Buka Pameran IKM Bali Bangkit IX
Putri Koster Sebut Salah Satu Upaya Pelestarian Budaya Bali
DENPASAR, NusaBali
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Ni Putu Putri Suastini Koster (Putri Koster) membuka Pameran IKM Bali Bangkit IX, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya (Art Center) Provinsi Bali, Denpasar, Rabu (2/11).
Dalam pembukaan yang dihadiri Ketua Dekranasda Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ny Niken Saptarini Widyawati, Putri Koster menyampaikan Pameran IKM Bali Bangkit sebagai salah satu upaya pelestarian budaya Bali.
Putri Koster menjelaskan, sejak Pandemi Covid-19, Dekranasda Bali bergerak bersama perajin IKM Bali memantapkan gerak dalam melestarikan warisan budaya Bali melalui sejumlah pameran baik offline maupun online. Memperkenalkan produksi kerajinan tangan yang diciptakan perajin Bali, termasuk memanfaatkan Taman Budaya (Art Center) Provinsi Bali sebagai tempat untuk memamerkan sekaligus tempat bertransaksi kerajinan tangan (handmade) Bali.
"Di sini IKM yang bisa ikut berpartisipasi adalah mereka perajin IKM yang sudah terseleksi dan memiliki kerajinan produksi asli dari daerah (kabupaten/kota) yang karakter kerajinannya adalah khas daerahnya sendiri. Kami arahkan mereka untuk menata display, kemasan dan harga tetap (tidak perlu ada tawar-menawar antara penjual dan pembeli) agar pengunjung yang datang dapat memilih barang (kerajinan jenis kain, tas atau souvernir lain) yang dikehendakinya dengan nilai harga, kemasan dan kualitas yang sesuai," ujar perempuan yang akrab disapa Bunda Putri ini.
Putri Koster melanjutkan, selama masa pandemic, pihaknya mengadakan pameran offline di areal Art Center dan beberapa mall besar di Bali, sekaligus juga memanfaatkan marketplace, 'Balimall.id' sebagai platform digital yang dapat dimanfaatkan oleh perajin IKM, untuk memasarkan produknya ke seluruh dunia.
Putri Koster mengingatkan agar perajin asal Bali di kabupaten/ kota untuk menjaga dan melestarikan warisan leluhur, berupa rajutan kain tenun tradisional daerahnya masing-masing, untuk tidak diubah terlalu banyak dari aslinya, terutama pada tumpukan benang yang mengakibatkan semakin mudah ditiru dan berbeda dari kekhasan daerah asalnya.
"Jangan sampai satu desain kain tenun tradisional kita mudah ditiru oleh daerah lain. Warisan yang harusnya hanya milik daerah kita malah ditemukan di mana-mana. Itu akan menyebabkan perajin kita akan semakin malas untuk berkreasi dan memproduksi tenun tradisional (endek dan songket) lagi," tegas Putri Koster.
Melalui Pameran IKM Bali Bangkit yang sampai saat ini memasuki tahap ke-9, secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada perajin untuk berinovasi menciptakan karya kerajinan khas daerahnya, tanpa harus menghilangkan nilai budaya yang sudah dimiliki sejak dulu.
"Dengan aktif memasarkan kerajinan tangannya, setiap perajin tentu akan semakin kreatif juga menciptakan inovasi tanpa menggeser ciri khas kain daerahnya, karena jika bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan warisan budaya leluhur yang kian hari semakin mudah ditiru oleh pihak lain dengan memanfaatkan sistem teknologi, yang dengan mudah menghasilkan kain jiplakan melalui printing mesin atau sablon tanpa harus menyusun benang", imbuh perempuan kelahiran Desa Padangsambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat ini.
Pameran IKM Bali Bangkit dilakukan secara berkelanjutan yang memberikan wadah bagi perajin dan penenun secara gratis, dengan mendatangkan para ASN sebagai pengunjung dan pembeli dengan tujuan mendorong, agar sesuatu yang tergerus dari tanah Bali terkait kerajinan bisa bangkit kembali.
"Apapun itu perilaku yang menyebabkan tergerusnya karya warisan para leluhur yang mestinya kita lestarikan, kita perbaiki langkah-langkah kita. Kain tenun di masa bisnis yang semakin pragmatis yang diproduksi dan dijual harus tetap memperhatikan kualitas, terlebih kain tenun double ikat 'pagringsingan' yang langka dan di dunia hanya ada tiga, yakni di Jepang, India dan Indonesia (Desa Tenganan-Bali) sudah memiliki indikasi geografis dengan motif yang dikenal memiliki filosofi tinggi tentang tatanan kehidupan manusia," ujar Putri Koster.
Putri Koster menyampaikan, jangan sampai perilaku sendiri yang merusak tatanan budaya dan warisan leluhur, yang nantinya secara tidak langsung akan menyebabkan Bali tidak memiliki kain tenun endek lagi. Perajin malas menenun karena penjual tidak mau menjual hasil tenunannya dan yang lebih parah karena pembelinya tidak mau memakai.
"Ini bukan tindakan populis, namun saya hanya ingin segala sesuatunya tetap di tanahnya masing-masing. Saya tidak mengajarkan sesuatu yang bersifat fanatisme sempit, namun saya mengajak kita semua untuk menjaga Indonesia dari daerah dan wilayah kita masing-masing. Mari kita jaga Bali dari Bali, jaga NTB dari dan oleh masyarakat NTB, dan jaga Papua dari Papua, sehingga Indonesia akan tetap menjadi Indonesia yang beranekaragam budaya namun tetap satu," tegasnya.
Sementara Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB Ny Niken Saptarini Widyawati mengatakan pihaknya sangat senang dan bangga bisa melakukan kerjasama dengan Dekranasda Provinsi Bali. Pelaksanaan Pameran IKM Bali Bangkit menurutnya adalah ide yang sangat cemerlang dalam membantu dan membangkitkan IKM yang sebelumnya mengalami keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Ny Niken Widyawati berharap kerjasama yang dilakukan antara Dekranasda Provinsi NTB dan Dekranasda Provinsi Bali akan membawa kemajuan dan perkembangan bagi para perajin IKM yang sedang dibina. *cr78
Komentar