Persiapan Jelang KTT G20, BMKG Cek Kesiapan Bandara Ngurah Rai Hadapi Gempa Bumi
Sudah dilakukan pemetaan alur untuk evakuasi, sehingga saat ada kejadian, stakeholder di Bandara Ngurah Rai sudah siap.
MANGUPURA, NusaBali
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau dan mengecek kesiapan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta. Pemantauan sebagai persiapan menjelang KTT G20 ini untuk memastikan kondisi bandara yang notabene pintu masuk utama Pulau Dewata, siap menghadapi kemungkinan terburuk jika terjadi gempa bumi disertai tsunami.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan pengecekan kesiapan Bandara Ngurah Rai dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami ini sudah dilakukan dengan menggelar simulasi pada Kamis (29/9) siang. Dalam simulasi itu, sudah dilakukan berbagai upaya termasuk pemetaan alur untuk evakuasi, sehingga saat ada kejadian, stakeholder di Bandara Ngurah Rai sudah mengetahui langkah yang diambil dan proses evakuasi menuju titik-titik aman.
“Kami ini menyiapkan skenario terburuk. Mudah-mudahan ini tidak terjadi, namun kalau pun itu sampai kejadian, maka sudah ada langkah-langkah antisipasi agar tidak ada korban jiwa,” kata Dwikorita, Kamis (29/9) sore.
Dwikorita mengatakan, dalam proses evakuasi di dalam bandara, pihaknya mencatat betul waktu demi waktu agar bisa meminimalisasi ada korban jiwa. Dari catatannya, jika terjadi gempa bumi dengan kekuatan 8 Skala Righter (SR) dan berpotensi tsunami, Bandara Ngurah Rai sudah siap menghadapi situasi itu. Untuk mengevakuasi pengguna jasa dan juga pesawat udara harus dilakukan sebelum adanya gelombang tinggi yang menyapu hingga landasan dan gedung bandara.
“Waktu sampai tsunami itu selama 31 menit. Jadi 5 menit waktu bagi BMKG untuk menganalisa dan mengeluarkan peringatan dini tsunami. Artinya, sisa waktu untuk proses evakuasi ada 26 menit. Nah, dalam sisa waktu itulah dimanfaatkan dengan baik agar seluruh proses evakuasi segera dilakukan,” jelas Dwikorita.
Maka dari itu, upaya evakuasi harus dilakukan sebelum waktu tersebut. Bila perlu, lanjut Dwikorita, separuh dari waktu tersebut semuanya sudah clear, sehingga bisa mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Dia juga menekankan pentingnya pemetaan jalur-jalur evakuasi dan tempat yang aman dalam proses perlindungan saat terjadi bencana. Dia juga mengapresiasi Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Ngurah Rai yang sudah sangat siap menghadapi gempa bumi dan tsunami. “Kami mendukung Bandara Ngurah Rai yang sudah benar-benar siap apabila sewaktu-waktu terjadi skenario terburuk. Semua jalur-jalur evakuasi dan tempat yang aman sudah ada semua,” katanya.
Sementara, Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi, mengatakan keterlibatan BMKG sangat penting. Hal ini dikarenakan dalam waktu dekat, akan ada KTT G20 yang diselenggarakan di Nusa Dua dan gerbang masuknya para delegasi melalui Bandara Ngurah Rai. “Kalau terjadi bencana alam, jadi kita tahu apa yang dilakukan,” katanya. *dar
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan pengecekan kesiapan Bandara Ngurah Rai dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami ini sudah dilakukan dengan menggelar simulasi pada Kamis (29/9) siang. Dalam simulasi itu, sudah dilakukan berbagai upaya termasuk pemetaan alur untuk evakuasi, sehingga saat ada kejadian, stakeholder di Bandara Ngurah Rai sudah mengetahui langkah yang diambil dan proses evakuasi menuju titik-titik aman.
“Kami ini menyiapkan skenario terburuk. Mudah-mudahan ini tidak terjadi, namun kalau pun itu sampai kejadian, maka sudah ada langkah-langkah antisipasi agar tidak ada korban jiwa,” kata Dwikorita, Kamis (29/9) sore.
Dwikorita mengatakan, dalam proses evakuasi di dalam bandara, pihaknya mencatat betul waktu demi waktu agar bisa meminimalisasi ada korban jiwa. Dari catatannya, jika terjadi gempa bumi dengan kekuatan 8 Skala Righter (SR) dan berpotensi tsunami, Bandara Ngurah Rai sudah siap menghadapi situasi itu. Untuk mengevakuasi pengguna jasa dan juga pesawat udara harus dilakukan sebelum adanya gelombang tinggi yang menyapu hingga landasan dan gedung bandara.
“Waktu sampai tsunami itu selama 31 menit. Jadi 5 menit waktu bagi BMKG untuk menganalisa dan mengeluarkan peringatan dini tsunami. Artinya, sisa waktu untuk proses evakuasi ada 26 menit. Nah, dalam sisa waktu itulah dimanfaatkan dengan baik agar seluruh proses evakuasi segera dilakukan,” jelas Dwikorita.
Maka dari itu, upaya evakuasi harus dilakukan sebelum waktu tersebut. Bila perlu, lanjut Dwikorita, separuh dari waktu tersebut semuanya sudah clear, sehingga bisa mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Dia juga menekankan pentingnya pemetaan jalur-jalur evakuasi dan tempat yang aman dalam proses perlindungan saat terjadi bencana. Dia juga mengapresiasi Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Ngurah Rai yang sudah sangat siap menghadapi gempa bumi dan tsunami. “Kami mendukung Bandara Ngurah Rai yang sudah benar-benar siap apabila sewaktu-waktu terjadi skenario terburuk. Semua jalur-jalur evakuasi dan tempat yang aman sudah ada semua,” katanya.
Sementara, Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi, mengatakan keterlibatan BMKG sangat penting. Hal ini dikarenakan dalam waktu dekat, akan ada KTT G20 yang diselenggarakan di Nusa Dua dan gerbang masuknya para delegasi melalui Bandara Ngurah Rai. “Kalau terjadi bencana alam, jadi kita tahu apa yang dilakukan,” katanya. *dar
Komentar