Bali Waspadai Masuknya Flu Burung
Lalulintas Unggas Diperketat, Bandara Pasang Thermal Scanner
Total ada 5 thermal scanner yang disediakan di Bandara Ngurah Rai, jika ada penumpang yang memiliki suhu 37,5 derajat akan diperiksa lebih lanjut.
DENPASAR, NusaBali
Mengantisipasi masuknya satwa unggas pembawa penyakit (virus) flu burung, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali mengintensifkan penjagaan di pintu masuk Bali. Berkoordinasi dengan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, satwa unggas dilarang masuk Bali.
Kadistan Pangan Bali, I Wayan Sunada mengungkapkan selama ini ternak unggas memang dilarang masuk Bali sama halnya dengan hewan anjing. Namun demikian dengan adanya laporan kasus flu burung di Kalimantan Selatan, Pulau Bali semakin memperketat aturan membawa masuk satwa unggas.
"Kalau pelarangan sudah sejak dulu, kalau sekarang diperketat untuk masuknya ternak unggas seperti burung ayam, bebek, itu kita perketat," ujar Sunada dikonfirmasi, Senin (27/2). Dia menegaskan, belum ada laporan kasus flu burung saat ini di Pulau Dewata. Selain dengan menutup pintu masuk Bali dari satwa unggas, upaya lainnya yang sudah dilakukan Distan Pangan Bali, yakni dengan melakukan penyemprotan disinfektan pada komunitas-komunitas peternak unggas maupun pasar hewan (burung). Saat ini penyemprotan disinfektan masih dilakukan secara berkala, melihat perkembangan terkini kasus flu burung di Indonesia.
Apabila jumlah kasus meningkat pihak Distan Pangan juga akan lebih mengintensifkan penyemprotan disinfektan. Adapun komunitas peternak unggas (ayam) di Bali banyak terdapat di Kabupaten Tabanan, Bangli, Karangasem, termasuk Kabupaten Badung (Petang). Sunada juga meminta para peternak/pemelihara unggas untuk memperhatikan kebersihan lingkungan kandang dan juga ikut aktif melakukan penyemprotan disinfektan.
"Bagi masyarakat yang memasarkan ayam atau unggas tolonglah disemprot disinfektan di sekitarnya supaya tidak menulari tempat lain. Ini tugas kita bersama," ujar Sunada. Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes, menyatakan kesiapan fasilitas kesehatan termasuk laboratorium di Bali mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu munculnya kasus flu burung yang menginfeksi manusia.
Dokter Anom menyampaikan Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Nomor PV.03.01/C/824/2023 tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa Flu Burung (H5N1) Clade Baru 2.3.4.4b pada 24 Februari 2023 sebagai dasar mitigasi kasus flu burung di seluruh Indonesia.
Dikatakan, sejauh ini belum ada laporan di Bali terkait flu burung yang menular ke manusia. "Kita diminta segera melaporkan dalam waktu kurang dari 24 jam apabila menemukan kasus flu burung," ujar dr Anom. Sama seperti penyakit flu burung sebelum-sebelumnya yang menular ke manusia, gejalanya terkena virus flu burung pada manusia meliputi demam dan flu. Penderitanya sebelumnya terkontak dengan satwa pembawa flu burung seperti burung, ayam, ataupun bebek.
Dokter Anom mengingatkan masyarakat jika menemukan satwa tersebut mati mendadak agar mewaspadai kemungkinan penyakit flu burung. "Karena ini virus, tetap jaga pola hidup bersih dan sehat," tambah dr Anom. Dokter Anom juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dengan munculnya clade baru flu burung 2.3.4.4b saat ini. Namun demikian kewaspadaan harus terus dilakukan.
Saat ini penelitian terhadap clade terbaru flu burung terus dilakukan, dan untuk sementara disebut masih menyerupai virus flu burung sebelumnya, yakni dapat menular dari unggas ke manusia dan belum ada bukti menular dari manusia ke manusia. "Itu yang bahasa kalau dari manusia ke manusia, sama kayak Covid-19 nanti," ucap dr Anom. Flu burung sendiri masuk Bali pertama kali tahun 2007. Sejak itu sudah beberapa kali wabah flu burung terjadi di Bali dan menulari manusia. Sebanyak 7 warga Bali meninggal dunia akibat flu burung dalam kurun waktu 2007-2017.
Sementara untuk mengantisipasi masuknya flu burung ke Pulau Bali, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung memperketat pengawasan di akses masuk. Bahkan, saat ini Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara tersibuk ke dua di Indonesia ini sudah mulai mengaktifkan kembali thermal scanner sebagai langkah awal mendeteksi suhu tubuh wisatawan.
