Tegal Cangkring Gagal Kirim Wakil ke DPRD Jembrana
NEGARA, NusaBali - Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana tercatat menjadi salah satu wilayah yang gagal meloloskan wakil rakyat (anggota DPRD) dalam tarung Pileg 2024 ini. Sempat selama dua periode memiliki wakil di DPRD Jembrana (2014-2019 dan 2019-2024), kini Tegal Cangkring dipastikan tidak memiliki wakil untuk periode 2024-2029.
Dari informasi yang dihimpun NusaBali, paling tidak ada 7 caleg dari Tegal Cangkring yang ikut tarung memperebutkan 7 jatah kursi DPRD Jembrana di Dapil Jembrana 4 (Kecamatan Mendoyo) dalam Pileg 2024 ini. Namun dari 7 caleg itu, hanya 5 caleg yang aktif turun ke masyarakat. Kelima caleg itu, masing-masing I Gede Mulyadi (PDIP), I Komang Adiyasa (Golkar), I Kadek Ariantana (Golkar), Ni Kadek Kartini (Demokrat), dan I Made Sumerta Tama (Gerindra).
Dari 5 caleg itu, hanya satu yang merupakan incumbent, yakni I Gede Mulyadi. Sebelumnya, Mulyadi berhasil lolos sebagai anggota DPRD Jembrana periode 2019-2024 dengan modal 1.240 suara. Sementara dalam Pemilu 2024 ini, Mulyadi yang juga tercatat menjadi peraih suara terbesar di antara para caleg dari Tegal Cangkring diketahui membukakan 1.750 suara.
Sayangnya, kendati raihan suaranya meningkat dibanding Pileg 2019 lalu, Mulyadi gagal mempertahankan kursinya di Dapil Kecamatan Mendoyo yang juga dijuluki ‘Dapil Neraka’ dalam perebutan kursi DPRD Jembrana pada Pileg 2024 ini. Julukan ‘Dapil Neraka’ ini pun tidak lepas dari berkurangnya 1 jatah kursi yang diperebutkan di Dapil Kecamatan Mendoyo dari sebelumnya 8 kursi menjadi 7 kursi.
Dari pengurangan 1 kursi di Dapil Kecamatan Mendoyo, itu ada tambahan 1 kursi ke Dapil Jembrana 1 atau Dapil Kecamatan Negara dari sebelumnya 10 kursi menjadi 11 kursi. Pengurangan kursi itu pun membuat pertarungan antara kandidat, baik incumbent ataupun new comer yang berupaya merebut kursi di Kecamatan Mendoyo berlangsung sengit.
Kegagalan caleg dari Tegal Cangkring dalam tarung DPRD Jembrana pada Pileg 2024 ini, menjadi kegagalan yang pertama kali bagi Tegal Cangkring setelah sempat berhasil meloloskan wakil di DPRD Jembrana pada periode 2014-2019 dan 2019-2024. Saat periode 2014-2019, wakil dari Kelurahan Tegal Cangkring yang berhasil lolos adalah I Komang Adiyasa. Saat itu, Adiyasa yang masih bergabung di Hanura menjadi perwakilan dari Kelurahan Tegal Cangkring yang pertamakali lolos ke DPRD Jembrana setelah diberlakukannya pemilu dengan sistem proporsional terbuka atau pembagian jatah kursi partai sesuai perolehan suara caleg.
Namun saat Pileg 2019, Adiyasa yang tarung dengan tunggangan Hanura nyaleg ke tingkat DPRD Bali Dapil Jembrana, namun gagal lolos. Sementara pada Pileg 2024 ini, Adiyasa yang kembali tarung ke level DPRD Jembrana dengan tunggangan Golkar. Namun Adiyasa yang merupakan keponakan dari mantan Bupati Jembrana I Gede Winasa ini gagal mengulang kesuksesannya saat Pileg 2014 lalu. Sesuai data yang dihimpun NusaBali, Adiyasa gagal lolos ke DPRD Jembrana pada Pileg 2014 ini dengan merengkuh 1.356 suara.
