Hasil Panen di Subak Jatiluwih Menurun
Hasil menurun karena dari 1 hektare luas padi yang ditanam hanya didapat hasil 5 ton. Sedangkan pada periode panen sebelumnya dari luas 1 ha didapat 6 ton padi.
TABANAN, NusaBali
Subak Jatiluwih atau yang berada di kawasan DTW Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan sudah memasuki musim panen. Sayangnya untuk panen padi kali ini, hasilnya mengalami penurunan. Faktor penyebabnya karena cuaca hujan yang membuat bulir padi banyak kosong.
Penurunan hasil ini dirasakan oleh petani yang menanam varietas lain, bukan padi Bali (beras merah). Sebab sesuai aturan subak, setiap bulan Agustus petani diberikan kebebasan menanam jenis padi. Namun apabila bulan Januari, petani diwajibkan menanam padi Bali. Hasil dikatakan menurun karena dari 1 hektare luas padi yang ditanam hanya didapat hasil 5 ton. Sedangkan pada periode panen sebelumnya dari luas 1 hektare didapat 6 ton padi.
Pekaseh Subak Jatiluwih I Wayan Mustra, mengatakan hasil panen menurun karena disebabkan cuaca hujan yang cukup tinggi. Sebab sesuai hasil pengamatan, saat padi masa pembuahan dilanda hujan sehingga padi gagal pembuahan dan bulirnya banyak kosong. “Yang paling banyak terdampak adalah petani yang menanam varietas baru seperti inpari Ciherang dan Cigeulis,” kata Mustra.
Dengan kondisi menurunnya hasil panen sekarang, petani sebenarnya tidak berat. Sebab bulan Januari mendatang petani akan kembali menanam padi Bali. “Jika padi Bali sedikit pengaruhnya ketika akan hujan. Di samping itu cuaca musim tanam Januari mendatang, mendukung. Artinya kalau hujan tak masalah sehingga prediksinya kecil kemungkinan hasilnya menurun,” jelas Mustra.
Mustra menambahkan masa panen akhir tahun ini sudah berlangsung sejak 20 November dan akan berakhir awal Desember 2022. “Dari luas 227,41 hektare subak di Jatiluwih, sudah sebagian besar panen. Tinggal sedikit saja, mudah-mudahan saat panen ini cuaca mendukung,” harap Mustra. *des
Penurunan hasil ini dirasakan oleh petani yang menanam varietas lain, bukan padi Bali (beras merah). Sebab sesuai aturan subak, setiap bulan Agustus petani diberikan kebebasan menanam jenis padi. Namun apabila bulan Januari, petani diwajibkan menanam padi Bali. Hasil dikatakan menurun karena dari 1 hektare luas padi yang ditanam hanya didapat hasil 5 ton. Sedangkan pada periode panen sebelumnya dari luas 1 hektare didapat 6 ton padi.
Pekaseh Subak Jatiluwih I Wayan Mustra, mengatakan hasil panen menurun karena disebabkan cuaca hujan yang cukup tinggi. Sebab sesuai hasil pengamatan, saat padi masa pembuahan dilanda hujan sehingga padi gagal pembuahan dan bulirnya banyak kosong. “Yang paling banyak terdampak adalah petani yang menanam varietas baru seperti inpari Ciherang dan Cigeulis,” kata Mustra.
Dengan kondisi menurunnya hasil panen sekarang, petani sebenarnya tidak berat. Sebab bulan Januari mendatang petani akan kembali menanam padi Bali. “Jika padi Bali sedikit pengaruhnya ketika akan hujan. Di samping itu cuaca musim tanam Januari mendatang, mendukung. Artinya kalau hujan tak masalah sehingga prediksinya kecil kemungkinan hasilnya menurun,” jelas Mustra.
Mustra menambahkan masa panen akhir tahun ini sudah berlangsung sejak 20 November dan akan berakhir awal Desember 2022. “Dari luas 227,41 hektare subak di Jatiluwih, sudah sebagian besar panen. Tinggal sedikit saja, mudah-mudahan saat panen ini cuaca mendukung,” harap Mustra. *des
Komentar