nusabali

Mempertahankan Warisan Tradisi, ST Dwi Putra Konsisten Gunakan Kayu untuk Ogoh-Ogoh

  • www.nusabali.com-mempertahankan-warisan-tradisi-st-dwi-putra-konsisten-gunakan-kayu-untuk-ogoh-ogoh

DENPASAR, NusaBali.com – Di tengah pesatnya kemajuan zaman, ST Dwi Putra, sebuah kelompok seni yang terletak di Banjar Tegal Agung, Jalan Imam Bonjol, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat, tetap mempertahankan tradisi seni Ogoh-Ogoh dengan menggunakan konstruksi kayu tanpa melibatkan bahan logam.

Sejak pertama kali membuat Ogoh-Ogoh pada tahun 2023 (Caka 1945), ST Dwi Putra bertekad untuk melestarikan cikal bakal seni Ogoh-Ogoh yang sudah ada sejak zaman dahulu.

Menurut Anak Agung Bagus Suendra Diputra, yang akrab disapa Gung Gus Adi, latar belakangnya sebagai mahasiswa ISI Denpasar dan penggemar seni seperti tari, menggambar, serta pengerajin/wadah Bade sarana upacara ngaben, memotivasi dirinya untuk berkarya dalam dunia Ogoh-Ogoh.

Gung Gus Adi menjelaskan bahwa persiapan untuk ajang tarung bebas Ogoh-Ogoh di tahun 2025 dimulai sejak Desember 2024. Saat ini, pengerjaan karya yang ditampilkan ST Dwi Putra baru mencapai 20%. 

Meskipun begitu, mereka tetap konsisten menampilkan ciri khas, dengan penggunaan kayu dalam konstruksi dan payasan (hiasan) untuk Bade dan wadah. Untuk Ogoh-Ogoh tahun ini, mereka menghadirkan empat karakter baru dengan konsep yang kental dengan nilai-nilai keagamaan.

"Ogoh-Ogoh kami tahun 2025 ini memiliki desain yang berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2024, bentuknya cukup sederhana dengan dudukan tegak. Tapi di tahun 2025 ini kami mencoba untuk membuat volume lebih banyak dan gaya Ogoh-Ogoh yang miring, serta menggunakan rangka kayu dengan sudut-sudut berbeda," ujar Gung Gus Adi, Sabtu (4/1/2025).

Meski demikian, pembuatan Ogoh-Ogoh ini tetap mengandalkan bahan yang ramah lingkungan dan memperhatikan kelestarian budaya, seperti penggunaan ulatan dan tapel di bagian badan, sedangkan kaki dan tangan dibuat dari kertas solek untuk mempercepat proses pengerjaan. Proyek tahun ini diperkirakan menelan biaya sebesar Rp15 juta, sama seperti karya mereka pada tahun 2024.

Tahun 2025 ini menjadi ajang penting bagi ST Dwi Putra, karena mereka mengikuti kompetisi yang lebih luas, yakni tarung bebas Ogoh-Ogoh se-Kota Denpasar, yang tentu menuntut penampilan terbaik. Gung Gus Adi juga mengungkapkan bahwa kejadian-kejadian terkait pro-kontra penilaian, perusakan, dan pembakaran Ogoh-Ogoh perlu menjadi pelajaran untuk perbaikan.

“Tahun-tahun sebelumnya, memang sudah sering ada kasus perusakan dan pencurian Ogoh-Ogoh. Bahkan pada tahun 2024 lalu, ada insiden pembakaran Ogoh-Ogoh yang sangat kami sesalkan. Kami berharap kejadian-kejadian seperti itu tidak terulang lagi,” kata Gung Gus Adi dengan harapannya untuk menjaga keutuhan seni Ogoh-Ogoh di Bali.

Menurutnya, seni Ogoh-Ogoh tidak hanya berfungsi sebagai sarana perayaan Hari Nyepi, tetapi juga sebagai bagian penting dari kontribusi seni yang dapat mendorong sektor pariwisata di Bali, terutama setelah dampak dari pandemi COVID-19.

“Semoga seni Ogoh-Ogoh bisa menjadi bagian dari kebangkitan pariwisata Bali, memberikan dampak positif dan mengedukasi masyarakat bahwa karya seni ini adalah bagian dari budaya yang perlu dilestarikan," tutupnya.

Dengan komitmen dan semangat untuk terus berkarya, St. Dwi Putra berharap dapat memberikan warna baru dalam seni Ogoh-Ogoh, sekaligus menjadikannya sebagai simbol persatuan dan kreativitas yang mengarah pada perkembangan pariwisata Bali ke depannya. *m03

Komentar