Disperpa Ingin Ulangi Kejayaan Kakao Badung
MANGUPURA, NusaBali.com – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kabupaten Badung ingin mengulangi masa kejayaan perkebunan kakao seperti era tahun 1995.
Pada masa itu, komoditas kakao atau lebih dikenal sebagai tanaman cokelat ini menjadi primadona para petani di kabupaten berlambang keris. Pada era kepemimpinan Bupati I Gusti Bagus Alit Putra tersebut, berhektare-hektare lahan dikembangkan untuk perkebunan kakao.
Kemudian pamor kakao pun akhirnya meredup seiring kemunculan hama busuk buah yang kurang dapat dikendalikan baik secara kimia maupun kerugian ekonominya. Di samping itu, komoditas lain seperti jeruk, vanili, kopi, dan asparagus mulai masuk lantas menggeser kakao.
Warisan era kejayaan kakao di Badung ternyata masih bisa ditelusuri sampai saat ini. Ada banyak kebun kakao di berbagai wilayah di Badung utara. Menurut data dari Disperpa Badung, saat ini masih tersisa 434 hektare luas lahan tanaman kakao. Namun, rata-rata usia dari tanaman tersebut berada di atas 25 tahun sehingga sudah tidak produktif lagi.
“Tren permintaan pasar terhadap komoditas kakao saat ini mulai meningkat. Di Badung, kami masih punya lahan yang cukup luas untuk membangkitkan kembali komoditas ini. Hanya saja dari sisa lahan tanaman yang ada, sebagian besar tidak terawat,” terang Kepala Disperpa Badung, I Wayan Wijana ketika dikonfirmasi di sela-sela acara Pelatihan Budidaya Kakao di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Petang, Minggu (23/10/2022).
Menurut Wijana, Badung akan segera meremajakan lahan tanam kakao yang ada pada tahun 2023 mendatang. Pihaknya pun telah melakukan kajian untuk membedah masalah dan mencarikan solusi terhadap problem pertanian kakao di Kabupaten Badung. Selain itu, beberapa pihak pun telah digandeng Disperpa Badung untuk menyukseskan pengembalian kejayaan perkebunan kakao ini.
“Untuk membangkitkan kembali kejayaan kakao di Badung, kami berkolaborasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Selain itu, kami juga menggandeng Pusat Penelitian (Puslit) Kopi dan Kakao Jember dalam hal survei kualitas kakao dan strategi penanganan pasca panen,” jelas Wijana.
Kata mantan Camat Kuta ini, seiring dengan kembali bergairahnya pasar kakao internasional dan perkembangan pabrik pengolahan cokelat di Bali, maka Disperpa bakal terus mendorong para petani untuk melirik komoditas kakao ini.
Lebih-lebih, Pemkab Badung juga akan membuat demplot (demonstration plot) khusus kakao untuk edukasi dan standardisasi produksi kakao di Kabupaten Badung. Kemudian, petani pun akan dilatih perihal kegiatan pasca panennya, termasuk bagaimana pengolahan dan fermentasi kakao yang sesuai standar pasar global. Luarannya, produksi kakao Badung mampu bersaing di pasaran ekspor. *rat
Komentar