Dana Pinjol Macet Tembus Rp5 Triliun
JAKARTA, NusaBali
Statistik Fintech Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah outstanding pinjaman online (pinjol) tembus Rp49,335 triliun per Oktober 2022.
Namun, Rp5 triliun di antaranya macet. Lebih rinci, pinjaman tidak lancar atau terlambat 30-90 hari mencapai Rp3,592 triliun. Sementara, pinjaman macet di atas 90 hari mencapai Rp1,428 triliun. Pinjaman tidak lancar berasal dari 2,04 juta rekening penerima pinjol aktif, baik perorangan maupun badan usaha.
Sedangkan, pinjaman macet berasal dari 544 ribu rekening penerima pinjol aktif, yang didominasi oleh perorangan ketimbang badan usaha. Sementara itu, pinjol yang tergolong lancar atau apabila mengalami keterlambatan sampai 30 hari sebanyak Rp44,313 triliun.
Dari sisi gender, peminjam perempuan mendominasi ketimbang laki-laki. Namun, dari sisi usia, peminjam berumur 19-34 tahun mendominasi pinjol. Selanjutnya oleh peminjam berumur 35-54 tahun, dan terakhir, peminjam di atas usia 54 tahun.
Secara keseluruhan, rasio tingkat keberhasilan bayar (TKB 90) pinjol sekitar 97,10 persen. Angkanya meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 96,93 persen.
Kemudian, rasio tingkat wanprestasi (TWP 90) berada di level 2,90 persen. Berdasarkan wilayah, TWP 90 di Pulau Jawa tercatat 3,12 persen, sedangkan TWP 90 di luar Pulau Jawa lebih rendah, yakni 2,04 persen.
Disinggung soal kerugian, industri pinjaman online (pinjol) menelan kerugian Rp186,08 miliar per Oktober 2022. Jumlahnya terbalik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang untung Rp262,52 miliar.
Jika dibandingkan Januari 2022 yang kerugiannya hanya sebesar Rp16,14 miliar, maka kerugian perusahaan pinjol berlipat-lipat lebih dari 10 kali lipat. Kerugian bisnis pinjol ini sudah terasa sejak awal tahun hingga Oktober 2022. Bulan sebelumnya, kerugian pinjol sebesar Rp142,13 miliar.
Mengutip Statistik Fintech Otoritas Jasa Keuangan (OJK), seperti dilansir CNNIndonesia.com Senin (5/12), pendapatan operasional pinjol lebih kecil dibandingkan beban operasionalnya. Jumlah pendapatan operasional pinjol tercatat Rp7,071 triliun, sedangkan jumlah beban operasionalnya mencapai Rp7,123 triliun.
Beban operasional itu terutama berasal dari peningkatan beban ketenagakaerjaan yang meningkat menjadi Rp1,736 triliun atau dua kali lipat dibandingkan Mei 2022 lalu. Lalu, beban pemasaran juga meningkat menjadi Rp2,303 triliun.
Selanjutnya, beban beban umum dan administrasi mencapai Rp1,538 triliun, beban pengembangan dan pemeliharaan teknologi informasi Rp745,34 miliar. Lalu, beban keuangan sebesar Rp351 miliar, dan beban kerja sama Rp288,23 miliar.
Begitu pula dengan pendapatan non operasionalnya yang hanya Rp233,64 miliar. Padahal, beban non operasionalnya naik lebih besar yaitu Rp330,20 miliar. Beban non operasional meningkat lebih dikarenakan laba (rugi) selisih kurs.
Laporan kerugian bisnis pinjol tersebut hasil kinerja 102 perusahaan penyelenggara yang terdiri dari 95 perusahaan pinjol konvensional dan 7 perusahaan pinjol berbasis syariah. Ke-106 pinjol tersebut mencatat total aset Rp5,260 triliun, dengan liabilitas Rp2,451 triliun. *
Komentar