Penanda Introspeksi Pelaku Pariwisata Budaya
Alm Tjok Agung Sukawati Raih CNN Award 2024
Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati
Cok Ace
CNN Indonesia Award 2024
Pelopor Seni
Pariwisata Bali
Outstanding Art and Tourism Excellence
GIANYAR, NusaBali - Almarhum Tjokorda Gde Agung Sukawati alias Tjok Agung Sukawati, tokoh Puri Agung Ubud, Gianyar, meraih CNN Indonesia Award 2024 bidang Pelopor Seni dan Pariwisata Bali berpredikat Outstanding Art and Tourism Excellence (keunggulan seni dan pariwisata luar biasa).
Penghargaan ini diterima oleh salah seorang putra almarhum, Prof Dr Ir Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati Msi alias Cok Ace, di salah satu hotel kawasan Legian, Kecamatan Kuta, Badung, Senin (13/5) malam.
Cok Ace menerima award berupa piala dalam acara bertema ‘Dari Pulau Dewata Menuju Kebanggaan Nusantara’. Dia menerima award bersama puluhan penerima lain dalam pelbagai katagori. Dihubungi, Selasa (14/5), Cok Ace menyampaikan terima kasih kepada pelbagai pihak, terutama pihak CNN Indonesia yang telah mengapresiasi perjuangan ayahnya dalam memajukan seni dan pariwisata budaya ke kancah internasional.
Dirinya memaknai penghargaan ini tentu tidak sekadar tentang memori kental pihak lain atas perjuangan ayahnya dalam memelopori kebangkitan seni dan pariwisata budaya Bali ke kancah global. Jauh dari itu, award ini merupakan petanda penting tentang introspeksi diri dalam menegakkan konsep seni dan pariwisata budaya Bali yang dicetuskan dan diperjuangkan oleh almarhum pada zamannya.
‘’Award ini tentu bukan sekadar bahwa masih banyak orang mengingat nama beliau (alm Tjok Agung Sukawati,Red). Tapi, award jadi introspeksi bersama, apakah kini praktik dari konsep seni dan pariwisata budaya Bali yang beliau gaungkan sampai ke luar negeri itu, sudah benar adanya atau malah sebaliknya,’’ ujar mantan Wagub Bali 2019 – 2024, ini.
Cok Ace merasakan praktik nyata pariwisata budaya kini malah jauh dari angan-angan tersebut. Menurutnya, pariwisata Bali sedang berada di persimpangan jalan, antara untuk kesejahteraan yang berkelanjutan atau sebaliknya, berjalan namun berbuah kerusakan alam dan budaya itu sendiri.
Dia mengaku teringat tahun tahun 1977 saat pemerintah menggalakkan program listrik masuk desa di Bali. Kala itu, ayahnda, Tjok Agung Sukawati mewanti-wanti kepada pembawa program untuk mencegah pembabatan banyak pohon. Karena pohon rimbun adalah bagian unik dari wajah khas desa- desa di Bali sekaligus mempertahankan kesejukan lingkungan. Kala itu, ayahnya telah berpikir tentang kabel listrik yang mesti ditanam bawah tanah.
Namun, lanjutnya, keadaan malah lain. Kini terbukti suasana sejuk dengan pohon rindang di jalan – jalan berganti jadi kabel saling melintang dan semraut. Hal itulah salah satu contoh adanya pergolakan pariwisata budaya Bali yang bermuara perusakan alam, termasuk aksi – aksi perambahan hutan, tebang pohon, dan lain – lain. ‘’Tidak berarti pembangunan Bali mesti seperti tahun 1930an. Namun seyogyanya segala perubahan yang ada jangan keluar dari konsep dan nilai – nilai pariwisata budaya lama yang masih sangat relevan untuk ke depan,’’ jelas Ketua DPD PHRI Bali ini.7lsa
Komentar