Oom Pasikom Pameran Kartun di Bali
Kartun karya GM Sudarta dipamerkan di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Selasa (29/8) malam.
DENPASAR, NusaBali
Pameran kartun bertajuk ‘kesaksian 50 tahun Oom Pasikom’ ini dibuka Ketua Indonesia Cartoonist Association 2005-2010, Kadek Jango Paramartha. Ada 30 kartun dipamerkan yang dibuat dari tahun 1967 hingga 2017. Seluruh kartun tidak lepas dari karakter Oom Pasikom yang sarat kritik bagi pemerintah.
Menurut Jango, 50 tahun kesaksian Oom Pasikom Roadshow ini merupakan hasil karya dan curahan hati GM Sudarta melihat dagelan bangsa Indonesia saat ini. “Sudarta seorang kartunis ternama memilih Bali untuk pamerkan karya-karyanya. Mahasiswa maupun masyarakat sangat beruntung bisa mendapatkan kesempatan melihat karya Sudarta yang inspiratif,” jelasnya. Jango berharap, dengan adanya pameran ini generasi kartunis Indonesia terutama di Bali dapat lebih berkembang lagi.
Menurut Jango, mencari kartunis saat ini sangatlah sulit karena kebanyakan generasi terfokus pada gadget. “Dunia kartun juga harus berkembang,” ujarnya. Selain pintar menggambar menurut Jango, estetika, humor, dan etika harus ada dalam kartun tersebut. Ketiganya harus sinkron untuk dituangkan dalam karya seni kartun.
Jango juga mengingatkan penggunaan gadget yang sudah mulai populer saat ini. Menurutnya, pembuatan kartun dengan menggunakan gadget merupakan permainan efek yang menghilangkan rasa terhadap karya mereka sendiri. Sehingga rasa dan rasio yang ada pada diri kartunis tidak mengalir ke gambar tersebut yang sebenarnya permainan gadget adalah bagian terakhir untuk menghapus gambar. “Menggambar dengan tangan maka kepuasan rasa kita akan tergambarkan. Bukannya dibalik seperti sekarang ini,” sindir Jango. *cr63
Menurut Jango, 50 tahun kesaksian Oom Pasikom Roadshow ini merupakan hasil karya dan curahan hati GM Sudarta melihat dagelan bangsa Indonesia saat ini. “Sudarta seorang kartunis ternama memilih Bali untuk pamerkan karya-karyanya. Mahasiswa maupun masyarakat sangat beruntung bisa mendapatkan kesempatan melihat karya Sudarta yang inspiratif,” jelasnya. Jango berharap, dengan adanya pameran ini generasi kartunis Indonesia terutama di Bali dapat lebih berkembang lagi.
Menurut Jango, mencari kartunis saat ini sangatlah sulit karena kebanyakan generasi terfokus pada gadget. “Dunia kartun juga harus berkembang,” ujarnya. Selain pintar menggambar menurut Jango, estetika, humor, dan etika harus ada dalam kartun tersebut. Ketiganya harus sinkron untuk dituangkan dalam karya seni kartun.
Jango juga mengingatkan penggunaan gadget yang sudah mulai populer saat ini. Menurutnya, pembuatan kartun dengan menggunakan gadget merupakan permainan efek yang menghilangkan rasa terhadap karya mereka sendiri. Sehingga rasa dan rasio yang ada pada diri kartunis tidak mengalir ke gambar tersebut yang sebenarnya permainan gadget adalah bagian terakhir untuk menghapus gambar. “Menggambar dengan tangan maka kepuasan rasa kita akan tergambarkan. Bukannya dibalik seperti sekarang ini,” sindir Jango. *cr63
Komentar