Lurah Tegal Cangkring, I Kade Dwi Puspa Negara saat dikonfirmasi, Rabu (20/3) membenarkan tidak ada satu pun caleg dari Tegal Cangkring yang lolos dalam perebutan kursi DPRD Jembrana pada Pemilu 2024. Namun dirinya menyatakan tidak dapat banyak berkomentar maupun berspekulasi mengenai penyebab kegagalan caleg dari Tegal Cangkring.
Hanya saja, Dwi yang juga mantan Sekretaris Lurah Tegal Cangkring ini mengakui cukup banyak caleg dari Tegal Cangkring yang memperebutkan kursi DPRD Jembrana di Dapil Mendoyo pada Pileg 2024 ini. Namun pihaknya menilai itu merupakan bagian proses demokrasi dan masyarakat telah menggunakan hak pilih sesuai hati nurani. “Sebenarnya masyarakat ingin tetap ada anggota dewan. Tetapi namanya suasana politik. Saya sebagai ASN tentunya juga tidak bisa ikut campur. Apalagi waktu kemarin ini (Pemilu 2024), saya kebetulan ikut sebagai Sekretaris PPS (Panitia Pemungutan Suara Kelurahan Tegal Cangkring)," ucap Dwi.
Sementara I Gede Mulyadi saat dikonfirmasi secara terpisah, Rabu kemarin mengaku sudah legowo dengan hasil Pemilu 2024. Dia menyatakan sangat berterimakasih kepada masyarakat di Kecamatan Mendoyo yang telah mempercayakan pilihan kepadanya. "Kita terima saja. Hasilnya ya tidak ada yang terpilih dari Tegal Cangkring," ujarnya.
Menurut Mulyadi, salah satu faktor kekalahannya di Pemilu 2024 ini adalah berkurangnya 1 kursi di Dapil Mendoyo. Di samping itu, dia mengaku terlalu banyak caleg dari Tegal Cangkring yang bersaing di Pemilu 2024 ini sehingga suara masyarakat Tegal Cangkring terpecah dan akhirnya tidak ada terpilih.
"Saya pun lihat masyarakat Tegal Cangkring pada khususnya, belum mengerti apa fungsi punya anggota dewan di wilayahnya. Padahal masih banyak keperluan di Kelurahan Tegal Cangkring yang perlu dibicarakan lewat perwakilan dewan. Tapi sepertinya masyarakat lebih memilih yang instant," ucap politisi PDIP asal Lingkungan Delod Bale Agung, Kelurahan Tegal Cangkring ini.
Sementara I Komang Adiyasa saat dikonfirmasi Rabu kemarin, mengaku sebenarnya agak kecewa dengan kegagalan Tegal Cangkring yang tidak memiliki wakil terpilih dalam Pileg 2024 ini. Namun, dia menilai itu juga bisa menjadi hal yang positif, khususnya pembelajaran kepada masyarakat sehingga bisa menjadi evaluasi ke depannya.
"Jujur saja, banyak yang lebih berpikir instant. Siapa yang berani ngasih sesuatu jelang pemilihan, itu yang dipilih. Tetapi itu tidak masalah. Masih ada waktu, biar mayarakat juga mengerti lah. Nanti kita lihat bagaimana ke depannya," ujar Adiyasa. Kelurahan Tegal Cangkring terbilang wilayah yang luas dengan jumlah penduduk yang besar di Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Tercatat jumlah penduduk kelurahan ini adalah 6.780 jiwa (Tahun 2016) dengan jumlah mata pilih sebanyak 6.300 orang lebih. Jumlah pemilih ini merupakan yang terbesar ketiga di wilayah Kecamatan Mendoyo setelah Desa Penyaringan (7.900 orang lebih) dan Desa Yehembang (6.600 orang lebih).
