri Prasta.
“Karena dari laporan pada saya, dari kegiatan Melasti ini katanya kemarin malamnya sudah mengolah nasi. Ada mie, ayam, telur, baru dikemas paginya. Jadi tadi malam sudah berproses paginya dikemas, siang baru dimakan,” imbuhnya.
Bupati Giri Prasta menginstruksikan untuk menggratiskan biaya perawatan pasien yang diduga mengalami keracunan seusai Melasti, tersebut.
Terkait upaya ke depan, Bupati Giri Prasta mengatakan akan melengkapi mobil ambulans yang ada di desa/kelurahan dengan food security kit atau alat pengujian makanan. Untuk itu pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) dalam penyiapan alat dimaksud.
Menurutnya kegunaan alat pengujian makanan di mobil ambulans yang disiapkan pemerintah itu sangat banyak. Salah satunya mengantisipasi musibah seperti ini terulang. Untuk pengadaan food security kit, pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 1.860.507.100.
Sementara Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Badung telah mengambil sampel makanan dan muntahan pasien untuk diteliti. Hasilnya baru akan diketahui dalam tiga atau tujuh hari ke depan.
“Sampel makanan berupa nasi, mie, telur, dan daging ayam, sudah kami amankan. Kami akan teliti itu bersama BBPOM untuk mengetahui apakah warga betul keracunana makanan atau tidak,” ujar Kasi Surveilans dan Imunisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Badung I Gusti Agung Alit Naya.
Untuk hasil dari uji sampel tersebut, Gung Alit belum berani memastikan. “Hasilnya kemungkinan baru akan diketahui dalam tiga atau tujuh hari ke depan,” tegasnya.
Mengenai dugaan awal penyebab warga muntah-muntah dan diare, Gung Alit tak berani memastikan. “Dugaan awal memang pengelolaan makanan, tapi kami belum berani apakah penyebabnya salah satu makanan itu. Yang jelas dugaan mengarah ke keracunan. Namun untuk menentukan apakah keracunan dari bahan kimia atau bakteriologis, masih akan kami periksa di laboratoirum. Bahan makanan juga akan diteliti juga untuk menentukan penyebab pastinya,” jelasnya.
Gung Alit menambahkan, selain nasi bungkus, peralatan memasak untuk mengolah makanan yang disantap warga pun turut diteliti.
Ditanya perkembangan pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit maupun di puskemas, Gung Alit mengatakan sudah membaik bahkan sudah diperbolehkan pulang. “Sekarang hanya tinggal 1 orang yang opname di RSUD Mangusada. Sedangkan yang lainnya sudah diperbolehkan pulang, termasuk yang ada di puskesmas juga sudah pulang,” tandasnya.
Kapolsek Mengwi Kompol I Nengah Patrem menerangkan setelah mendapat informasi musibah keracunan massal tersebut, dirinya langsung ke RSUD Mangusada. Kepolisian dalam hal ini melakukan pemeriksaan terhadap sampel makanan yang dikonsumsi oleh warga. Untuk penyelidikan lebih lanjut terkait penyebab keracunan, anggotanya sudah mengambil sampel muntahan korban. “Semuanya sudah kami amankan (sisa nasi bungkus dan muntahan warga yang keracunan). Nantinya akan kami kirim ke Dinas Kesehatan untuk diperiksa. Karena mereka yang berwenang dalam melakukan pemeriksaan,” tuturnya dikonfirmasi secara terpisah, Sabtu (25/3) sore.
Selain mengirim sampel dua bukti itu, kemungkinan juga akan diteruskan ke bagian Forensik untuk mengidentifikasi racun yang terkandung dalam makanan. “Bila perlu (diteruskan ke Forensik), kami akan lakukan hal itu. Yang jelas sejauh ini masih dalam tahap koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung dan Provinsi Bali,” katanya.
Dijelaskannya, makanan yang dikonsumsi oleh krama tersebut merupakan hasil olahan sendiri.
Komentar