Rasio Bunuh Diri di Bali Tertinggi di Indonesia
DENPASAR, NusaBali - Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri yang menerima laporan kasus bunuh diri sepanjang 2023, menunjukkan rasio bunuh diri di Bali menjadi yang paling tinggi di Indonesia.
Dengan angka mencapai 3,07, angka bunuh diri ini dibanding jumlah penduduk di Bali jauh di atas rasio bunuh diri DI Jogjakarta yang menempati peringkat kedua dengan rasio bunuh diri 1,58. Sementara, Aceh yang menempati posisi buncit dari seluruh provinsi di Indonesia, rasio bunuh dirinya hanya 0,02.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Bali telah melakukan berbagai upaya untuk memahami dan mengatasi masalah ini. Termasuk bekerja sama dengan ahli kesehatan jiwa untuk melakukan kajian dan pemetaan penyebab bunuh diri.
“Pemprov Bali sudah melakukan kajian, apa sih faktor penyebab bunuh diri. Bekerja sama dengan ahli kesehatan jiwa, sudah pernah dilakukan dan maping. Oleh karena itu, dilakukan tindakan yang bisa membantu,” ujarnya usai mengikuti rapat paripurna di DPRD Bali, Niti Mandala, Denpasar, Senin (1/7).
Untuk mengatasi masalah ini, Sekda Dewa Indra menggarisbawahi pentingnya peran berbagai pihak termasuk keluarga, psikolog, psikiater, dan pemimpin agama. Pemimpin agama dalam berbagai kesempatan perlu memberikan pencerahan kepada umat bahwa bunuh diri bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah.
“Institusi pertama yang harus melakukan edukasi adalah keluarga. Komunikasi keluarga paling penting karena bunuh diri tidak melapor ke mana-mana," jelasnya.
Ketika ditanya tentang adanya program konsultasi gratis bagi masyarakat, Sekda Dewa Indra menjawab bahwa Pemprov Bali terbuka terhadap ide tersebut. "Boleh kalau memang itu diperlukan, kenapa tidak? Masalahnya sasarannya itu seringkali tidak kita ketahui di mana, itu kan tiba-tiba terjadi di sini dan di situ,” ucapnya.
Sementara itu, dokter spesialis kejiwaan atau psikiater RSUP Prof Ngoerah, Dr dr Anak Ayu Sri Wahyuni menjelaskan terdapat dua penyebab kasus bunuh diri di Bali, yakni, biologis dan psikososial.
Selama kurun waktu 2022 sampai 2023, Sri Wahyuni sudah merawat pasien percobaan bunuh diri sebanyak 27 orang. Mereka rata-rata didominasi oleh orang dewasa dalam rentang usia 19-32 tahun.
Menurutnya, rata-rata alasan mereka melakukan percobaan bunuh diri adalah karena berutang hingga mengalami gangguan bipolar. Kemudian, ada yang depresi karena penyakit kronis.
"Penyebab secara biologis karena memang ada kelainan mental pada seseorang seperti depresi, skizofrenia, atau gangguan bipolar. Kemudian, psikososial seperti terbelit utang, terutama saat ini adalah pinjol (pinjaman online)," kata Sri Wahyuni.
Menurutnya, selain komunikasi dalam keluarga, upaya pencegahan kasus bunuh diri di Bali juga dapat dilakukan dengan mengajak orang yang memiliki masalah kejiwaan untuk berkonsultasi dan berobat sesuai dengan kebutuhan. Menurutnya, pengobatan ini pun semuanya ter-cover oleh asuransi pemerintah, seperti JKN dan BPJS Kesehatan.
"Ini diberikan kepada seseorang yang sudah ada tanda depresi atau mungkin setelah percobaan sembuh dan ingin melanjutkan pengobatan tetap ditanggung," ucap Sri Wahyuni. 7 a
Komentar