Dapil Kecamatan Mendoyo sendiri di Pemilu 2024 ini meloloskan 7 wakilnya ke DPRD Jembrana, yakni 4 caleg dari PDIP masing-masing Ni Made Sri Sutharmi (incumbent, 6.318 suara), Ni Made Artini (incumbent, 3.375 suara), I Gede Putu Suegardana Cita (incumbent, 2.137 suara), dan I Gusti Putu Putra Legawa (new comer, 2.550 suara). Dua caleg dari Demokrat, yakni I Komang Gede Leon Satriana Wijaya (incumbent, 3.049 suara), I Kadek Sadnyana (new comer, 1.996 suara), dan satu caleg dari Golkar I Nyoman Trisna Wirayudha (new comer, 2.035 suara). 7 ode
Dari 5 caleg itu, hanya satu yang merupakan incumbent, yakni I Gede Mulyadi. Sebelumnya, Mulyadi berhasil lolos sebagai anggota DPRD Jembrana periode 2019-2024 dengan modal 1.240 suara. Sementara dalam Pemilu 2024 ini, Mulyadi yang juga tercatat menjadi peraih suara terbesar di antara para caleg dari Tegal Cangkring diketahui membukakan 1.750 suara.
Sayangnya, kendati raihan suaranya meningkat dibanding Pileg 2019 lalu, Mulyadi gagal mempertahankan kursinya di Dapil Kecamatan Mendoyo yang juga dijuluki ‘Dapil Neraka’ dalam perebutan kursi DPRD Jembrana pada Pileg 2024 ini. Julukan ‘Dapil Neraka’ ini pun tidak lepas dari berkurangnya 1 jatah kursi yang diperebutkan di Dapil Kecamatan Mendoyo dari sebelumnya 8 kursi menjadi 7 kursi.
Dari pengurangan 1 kursi di Dapil Kecamatan Mendoyo, itu ada tambahan 1 kursi ke Dapil Jembrana 1 atau Dapil Kecamatan Negara dari sebelumnya 10 kursi menjadi 11 kursi. Pengurangan kursi itu pun membuat pertarungan antara kandidat, baik incumbent ataupun new comer yang berupaya merebut kursi di Kecamatan Mendoyo berlangsung sengit.
Kegagalan caleg dari Tegal Cangkring dalam tarung DPRD Jembrana pada Pileg 2024 ini, menjadi kegagalan yang pertama kali bagi Tegal Cangkring setelah sempat berhasil meloloskan wakil di DPRD Jembrana pada periode 2014-2019 dan 2019-2024. Saat periode 2014-2019, wakil dari Kelurahan Tegal Cangkring yang berhasil lolos adalah I Komang Adiyasa. Saat itu, Adiyasa yang masih bergabung di Hanura menjadi perwakilan dari Kelurahan Tegal Cangkring yang pertamakali lolos ke DPRD Jembrana setelah diberlakukannya pemilu dengan sistem proporsional terbuka atau pembagian jatah kursi partai sesuai perolehan suara caleg.
Namun saat Pileg 2019, Adiyasa yang tarung dengan tunggangan Hanura nyaleg ke tingkat DPRD Bali Dapil Jembrana, namun gagal lolos. Sementara pada Pileg 2024 ini, Adiyasa yang kembali tarung ke level DPRD Jembrana dengan tunggangan Golkar. Namun Adiyasa yang merupakan keponakan dari mantan Bupati Jembrana I Gede Winasa ini gagal mengulang kesuksesannya saat Pileg 2014 lalu. Sesuai data yang dihimpun NusaBali, Adiyasa gagal lolos ke DPRD Jembrana pada Pileg 2014 ini dengan merengkuh 1.356 suara.
Lurah Tegal Cangkring, I Kade Dwi Puspa Negara saat dikonfirmasi, Rabu (20/3) membenarkan tidak ada satu pun caleg dari Tegal Cangkring yang lolos dalam perebutan kursi DPRD Jembrana pada Pemilu 2024. Namun dirinya menyatakan tidak dapat banyak berkomentar maupun berspekulasi mengenai penyebab kegagalan caleg dari Tegal Cangkring.
