Setelah Buku Badriyah, Rilis Album 'Sudah Merenungkah Kau, Tuan'
Album ‘Sudah Merenungkah Kau, Tuan’ berisi 10 lagu ciptaan Sawung Jabo yang bertemakan kepedulian sosial, politik, dan refleksi diri. Alumni 1982 SMAN 1 Singaraja yang tergabung dalam Pandu Sakti 1982 ikut support I Gusti Ayu Made Wedayanti
I Gusti Ayu Made Wedayanti, Lady Rocker Asal Singaraja yang Masih Berkarya di Usia 54 Tahun
DENPASAR, NusaBali
Lady rocker asal Singaraja, Buleleng, I Gusti Ayu Made Wedayanti, 54, belum berhenti berkarya. Setahun pasca melahirkan buku berjudul ‘Badriyah’, kini Ayu Weda merilis album dengan judul ‘Sudah Merenungkah Kau, Tuan’, yang berisikan 10 lagu karya musisi kondang Sawung Jabo. Album berisikan lagu-lagu bertemakan kepedulian sosial, politik, dan refleksi diri ini akan dilanching, 28 Juli 2017 depan, serangkaiuan peringatan Hari Anak Nasional.
Sudah merenungkah kau, Tuan?
Sebelum kau tidurkan dirimu, Jernihkah pikiranmu, Tuan?
Sebelum kau buka mulutmu
Tuan, tanyalah pada Tuhan, sebelum kau jatuhkan putusan.
Sepenggal lirik yang diciptakan Sawung Jabo tersebut menggambarkan kegelisahan Ayu Weda melihat kondisi tanah air saat ini. Terlalu banyak kegelisahan yang diamati Ayu Weda, sehingga dia memutuskan untuk berkarya kembali.
Jika setahun lalu Ayu Weda banyak bercerita fenomena sosial baik yang diamati maupun dialaminya sendiri melalui tulisan, kali ini dia ingin berstatemen mengungkapkan kegelisahannya lewat suara. Dia akan meluncurkan album ‘Sudah Merenungkah Kau, Tuan?’ di Bentara Budaya Gianyar, 28 Juli 2017 nanti.
Album ini merangkum 10 lagu dari sekian album milik Sawung Jabo, yang dipilih Ayu Weda untuk berstatemen, kemudian diaransemen ulang bersama. Dipilihnya lagu-lagu karya Sawung Jabo ini, lantaran Ayu Weda merasa lirik-lirik dalam 10 lagu pilihan tersebut cukup bisa mengekspresikan statemennya.
“Dalam album ini, empat lagu saya berstatemen tentang kondisi sosial politik di tanah air, sementara enam lagi tentang refleksi diri. Lagu-lagunya Sawung Jabo masih aktual dan terjadi di konteks kekinian,” ungkap kakak dari rocker I Gusti Ayu Laksmi ini saat ditemui NusaBali di kediamannya, kawanan Jalan Sunia Negara, Desa Kepaon, Denpasar Selatan, Selasa (4/7).
Menurut Ayu Weda, lagu ‘Sudah Merenungkah Kau, Tuan?’ dan ‘Kesaksian Jalanan’ dipilihnya untuk mengungkapkan keprihatinan akan keadaan negeri ini, di mana banyak keputusan-keputusan yang tidak adil karena kepentingan politik. “Banyak penguasa tutup mata. Bagaimana penguasa yang harusnya mengurus, malah menjarah? ‘Sudah Merenungkah Kau, Tuan’, itu bercerita tentang keputusan-keputusan yang tidak adil dari kepentingan politik,” ujar alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang jebolan SMAN 1 Singaraja tahun 1982 ini.
Dari masalah sosial, Ayu Weda mengungkapkan keprihatinannya terhadap nasib anak-anak yang masih saja ada, baik yang ditelantarkan maupun mengemis di jalanan. Selain itu, anak-anak kini miskin tempat bermain dan justru sibuk dengan gadget. Keprihatianan Ayu Weda itu terangkum dalam lagu berjudul ‘Hella Hella Hella’ dan ‘Bocah-bocah Pelangi’.
“Dunia imajinasi mereka telah tergantikan oleh televisi dan teknologi. Di sisi lain, masih ada anak-anak yang tinggal di jalanan, mengemis. Makanya, launching album ini saya dekatkan dengan peringatan ‘Hari Anak nasional’ yang jatuh setiap tanggal 23 Juli,” beber Ayu Weda, yang namanya mulai melejit saat raih predikat juara III dalam pemilihan Bintang Radio dan Televisi (BRTV) Tingkat Nasional tahun 1980.