Stakeholder Relationship Manager Angkasa Pura I, Taufan Yudistira menerangkan sebagai pengelola Bandara Ngurah Rai, AP I terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait khususnya Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar dan juga Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar terkait dengan kewaspadaan kejadian luar biasa flu burung. "Saat ini, Bandara Ngurah Rai siap untuk pengendalian penyebaran flu burung. Kami juga berkoordinasi dengan sejumlah instansi dalam pencegahannya," jelas Taufan, Senin kemarin.
Pencegahan di gerbang utama masuknya wisatawan via udara itu dengan menyediakan fasilitas khusus untuk pengawasan pelaku perjalanan dari luar negeri. Fasilitas tersebut seperti thermal scanner untuk pendeteksi awal kondisi kesehatan dari suhu tubuh. Alat ini diletakkan di pintu masuk terminal kedatangan internasional. Tidak hanya itu, pihaknya juga selalu melakukan pengawasan terhadap penumpang atau bahkan petugas yang melintas.
Apabila ditemukan orang dengan suhu di atas normal, tentunya yang bersangkutan akan dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh petugas. "Total ada 5 thermal scanner yang disediakan. Kalau ada penumpang yang memiliki suhu 37,5 derajat, akan langsung diperiksa lebih lanjut," ungkapnya. Peningkatan pengawasan serta penempatan thermal scanner di Bandara Ngurah Rai ini setelah keluarnya Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dalam SE dengan nomor PV.03.01/C/2023 Tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa Flu Burung (H5N1) Clade Baru 2.3.4b. Dari SE yang ditetapkan pada 24 Februari lalu itu, Kementerian Kesehatan memantau perkembangan dan situasi penyebaran virus influenza H5N1 Clade Baru 2.3.4b atau biasa disebut flu burung. Dari data organisasi pangan dan pertanian dunia menyatakan sejumlah negara seperti Amerika, Eropa dan Asia utamanya Cina dan Jepang sedang mewabah Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) subtipe H5N1 clade baru 2.3.4b.
Meski berdasarkan hasil Risk Assessment Virus Influenza A (H5N1) clade 2,3,4,4b yang dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa saat ini risiko infeksi pada manusia masih rendah dan tidak ada laporan penularan dari manusia ke manusia secara berkelanjutan. Namun, terdapat peningkatan perpindahan (spill over) virus H5N1 clade 2.3.4.4b dari burung liar ke beberapa spesies mamalia di berbagai negara di Eropa dan Amerika Utara, di mana terdapat prevalensi virus yang tinggi pada populasi unggas di wilayah tersebut. Selain itu Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) memperingatkan bahwa akuisisi mutasi yang cepat dan konsisten pada mamalia dapat menjadi petunjuk bahwa virus ini memiliki kecenderungan untuk menjadi infeksi zoonosis, yang berarti berpotensi menyebar ke manusia. *dar, cr78
Kadistan Pangan Bali, I Wayan Sunada mengungkapkan selama ini ternak unggas memang dilarang masuk Bali sama halnya dengan hewan anjing. Namun demikian dengan adanya laporan kasus flu burung di Kalimantan Selatan, Pulau Bali semakin memperketat aturan membawa masuk satwa unggas.
"Kalau pelarangan sudah sejak dulu, kalau sekarang diperketat untuk masuknya ternak unggas seperti burung ayam, bebek, itu kita perketat," ujar Sunada dikonfirmasi, Senin (27/2). Dia menegaskan, belum ada laporan kasus flu burung saat ini di Pulau Dewata. Selain dengan menutup pintu masuk Bali dari satwa unggas, upaya lainnya yang sudah dilakukan Distan Pangan Bali, yakni dengan melakukan penyemprotan disinfektan pada komunitas-komunitas peternak unggas maupun pasar hewan (burung). Saat ini penyemprotan disinfektan masih dilakukan secara berkala, melihat perkembangan terkini kasus flu burung di Indonesia.
Apabila jumlah kasus meningkat pihak Distan Pangan juga akan lebih mengintensifkan penyemprotan disinfektan. Adapun komunitas peternak unggas (ayam) di Bali banyak terdapat di Kabupaten Tabanan, Bangli, Karangasem, termasuk Kabupaten Badung (Petang). Sunada juga meminta para peternak/pemelihara unggas untuk memperhatikan kebersihan lingkungan kandang dan juga ikut aktif melakukan penyemprotan disinfektan.
"Bagi masyarakat yang memasarkan ayam atau unggas tolonglah disemprot disinfektan di sekitarnya supaya tidak menulari tempat lain. Ini tugas kita bersama," ujar Sunada. Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes, menyatakan kesiapan fasilitas kesehatan termasuk laboratorium di Bali mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu munculnya kasus flu burung yang menginfeksi manusia.
Dokter Anom menyampaikan Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Nomor PV.03.01/C/824/2023 tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa Flu Burung (H5N1) Clade Baru 2.3.4.4b pada 24 Februari 2023 sebagai dasar mitigasi kasus flu burung di seluruh Indonesia.