Hanya saja, Dwi yang juga mantan Sekretaris Lurah Tegal Cangkring ini mengakui cukup banyak caleg dari Tegal Cangkring yang memperebutkan kursi DPRD Jembrana di Dapil Mendoyo pada Pileg 2024 ini. Namun pihaknya menilai itu merupakan bagian proses demokrasi dan masyarakat telah menggunakan hak pilih sesuai hati nurani. “Sebenarnya masyarakat ingin tetap ada anggota dewan. Tetapi namanya suasana politik. Saya sebagai ASN tentunya juga tidak bisa ikut campur. Apalagi waktu kemarin ini (Pemilu 2024), saya kebetulan ikut sebagai Sekretaris PPS (Panitia Pemungutan Suara Kelurahan Tegal Cangkring)," ucap Dwi.
Sementara I Gede Mulyadi saat dikonfirmasi secara terpisah, Rabu kemarin mengaku sudah legowo dengan hasil Pemilu 2024. Dia menyatakan sangat berterimakasih kepada masyarakat di Kecamatan Mendoyo yang telah mempercayakan pilihan kepadanya. "Kita terima saja. Hasilnya ya tidak ada yang terpilih dari Tegal Cangkring," ujarnya.
Menurut Mulyadi, salah satu faktor kekalahannya di Pemilu 2024 ini adalah berkurangnya 1 kursi di Dapil Mendoyo. Di samping itu, dia mengaku terlalu banyak caleg dari Tegal Cangkring yang bersaing di Pemilu 2024 ini sehingga suara masyarakat Tegal Cangkring terpecah dan akhirnya tidak ada terpilih.
"Saya pun lihat masyarakat Tegal Cangkring pada khususnya, belum mengerti apa fungsi punya anggota dewan di wilayahnya. Padahal masih banyak keperluan di Kelurahan Tegal Cangkring yang perlu dibicarakan lewat perwakilan dewan. Tapi sepertinya masyarakat lebih memilih yang instant," ucap politisi PDIP asal Lingkungan Delod Bale Agung, Kelurahan Tegal Cangkring ini.
Sementara I Komang Adiyasa saat dikonfirmasi Rabu kemarin, mengaku sebenarnya agak kecewa dengan kegagalan Tegal Cangkring yang tidak memiliki wakil terpilih dalam Pileg 2024 ini. Namun, dia menilai itu juga bisa menjadi hal yang positif, khususnya pembelajaran kepada masyarakat sehingga bisa menjadi evaluasi ke depannya.
"Jujur saja, banyak yang lebih berpikir instant. Siapa yang berani ngasih sesuatu jelang pemilihan, itu yang dipilih. Tetapi itu tidak masalah. Masih ada waktu, biar mayarakat juga mengerti lah. Nanti kita lihat bagaimana ke depannya," ujar Adiyasa. Kelurahan Tegal Cangkring terbilang wilayah yang luas dengan jumlah penduduk yang besar di Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Tercatat jumlah penduduk kelurahan ini adalah 6.780 jiwa (Tahun 2016) dengan jumlah mata pilih sebanyak 6.300 orang lebih. Jumlah pemilih ini merupakan yang terbesar ketiga di wilayah Kecamatan Mendoyo setelah Desa Penyaringan (7.900 orang lebih) dan Desa Yehembang (6.600 orang lebih).
Dapil Kecamatan Mendoyo sendiri di Pemilu 2024 ini meloloskan 7 wakilnya ke DPRD Jembrana, yakni 4 caleg dari PDIP masing-masing Ni Made Sri Sutharmi (incumbent, 6.318 suara), Ni Made Artini (incumbent, 3.375 suara), I Gede Putu Suegardana Cita (incumbent, 2.137 suara), dan I Gusti Putu Putra Legawa (new comer, 2.550 suara). Dua caleg dari Demokrat, yakni I Komang Gede Leon Satriana Wijaya (incumbent, 3.049 suara), I Kadek Sadnyana (new comer, 1.996 suara), dan satu caleg dari Golkar I Nyoman Trisna Wirayudha (new comer, 2.035 suara). 7 ode
Komentar