Selebihnya, dalam enam lagu berikutnya, Ayu Weda berbicara tentang refleksi diri. Seperti dirunut menjadi sebuah cerita, wanita yang sempat terkenal bersama dua adiknya (I Gusti Ayu Laksmi dan I Gusti Ayu Partiwi) lewat grup ‘Trio Ayu Sisters’ ini merangkum perjalanan hidup manusia yang sempat terpuruk hingga menemukan jatidirinya dan kedamaian. Enam lagu itu masing-maisng berjudul ‘Duniaku’, ‘Melangkah Adalah ke Depan’, ‘Mencari dan Bertanya’, ‘Ada Suara Tanpa Bentuk’, ‘Perjalanan Masih Jauh’, dan ‘Di Hatimu Aku Berlindung’.
“Saya pilih karyanya Jabo dari sekian banyak album dia dan diaransemen kembali 1990 tahun 1980. Seperti membuat cerpen, saya susun sedemikian rupa untuk saya pakai berstatemen,” tutur Lady Rocker kelahiran Singaraja, 1 September 1963, yang sempat setahun kuliah di Fakultas Pertanian Unud, sebelum lompat ke Unair Surabaya ini.
Ayu Weda mengakui proses pemilihan lagu-lagu ini cukup lama, sejak Juni 2016 lalu, untuk menarik satu benang merah. Belum lagi proses latihan bersama personel Sirkus Barock yang cukup lama, karena ada nada yang paling rendah hingga begitu tinggi yang harus dimantapkan. Rearansemen dilakukan bersama sebagian besar personel Sirkus Barock sekaligus player dalam album ini, yakni Joel Tampeng (gitar elektrik, gitar akustik, bass gitar), Bagus Mazasupa (keyboard ), Endy Barqah (drum ), Ucok Hutabarat (biola), Denny Dumbo (alat tiup perkusi ), dan Jecco Cello (Cello). Akhirnya, recording baru diselesaikan bulan Maret 2017 lalu, di Jogjakarta.
Disinggung mengenai target pasar, Ayu Weda mengaku tidak terlalu berpikir materialistis. Yang ingin dituju dalam album ini adalah menggugah kesadaran dan sekaligus menyampaikan pesan tentang kondisi yang terjadi di masyarakat. “Kalau dianggap sekadar menyanyi, saya ogah. Saya lebih banyak ingin pesannya itu tersampaikan. Ini pun saya anggap tidak bernyanyi, melainkan saya berstatemen,” tegas Ayu Weda.
Setahun lalu, Ayu Weda sempat meluncurkan buku berjudul ‘Badriyah’, tepatnya 8 Apri 2016. Buku ‘Badriyah’ itu merangkum catatan per-jalanan hidupnya dengan menulis cerita pendek (cerpen). Buku itu terdiri dari 12 cerita pendek, dengan editor Cok Sawitri. Dalam buku ‘Badriyah’ tersebut, Ayu Weda bercerita banyak tentang perempuan, situasi sosial-politik, dan kemanusiaan.
Hari-hari Ayu Weda kini memang lebih disibukkan dengan kegiatan sosial. Setelah cukup lama bergelut di bidang seni dan hiburan, kisaran 1990 hingga 2000-an aktivitasnya lebih banyak diisi dengan kegiatan sosial religius. Dalam kesempatan ini, Ayu Weda menempatkan diri sebagai seorang pengamat sosial kebudayaan.
Talenta Ayu Weda sendiri telah terlihat semasa duduk di bangku SMPN 1 Singaraja, hingga tampil ke sejumlah ajang perlombaan tari dan musik. Di awal 980-an, Ayu Weda pernah menyandang predikat ‘The Best Performance of Lady Rocker’ dan mengeluarkan album ‘Rindu Teman Sehati’ yang diciptakan oleh Adriadi---pencipta lagu ‘Widuri’. Pada era 1987, Deddy Dores menciptakan lagu untuk Ayu Weda dalam single album ‘Memetik Bintang’.
Sebelumnya, Ayu Weda sempat menyabet gelar Juara III dalam pemilihan Bintang Radio dan Televisi (BRTV) Tingkat Nasional tahun 1980. Kala itu, Ayu Weda yang masih duduk di SMAN 1 Singaraja didapuk menjadi Penampil Terbaik dalam kategori grup bersama dua adiknya dalam Trio Ayu Sisters, yakni I Gusti Ayu Laksmi dan I Gusti Ayu Pratiwi. Ayu Weda juga sempat menjadi finalis ‘Puteri Remaja Indonesia’ tahun 1981 yang diselenggarakan Majalah Gadis.
Sementara itu, kalangan alumni 1982 SMAN 1 Singaraja ikut mensupport aktivitas Ayu Weda. Para alumni yang tergabung dalam ‘Pandu Sakti 1982’ itu bahkan ikut aktif promosikan dan rancang persiapan launching album ‘Sudah Merenungkah Kau, Tuan’, yang akan diluncurkan 28 Juli 2017 nanti. Mereka dikoordinasikan Komang Sumertantini, 54, dan Ketut ‘Dogek’ Suartini, 54, yang kerap nimbrung di rumah Ayu Weda untuk persiapan launching nanti. *in
1
Komentar