Desa Adat Pecatu Gelar Upacara Pecaruan Karipubaya
MANGUPURA, NusaBali - Sebagai pangemong Pura Luhur Uluwatu, Desa Adat Pecatu menggelar Upacara Pecaruan Karipubaya pada Selasa (28/1) sore.
Upacara ini dilaksanakan bertepatan dengan hari Tilem Kapitu dengan tujuan untuk membersihkan atau menetralisasi kawasan Pura Luhur Uluwatu. Upacara ini dilakukan sebagai respons atas insiden wisatawan asing berjenis kelamin perempuan yang diduga sengaja menceburkan diri ke dasar tebing di area hutan dekat panggung Tari Kecak DTW Kawasan Luar Pura Luhur Uluwatu pada Kamis (9/1) lalu.
Panglingsir Puri Agung Jrokuta sekaligus Pangempon Pura Luhur Uluwatu, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya, mengatakan upacara ini penting untuk dilakukan, bagaimanapun juga hal tersebut merupakan tanggung jawab masyarakat Desa Adat Pecatu untuk melakukan pembersihan secara niskala. “Ini mungkin sudah cukup dua minggu yang lalu, kejadian kemarin ada bule yang ulah pati (bunuh diri, Red) di kawasan Pura Luhur Uluwatu. Bagaimana pun itu merupakan tanggung jawab kami masyarakat Desa Adat Pecatu untuk melakukan pembersihan secara niskala,” jelasnya saat ditemui di lokasi pada Selasa (29/1) sore.
Turah Joko juga menjelaskan bahwa pada hari kejadian, pihaknya telah melakukan Pengulapan Pecaruan Alit sebagai langkah awal untuk menetralisasi kawasan. Namun, pada hari Tilem Kapitu yang dianggap sebagai hari baik, ritual yang lebih besar kemudian dilaksanakan. Turah Joko menambahkan bahwa tujuan utama dari upacara ini adalah untuk menetralisasi roh wisatawan tersebut. “Tujuan pelaksanaan ini adalah untuk menteralisir roh-toh mereka karena mereka bukan orang Bali, maka kita lah yang menetralisir itu,” terangnya.
Upacara Pecaruan Karipubaya ini melibatkan kolaborasi antara Jro Kuta, Desa Adat Pecatu, pemerintah daerah, serta para Pangempon dan Pangemong Pura Luhur Uluwatu. Selain itu, Turah Joko berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Oleh karena itu, pihaknya bersama Jro Bendesa telah meminta kepada pengelola DTW Pura Luhur Uluwatu untuk meningkatkan pengawasan terhadap wisatawan yang berkunjung. Dia juga menegaskan bahwa tragedi ini sudah terjadi dua kali, sehingga kali ini dilakukan upacara yang lebih besar agar roh jahat bisa dinetralkan.
Dalam kesempatan yang sama, Bendesa Adat Pecatu I Made Sumerta mengungkapkan jika dalam kesempatan tersebut, disepakati bersama antara pihak Pangempon Pura dan pemerintah daerah bahwa akibat insiden ini, diperlukan penganggaran khusus untuk pelaksanaan upacara Pangulapan Karipubaya. Upacara ini dipimpin oleh Ida Padanda Saking Griya Sari, Bhagawanta Puri Agung Jrokuta.
“Bertepatan dengan Tilem Kapitu, kami melakukan Upacara Pengulapan pembersihan upakara Karipubaya karena ada baya atau bahaya yang terjadi sekitar awal Januari, ada wisatawan yang diduga dengan sengaja menerjunkan diri di tebing di kawasan alas keker Kawasan Pura Luhur Uluwatu yang kami sucikan,” ujarnya.
Masih menurut Sumerta, ke depan penting untuk dikaji perlindungan bagi wisatawan melalui skema asuransi sebagai bentuk proteksi. Dia menjelaskan bahwa adanya asuransi dapat memberikan perlindungan kepada wisatawan, terutama bagi mereka yang mengalami kecelakaan yang tidak disengaja, sehingga dapat mengurangi beban keluarga korban. Namun, dirinya juga menegaskan bahwa kasus bunuh diri harus dikaji secara khusus karena biasanya tidak termasuk dalam cakupan perlindungan asuransi.
Dia menambahkan bahwa mengingat kawasan Pura Luhur Uluwatu memiliki populasi satwa liar seperti monyet, risiko bagi wisatawan tetap ada. Oleh karena itu, dia berharap adanya sistem asuransi yang dapat mencakup kejadian yang mungkin terjadi di kawasan ini.
Sebagai anggota DPRD Badung Komisi III, I Sumerta mengungkapkan bahwa dirinya telah mengusulkan hal ini dalam rapat anggaran bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Mengingat DTW Kawasan Luar Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Badung dan Provinsi Bali. Sumerta menilai sudah sepatutnya ada peningkatan. “Sehingga sudah seyogyanya, bila perlu diberikan pelayanan yang maksimal, salah satunya asuransi wisatawan. Orang berkunjung ke DTW, harapan kami sudah terasuransikan, karena di sini ada hewan monyet dan lainnya,” kata Sumerta. 7 ol3
Komentar