Dikatakan, sejauh ini belum ada laporan di Bali terkait flu burung yang menular ke manusia. "Kita diminta segera melaporkan dalam waktu kurang dari 24 jam apabila menemukan kasus flu burung," ujar dr Anom. Sama seperti penyakit flu burung sebelum-sebelumnya yang menular ke manusia, gejalanya terkena virus flu burung pada manusia meliputi demam dan flu. Penderitanya sebelumnya terkontak dengan satwa pembawa flu burung seperti burung, ayam, ataupun bebek.
Dokter Anom mengingatkan masyarakat jika menemukan satwa tersebut mati mendadak agar mewaspadai kemungkinan penyakit flu burung. "Karena ini virus, tetap jaga pola hidup bersih dan sehat," tambah dr Anom. Dokter Anom juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dengan munculnya clade baru flu burung 2.3.4.4b saat ini. Namun demikian kewaspadaan harus terus dilakukan.
Saat ini penelitian terhadap clade terbaru flu burung terus dilakukan, dan untuk sementara disebut masih menyerupai virus flu burung sebelumnya, yakni dapat menular dari unggas ke manusia dan belum ada bukti menular dari manusia ke manusia. "Itu yang bahasa kalau dari manusia ke manusia, sama kayak Covid-19 nanti," ucap dr Anom. Flu burung sendiri masuk Bali pertama kali tahun 2007. Sejak itu sudah beberapa kali wabah flu burung terjadi di Bali dan menulari manusia. Sebanyak 7 warga Bali meninggal dunia akibat flu burung dalam kurun waktu 2007-2017.
Sementara untuk mengantisipasi masuknya flu burung ke Pulau Bali, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung memperketat pengawasan di akses masuk. Bahkan, saat ini Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara tersibuk ke dua di Indonesia ini sudah mulai mengaktifkan kembali thermal scanner sebagai langkah awal mendeteksi suhu tubuh wisatawan.
Stakeholder Relationship Manager Angkasa Pura I, Taufan Yudistira menerangkan sebagai pengelola Bandara Ngurah Rai, AP I terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait khususnya Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar dan juga Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar terkait dengan kewaspadaan kejadian luar biasa flu burung. "Saat ini, Bandara Ngurah Rai siap untuk pengendalian penyebaran flu burung. Kami juga berkoordinasi dengan sejumlah instansi dalam pencegahannya," jelas Taufan, Senin kemarin.
Pencegahan di gerbang utama masuknya wisatawan via udara itu dengan menyediakan fasilitas khusus untuk pengawasan pelaku perjalanan dari luar negeri. Fasilitas tersebut seperti thermal scanner untuk pendeteksi awal kondisi kesehatan dari suhu tubuh. Alat ini diletakkan di pintu masuk terminal kedatangan internasional. Tidak hanya itu, pihaknya juga selalu melakukan pengawasan terhadap penumpang atau bahkan petugas yang melintas.
Apabila ditemukan orang dengan suhu di atas normal, tentunya yang bersangkutan akan dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh petugas. "Total ada 5 thermal scanner yang disediakan. Kalau ada penumpang yang memiliki suhu 37,5 derajat, akan langsung diperiksa lebih lanjut," ungkapnya. Peningkatan pengawasan serta penempatan thermal scanner di Bandara Ngurah Rai ini setelah keluarnya Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dalam SE dengan nomor PV.03.01/C/2023 Tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa Flu Burung (H5N1) Clade Baru 2.3.4b. Dari SE yang ditetapkan pada 24 Februari lalu itu, Kementerian Kesehatan memantau perkembangan dan situasi penyebaran virus influenza H5N1 Clade Baru 2.3.4b atau biasa disebut flu burung. Dari data organisasi pangan dan pertanian dunia menyatakan sejumlah negara seperti Amerika, Eropa dan Asia utamanya Cina dan Jepang sedang mewabah Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) subtipe H5N1 clade baru 2.3.4b.
Meski berdasarkan hasil Risk Assessment Virus Influenza A (H5N1) clade 2,3,4,4b yang dilakukan oleh WHO menyatakan bahwa saat ini risiko infeksi pada manusia masih rendah dan tidak ada laporan penularan dari manusia ke manusia secara berkelanjutan. Namun, terdapat peningkatan perpindahan (spill over) virus H5N1 clade 2.3.4.4b dari burung liar ke beberapa spesies mamalia di berbagai negara di Eropa dan Amerika Utara, di mana terdapat prevalensi virus yang tinggi pada populasi unggas di wilayah tersebut. Selain itu Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) memperingatkan bahwa akuisisi mutasi yang cepat dan konsisten pada mamalia dapat menjadi petunjuk bahwa virus ini memiliki kecenderungan untuk menjadi infeksi zoonosis, yang berarti berpotensi menyebar ke manusia. *dar, cr78
Komentar