ITDC Bakal Olah Air Laut Jadi Siap Pakai
Kebutuhan air baku di ITDC Nusa Dua sebesar 8.000 meter kubik per hari. PDAM Tirta Mangutama memasok sekitar 40 persen.
MANGUPURA, NusaBali
Pasokan air baku yang disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama di kawasan Indonesia Tourism Development Coorporation (ITDC) Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, tak mencukupi. Hal itu membuat pihak ITDC berencana membangun sistem pengolahan air laut menjadi air baku dengan sea water reverse osmosis (SWRO). Pasalnya kebutuhan air baku di kawasan ITDC sekitar 8.000 meter kubik setiap harinya. Sementara PDAM hanya mampu memasok sekitar 40 persennya.
“Kami sedang melakukan kajian. Saat ini kami sedang menghitung berapa biaya yang diperlukan dan berapa volume yang akan bisa diolah. Akibat kekurangan pasokan air baku dari PDAM banyak hotel yang membuat SWRO sendiri,” tutur Managing Director Kawasan Nusa Dua Wayan Karioka, Rabu (19/4).
Menurut Karioka, proyek tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan yang kurang saja, dan selebihnya tetap bekerja sama dengan PDAM. Untuk merealisasikan SWRO tersebut, Karioka mengaku menginvestasikan dana sekitar Rp 25 miliar hingga Rp 30 miliar.
“Targetnya awal tahun depan atau akhir tahun ini proyek tersebut diharapkan bisa terbangun. SWRO yang dibangun sendiri oleh hotel diupayakan untuk bekerja sama. Saat ini sedang dikaji direktorat pengembangan. Sebab tentu perlu dipastikan volume, kelayakan dan seperti apa keadaannya,” ungkapnya.
Selain membangun pengolahan air laut melalui SWRO pihak ITDC juga membangun instalasi pengelolahan air limbah (IPAL) di Lagoon, Kelurahan Benoa. Bangunan itu untuk menyempurnakan hasil pengelolahan air limbah dari kolam ketiga menuju kolam keempat. Pembangunan IPAL itu dimaksudkan untuk menghasilkan kualitas air yang dimungkinkan untuk irigasi. Untuk menunjang itu juga dilakukan penambahan membran, pompa ozonisasi, dan memperbanyak sirkulasi udara dan bakteri pengurai.
“Kami menginginkan agar hasil pengelolahan limbah ini dapat menghasilkan air yang bersih sehingga ramah lingkungan. Airnya nanti tak keruh dan berbau. Kami ingin meningkatkan air kualitas irigasi. Namun air ini tak dapat digunakan untuk air minum karena kualitasnya level 3. Targetnya awal bulan Juli mendatang sudah mulai beroperasi. Selama ini tidak ada keluhan. Kebutuhan air untuk irigasi kami sekitar 6.000 meter kubik per hari, dan itu sesuai dengan volume pengolahan air yang dihasilkan di Lagoon,” ujar Karioka, Selasa (18/4).
Perbaikan IPAL Lagoon sebelumnya sempat disebut oleh Direktur Operasional BNDCC AA Ngurah Wirawan. Kontrak proyek dimulai 9 Desember 2016, dengan waktu pelaksanaan mulai 23 Desember 2016 sampai 21 Juni 2017. Nilai pekerjaan proyek tersebut sebesar Rp 12,1 miliar. * cr64
“Kami sedang melakukan kajian. Saat ini kami sedang menghitung berapa biaya yang diperlukan dan berapa volume yang akan bisa diolah. Akibat kekurangan pasokan air baku dari PDAM banyak hotel yang membuat SWRO sendiri,” tutur Managing Director Kawasan Nusa Dua Wayan Karioka, Rabu (19/4).
Menurut Karioka, proyek tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan yang kurang saja, dan selebihnya tetap bekerja sama dengan PDAM. Untuk merealisasikan SWRO tersebut, Karioka mengaku menginvestasikan dana sekitar Rp 25 miliar hingga Rp 30 miliar.
“Targetnya awal tahun depan atau akhir tahun ini proyek tersebut diharapkan bisa terbangun. SWRO yang dibangun sendiri oleh hotel diupayakan untuk bekerja sama. Saat ini sedang dikaji direktorat pengembangan. Sebab tentu perlu dipastikan volume, kelayakan dan seperti apa keadaannya,” ungkapnya.
Selain membangun pengolahan air laut melalui SWRO pihak ITDC juga membangun instalasi pengelolahan air limbah (IPAL) di Lagoon, Kelurahan Benoa. Bangunan itu untuk menyempurnakan hasil pengelolahan air limbah dari kolam ketiga menuju kolam keempat. Pembangunan IPAL itu dimaksudkan untuk menghasilkan kualitas air yang dimungkinkan untuk irigasi. Untuk menunjang itu juga dilakukan penambahan membran, pompa ozonisasi, dan memperbanyak sirkulasi udara dan bakteri pengurai.
“Kami menginginkan agar hasil pengelolahan limbah ini dapat menghasilkan air yang bersih sehingga ramah lingkungan. Airnya nanti tak keruh dan berbau. Kami ingin meningkatkan air kualitas irigasi. Namun air ini tak dapat digunakan untuk air minum karena kualitasnya level 3. Targetnya awal bulan Juli mendatang sudah mulai beroperasi. Selama ini tidak ada keluhan. Kebutuhan air untuk irigasi kami sekitar 6.000 meter kubik per hari, dan itu sesuai dengan volume pengolahan air yang dihasilkan di Lagoon,” ujar Karioka, Selasa (18/4).
Perbaikan IPAL Lagoon sebelumnya sempat disebut oleh Direktur Operasional BNDCC AA Ngurah Wirawan. Kontrak proyek dimulai 9 Desember 2016, dengan waktu pelaksanaan mulai 23 Desember 2016 sampai 21 Juni 2017. Nilai pekerjaan proyek tersebut sebesar Rp 12,1 miliar. * cr64
Komentar