Wapres Akui Banyak ‘PR’
PR Indonesia masih banyak, seiring harapan yang terus berlanjut dari masyarakat. Pemerintah sebagai penyelenggara negara harus memastikan harapan masyarakat terwujud.
Menuju Usia Kemerdekaan ke-72
JAKARTA, NusaBali
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengakui masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan pemerintah. Meskipun Indonesia sekarang menuju usia kemerdekaan ke-72, namun dari sisi ekonomi masih belum memenuhi harapan semua masyarakat Indonesia.
"PR Indonesia masih banyak. Munculnya PR itu, seiring dengan harapan yang terus berlanjut dari masyarakat. Sehingga pemerintah sebagai penyelenggara negara harus bisa memastikan harapan masyarakat terwujud," kata JK, di kantor Wapres, Jakarta, Selasa (15/8).
Sekarang, harapan itu adalah tentang ekonomi Indonesia yang seharusnya tumbuh tinggi agar bisa menjadi negara maju dan sejahterakan seluruh masyarakat. Seiring dengan itu, keamanan dan ketentraman di tengah masyarakat juga harus dipastikan.
“Suatu negara kan selalu berlanjut dan naik terus. Tidak berhenti 70 tahun atau 100 tahun sudah berhenti harapannya selalu naik saja," kata JK.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang 5,01%, melambat dibandingkan lima tahun terakhir. Namun masih lebih baik ketimbang banyak negara berkembang di dunia yang bahkan jatuh ke jurang resesi.
"Harapan kita sekarang tentu pertumbuhan yang lebih tinggi dan yang lebih adil, sehingga jangan kita kurangi, negeri aman dan memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin sehingga pertumbuhannya lebih cepat dan adil. Itu pekerjaan rumah selalu," papar JK.
Lebih jauh sebuah laporan menyebutkan, Indonesia masih mengejar ketertinggalan. Tidak banyak waktu yang dimiliki Indonesia untuk menjelma menjadi negara maju, dibandingkan India dan Filipina. Bonus demografi akan berakhir, namun ekonomi tidak secepat diharapkan.
Angin segar sebenarnya datang di pertengahan 2017. Lembaga pemeringkat internasional S & P menaikkan peringkat surat utang Indonesia, melengkapi opini Moody's and Fitch pada 2010 dan 2011 lalu untuk mendapatkan label investment grade.
Berdasarkan hasil riset DBS yang dikutip detikFinance, Selasa (15/8), ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi mencapai 5% atau lebih tinggi dari kebanyakan negara berkembang di dunia. Walaupun dengan potensi yang ada, seharusnya ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 6,5%.
Pada 2016 lalu pendapatan PDB perkapita Indonesia mencapai dua kali lipat dibandingkan India dan masih 25% di atas PDB perkapita Filipina. Pada umumnya, perekonomian yang sudah maju akan tumbuh dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan perekonomian yang masih berkembang. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa perekonomian Indonesia mungkin tidak akan bertumbuh sepesat perekonomian India atau Filipina. *ant
Komentar