Ogoh-Ogoh ST Rama Wijaya: Suara Hutan Melawan Keserakahan Manusia
TABANAN, NusaBali.com - Ogoh-ogoh ST Rama Wijaya dari Banjar Adat Kukuh, Desa Adat Kukuh, Bale Agung Kerambitan, Kabupaten Tabanan, menarik perhatian dengan temanya yang mengangkat isu kerusakan hutan.
"Tema ogoh-ogoh kami tahun ini adalah Bala Wana," kata I Gede Artha Wicaksana (Dede), Wakil Ketua per sub.
Ogoh-ogoh ini menceritakan tentang kemarahan roh hutan atas kelakuan manusia yang secara ilegal mengambil hasil alam, seperti penebangan liar, perburuan liar, dan merusak habitat makhluk hidup di hutan.
Kemarahan roh hutan divisualisasikan dengan bentuk sesosok yaksa, penjaga hutan secara niskala (gaib). Yaksa ini dilengkapi dengan aksesoris yang terinspirasi dari suku Dayak di Kalimantan.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kerusakan hutan bukan hanya masalah di Kalimantan, tetapi juga di Bali," kata Dede.
Ogoh-ogoh ini dibuat dengan tinggi dan lebar hampir mencapai 3,5 meter, dengan biaya mencapai Rp 23 juta.
Dede dan segenap anggota ST Rama Wijaya lainnya berharap ogoh-ogoh ini dapat membawa pesan moral dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan.
"Dalam menyambut tahun baru Caka 1946, semoga para pemuda semakin semangat untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan berikutnya," kata Dede.
Dede menceritakan suka duka dalam proses pembuatan ogoh-ogoh. "Kami mengalami banyak kendala, seperti kehilangan alat, kekurangan dana, dan kesulitan dalam membuat payasan," kata Dede.
Namun, Dede dan timnya tidak patah semangat. Mereka menemukan solusi kreatif untuk mengatasi berbagai kendala tersebut.
"Pengalaman ini membuat kami semakin solid dan kompak," kata Dede.
Ogoh-ogoh ST Rama Wijaya bukan hanya indah dan kreatif, tetapi juga mengandung pesan moral yang penting untuk dihayati.
Ogoh-ogoh ini menjadi simbol perlawanan alam terhadap keserakahan manusia dan ajakan untuk menjaga kelestarian hutan. *m03
Komentar