Beralasan Tidak Ada Indikasi Limbah di Lapangan, Dinas LHK Batal Uji Air Sungai Beririt
Berdasarkan pengamatan tim dipastikan itu merupakan air laut. Tim sudah menyusuri gorong-gorong tidak menemukan ada limbah yang mengalir.
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung batal menguji sampel air Sungai Beririt yang terletak di Kawasan Banjar Peminge, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan. Batalnya uji laboratorium ini lantaran tidak ada indikasi yang dikenali secara kasat mata di lapangan. Sontak pembatalan ini menuai reaksi dari masyarakat, sebab sungai yang diduga terkontaminasi limbah dinilai bisa saja terulang.
Terkait pembatakan uji sampel air Sungai Beririt dibenarkan Kepala Dinas LHK Badung I Wayan Puja. Menurutnya, berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak ada limbah yang terbuang ke lingkup badan air, sehingga percuma dilakukan uji laboratorium.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, dipastikan itu merupakan air laut. Kepastian ini, kata dia, karena timnya sudah beberapa kali turun ke lapangan, bahkan sudah menyusuri gorong-gorong yang ada di kawasan tersebut, namun tidak menemukan ada limbah yang mengalir ke sungai. “Kenapa harus diuji, kan tidak ada limbah yang terbuang ke lingkup badan air. Ini berdasarkan pengamatan di lapangan, sehingga percuma kita uji,” kata Wayan Puja, dikonfirmasi Selasa (27/7).
Masih menurut Wayan Puja, kalau ada limbah pasti ada kerak dan juga lendir yang mengalir. Sementara, saat dilakukan penelusuran gorong-gorong tidak ada ditemukan hal semacam itu. Mengenai bau tak sedap, dari hasil pengamatan berasal dari rumput laut. “Kalau ada rumput laut masuk dan terbawa ke sana saat air pasang akan menyebabkan bau busuk dan berbuih juga. Jadi bukan limbah yang masuk,” tegasnya.
Sementara, tokoh masyarakat Kuta Selatan I Wayan Sumantra Karang, menyayangka tidak dilakukannya uji laboratorium atas sampel air Sungai Beririt. Seharunya, kata dia, ada pembuktian secara ilmiah, jangan sampai saat musim hujan dan banjir datang, aliran air yang diduga terkontaminasi mengarah ke laut. “Hampir setiap tahun muncul terus masalah seperti ini. Artinya perlu keseriusan, jangan sampai kesannya disembunyikan,” tegasnya.
Untuk itu, dia mendorong dilakukan uji laboratorium sebagai bukti ilmiah untuk disampaikan kepada masyarakat. Apalagi, kondisi di lokasi itu sudah menimbulkan bau menyengat dan menyebabkan sejumlah ikan mati. Menurut dia, tidak ada alasan bahwa kondisi bau menyengat di genangan air itu picu atau ditimbulkan karena sudah lama menggenang, namun tentu ada sesuatu yang sudah terkontaminasi. “Kalau murni air laut, itu tidak menimbulkan bau, kecuali sudah terkontaminasi zat kimia,” tegas Sumantra sembari mendorong agar pengawasan semakin diperketat ke depannya. *dar
Terkait pembatakan uji sampel air Sungai Beririt dibenarkan Kepala Dinas LHK Badung I Wayan Puja. Menurutnya, berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak ada limbah yang terbuang ke lingkup badan air, sehingga percuma dilakukan uji laboratorium.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, dipastikan itu merupakan air laut. Kepastian ini, kata dia, karena timnya sudah beberapa kali turun ke lapangan, bahkan sudah menyusuri gorong-gorong yang ada di kawasan tersebut, namun tidak menemukan ada limbah yang mengalir ke sungai. “Kenapa harus diuji, kan tidak ada limbah yang terbuang ke lingkup badan air. Ini berdasarkan pengamatan di lapangan, sehingga percuma kita uji,” kata Wayan Puja, dikonfirmasi Selasa (27/7).
Masih menurut Wayan Puja, kalau ada limbah pasti ada kerak dan juga lendir yang mengalir. Sementara, saat dilakukan penelusuran gorong-gorong tidak ada ditemukan hal semacam itu. Mengenai bau tak sedap, dari hasil pengamatan berasal dari rumput laut. “Kalau ada rumput laut masuk dan terbawa ke sana saat air pasang akan menyebabkan bau busuk dan berbuih juga. Jadi bukan limbah yang masuk,” tegasnya.
Sementara, tokoh masyarakat Kuta Selatan I Wayan Sumantra Karang, menyayangka tidak dilakukannya uji laboratorium atas sampel air Sungai Beririt. Seharunya, kata dia, ada pembuktian secara ilmiah, jangan sampai saat musim hujan dan banjir datang, aliran air yang diduga terkontaminasi mengarah ke laut. “Hampir setiap tahun muncul terus masalah seperti ini. Artinya perlu keseriusan, jangan sampai kesannya disembunyikan,” tegasnya.
Untuk itu, dia mendorong dilakukan uji laboratorium sebagai bukti ilmiah untuk disampaikan kepada masyarakat. Apalagi, kondisi di lokasi itu sudah menimbulkan bau menyengat dan menyebabkan sejumlah ikan mati. Menurut dia, tidak ada alasan bahwa kondisi bau menyengat di genangan air itu picu atau ditimbulkan karena sudah lama menggenang, namun tentu ada sesuatu yang sudah terkontaminasi. “Kalau murni air laut, itu tidak menimbulkan bau, kecuali sudah terkontaminasi zat kimia,” tegas Sumantra sembari mendorong agar pengawasan semakin diperketat ke depannya. *dar
Komentar