Disbud Kenalkan Gamelan Tradisional Lewat Pameran
Hadapi Tantangan Modernisasi
SINGARAJA, NusaBali - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Gedong Kirtya Dinas Kebudayaan Buleleng kembali melakukan pameran tematik.
Kali ini sejumlah instrumen gamelan tradisional Bali menjadi objek pameran Alat Musik Tradisional Bali yang berlangsung di Museum Soenda Ketjil Kawasan Pelabuhan Tua Buleleng, Senin (21/10) hingga Minggu (27/10) mendatang.
Belasan instrumen gamelan tradisional ini ditata apik di ruang pameran Museum Soenda Ketjil. Penempatannya pun diatur sedemikian rupa menyesuaikan dengan periodisasi gamelan yang dibagi menjadi 3 golongan.
Pada lokus golongan gamelan tua yang diperkirakan muncul pada masa prasejarah 2000 Sebelum Masehi (SM) hingga masa pemerintahan raja-raja kuno di Bali pada abad ke 9-14. Sejumlah instrumen gamelan tua ini meliputi selonding, gong luang, genggong, terompong beruk, gender wayang, gambang, okokan dan babonangan.
Lalu pada lokus golongan gamelan madya yang diperkirakan berkembang pada abad 15-19 ini, ada angklung nada 5, gambuh, semara pagulingan, pelegingan, rindik, gandrung dan gong gede. Golongan terakhir gamelan baru yang berkembang di abad 19-20, terdiri dari gamelan jegog, joged bumbung, mandolin, gong kebyar, semarandana, maniksanti, genta pinara pitu. Seluruh instrumen gamelan yang ditampilkan, dipinjamkan oleh sejumlah sekaa dan sanggar seni di Buleleng.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng I Nyoman Wisandika menyebut, pameran alat musik tradisional ini digelar sebagai salah satu upaya pelestarian. Sekaligus mengenalkan kepada generasi muda, yang saat ini lebih cenderung menggeluti seni modern.
“Semangat kami mengenalkan kembali adat tradisi seni budaya salah satunya musik tradisional Bali. Meski sangat familiar di keseharian saat kegiatan upacara di Bali tetapi belum tentu semua generasi muda kita tahu nama-nama alat musik tradisional ini,” terang Wisandika.
Pengenalan kembali ini pun diharapkan dapat menggugah generasi muda untuk mau belajar minimal mengenal dan memahami macam gamelan tradisional. Wisandika juga menerangkan sejumlah instrumen gamelan yang dipamerkan, juga mengacu pada sejumlah lontar koleksi Museum Gedong Kirtya. Salah satunya lontar Papatutan Suling, yang menerangkan acuan memilih bahan dasar pembuatan seruling yang bagus.
Sementara itu salah satu pengunjung yang juga Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Buleleng Putu Pertama Yasa menyebut pameran alat musik ini sangat penting digelar untuk mengedukasi generasi muda. Dengan menghadirkan langsung gamelannya akan membantu mempermudah pengenalan pada pengunjung.
Terkait lontar-lontar di masyarakat tentang alat musik tradisional Bali, belum banyak ditemukan penyuluh. Sejauh ini yang banyak ditemukan penyuluh adalah catatan kidung, pupuh. Sedangkan kalau soal catatan notasi gamelan jarang ditemukan.
“Mungkin saja ada terutama seniman-seniman Buleleng yang mengarsipkan dan mendokumentasi ciptaan mereka hanya saja tidak banyak. Sebenarnya itu sangat penting, terutama untuk antisipasi menghadapi tantangan arus modernisasi, ketika hampir punah saat direkonstruksi tidak sulit menemukan data-data dan dokumentasi,” terang Pertama Yasa.7 k23
Komentar