Anak Kena Cacar Air, Boleh Mandi dengan Syarat
BANYAK dijumpai kasus sakit cacar air pada anak-anak. Ketua Unit kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr dr Anggraini Alam SpA(K) mengatakan pasien cacar air boleh mandi tetapi syaratnya tidak mengalami demam.
“Saat demam kalau dimandikan tidak nyaman, karena ada periode akan menjadi dingin setelah mandi,” kata dia dalam seminar ‘Cacar Air pada Anak’ yang dilansir dari antaranews, Selasa (3/10/2023).
Selain itu, pasien dengan kondisi demam dimandikan, nantinya dikhawatirkan justru meningkatkan suhu, sehingga dokter tak menyarankan pasien mandi bila demam.
"Begitu dingin dibaca oleh tubuh ini ternyata suhu kurang tinggi, tubuh akan bikin lagi demam lebih tinggi,” tutur Anggraini.
Tetapi, apabila pasien tidak demam, maka dia boleh mandi namun dipastikan jangan sampai pecah cacar airnya karena bisa berisiko memunculkan infeksi.
Kulit sebenarnya berisi kuman, dan mandi membantu menghindarkan bakteri atau kuman-kuman itu menginfeksi cacar air yang pecah dan akhirnya menyebabkan scar atau bopeng. Di sisi lain, mandi bisa membuat nyaman pasien.
"Mandinya, jangan digosok-gosok, karena kalau pecah justru di sanalah tempat kuman masuk, karena kulit kita adalah bentengnya kuman. Kalau digosok, kulitnya rusak, kuman masuk semua," jelas Anggraini.
Saat mandi, pasien boleh menggunakan sabun, kemudian perhatikan saat mengeringkan tubuh agar tidak menggosok terlalu kuat.
Kemudian, mereka bisa mengoleskan losion atau bedak cair usai mandi karena membantu kulit nyaman, sekaligus mengurangi kemungkinan cacar mudah pecah apabila tergosok.
Cacar air disebabkan virus Varicella zoozter dan biasanya ditularkan melalui pernapasan dan kontak langsung dengan lesi orang yang terinfeksi.
Gejala pasien cacar air antara lain demam, nafsu makan berkurang, dan mual. Mereka juga umumnya memiliki ruam merah kecil di beberapa bagian tubuhnya dan gatal. Ruam ini muncul 10 hingga 21 hari setelah terpapar virus dan biasanya berlangsung sekitar lima hingga 10 hari.
Dokter biasanya meresepkan obat untuk mengurangi keparahan cacar air.
Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr Hasan Sadikin Dr dr Anggraini Alam SpA(K) mengatakan pasien cacar air usia sekolah dapat kembali bersekolah jika semua bentol atau lesi mengering.
Pasien cacar air biasanya mengalami gejala berupa bentol-bentol merah berisi cairan di kulit yang berisiko pecah. Bentol itu dapat mengering dalam beberapa hari.
Pasien sebaiknya dijaga agar jangan sampai bentol atau benjolan itu pecah karena berisiko menjadi bopeng.
"Jaga agar tak pecah sehingga nggak jadi bopeng. Kalau sudah banyak digaruk dan pecah, itulah yang membuat bekas. Kalau ada bopeng, biasanya di hidung, pipi, perut, memang tidak akan hilang," kata Anggraini.
Dia mengingatkan cacar air bisa sangat menular. Walau baru muncul ruam dan jumlahnya masih sedikit. Ini sudah bisa menularkan hampir 90 persen pada orang yang serumah dengan pasien dan 70 persen pada mereka yang seatap dengannya.
"Karena cacar air bisa dari satu ke sembilan lainnya, sangat menular lewat udara dan sentuhan kulit, maka penularan yang bisa terjadi dua hari sebelum muncul cacar air sampai lesi kulitnya kering, barulah tidak menular," kata dia.
Anggraini lalu mengingatkan mereka yang terkena cacar air segera mendapatkan penanganan dokter. Selain itu, dia meminta orang-orang serumah dengan pasien yang belum divaksin untuk segera divaksin agar tidak terkena cacar air.
Berbicara tatalaksana pasien, umumnya untuk mengurangi gatalnya, apabila pasien tidak demam, maka dia bisa mandi, namun, pastikan agar cacar tidak sampai pecah karena bisa berujung infeksi.
"Dietnya, kalau sampai ke mulut (ruam cacar) maka makanannya yang lunak. Kalau demam diberikan paracetamol, antivirus tidak diberikan rutin, dilihat sama dokternya," tutur Anggraini.
Cacar air dapat menetap sehingga saat daya tahan tubuh seseorang turun, maka penyakit ini bisa dia alami kembali.
"Cacar air bisa menetap, daya tubuh turun bisa (herpes) zoster atau bisa cacar air kembali. Jadi, cacar air itu tidak serta merta sekali seumur hidup," katanya.
Herpes zoster merupakan suatu penyakit akibat reaktivasi dan manifestasi penyakit cacar air. Pada seseorang yang pernah terkena cacar air, virus penyebab yakni varicella zoster tidak mati dan sirna dari tubuh, namun, bisa menetap atau dorman terutama dalam sel neuronal.
Umumnya, herpes zoster diawali dengan gejala awalan yang cukup bervariasi seperti demam dengan suhu bervariasi, rasa lemah atau lesu, disertai juga dengan rasa tak nyaman, pegal, nyeri pada area yang di kemudian hari akan mengalami erupsi kulit.
"Herpes zoster yakni suatu penyakit karena varicella-nya bersembunyi dulu di sumsum tulang keluar lagi di kemudian hari, nyerinya bukan main. Kalau varicella zoster terjadi di daerah muka maka ini rambut kita bisa hilang, kalau di daerah mata bisa alami kebutaan," katanya.
Karena itu, agar tak menjadi herpes, menurut Anggraini, orang-orang perlu mendapatkan vaksin cacar air. Merujuk pada rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak usia 1 tahun bisa diberikan dua dosis vaksin berselang enam bulan.
"Kami memandang perlu pemberian pencegah (yakni vaksin) karena risiko akan lebih tinggi apabila terkena infeksi dengan segala komplikasi tidak hanya sekarang, selanjutnya tidak ingin terjadi herpes zoster," ujarnya.
Dia menekankan pemberian vaksin cacar air tidak terbukti meningkatkan risiko autisme seperti yang dikhawatirkan sejumlah orang. 7
Komentar