Ibu Hamil Pecah Ketuban di Pengungsian
Seorang ibu hamil, Ni Wayan Tangkih, 40, mengalami pecah air ketuban di tenda pengungsian bencana Gunung Agung di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Pengungsi asal Banjar Perasan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem ini pun dilarikan ke RSUD Buleleng di Singaraja, Sabtu (23/9) petang, setelah sempat dirawat di Puskesmas Tejakula.
Setelah selama semalaman dirawat di RSUD Buleleng, Ni Wayan Tangkih akhirnya melahirkan melalui operasi cesar, Minggu (24/9) pagi sekitra pukul 10.00 Wita. Tindakan operasi cesar terpaksa dilakukan, mengingat air ketuban dalam kandungan pengungsi berusia 40 tahun ini sudah semakin menipis. Beruntung, bayi lelaki dilahirkan dalam kondisi sehat, dengan berat badan 3,1 kg. Ini merupakan bayi ketiga Wayan Tangkih dari hasil pernikahannya dengan I Wayan Gunung, 40.
Hingga Minggu petang, Wayan Tangkih dan bayinya masih dirawat di Ruang Melati, RSUD Buleleng. Kondisi Wayan Tangkih sudah berangsur pulih, namun masih harus menjalani perawatan intensif pasca operasi. Dia dan bayinya ditunggui adik iparnya, Ni Ketut Sri, 30.
Kepada NusaBali, Wayan Tangkih mengakui sudah mengungsi bersama keluarganya ke tenda pengungsian di Desa Les, Kecamatan Tejakula, sejak Kamis (21/9) lalu. Dia mengungsi dalam kondisi hamil tua. Masa kehamilannya sudaha melewati waktu perkiraan umur kandungan umumnya. “Seharusnya sudah melahirkan dua minggu lalu, tapi belum kunjung ada tanda-tanda sakit hendak melahirkan,” kenang Wayan Tangkih di RSUD Buleleng, Minggu kemarin.
Wayan Tangkih akhirnya memeriksakan diri di tenda kesehatan di camp pengungsian, Jumat (22/9) siang. Setelah diperiksa oleh tim medis, dia langsung dirujuk ke Puskesmas Tejakula I, karena sudah mengalami bukaan satu tanpa rasa sakit. Sempat menginap sehari di Puskesma Tejakula I, tanda-tanda kelahiran bayinya pun tidak ada perubahan, masih tetap bukaan 1. Sampai akhirnya Wayan Tangkih dirujuk ke RSUD Buleleng, Sabtu petang pukul 18.00 Wita.
Menurut Wayan Tangkih, selama masa kehamilannya 9 bulan lebih, dia tidak pernah mengalami gangguan apa pun. Seminggu sbelum mengungsi ke Desa Les karena bencana Gunung Agung, dia juga sempat memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan di Karangasem. “Waktu itu, sudah lewat seminggu. Dokternya bilang kalau dua hari tidak lahir, disuruh periksa lagi. Tapi, kami keburu mengungsi,” cerita Wayan Tangkih.
Wayan Tangkih dan suaminya, Wayan Gunung, yang berkerja sebagai petani, merasa sangat bersyukur bayi ketiganya lahir dengan selamat di tengah situasi genting bencana Gunung Agung jelang meletus. Setelah nanti diizinkan pulang dari rumah sakit, Wayan Tangkih dan sang suami berencana akan membawa bayi lelakinya yang baru lahir ini ke rumah saudaranya di Desa Abang Dulun Sampih, Kecamatan Abang, Karangasem.
Sementara itu, Dirut RSUD Buleleng, dr Gede Wiartana, mengatakan tindakan operasi cesar terhadap ibu hampil Wayan Tangkih, memang harus dilakukan. Masalahnya, usia kehamilan pengungsi bencana Gunung Agung asal Desa Ban ini sudah melebihi umur kandungan umumnya. Selain itu, kondisi air ketubannya juga sudah mulai menipis. “Kita langsung lakukan tindakan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Dan, bayinya sangat sehat,” ujar dr Wiartama saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Minggu kemarin.
Sedangkan Wakil Bupati Buleleng, dr Nyoman Sutjidra SpOG, menegaskan untuk pengungsi yang melahirkan akan disedikan rumah singgah milik Pemkab Buleleng buat tempat sementara. Mereka tidak dibolehkan kembali ke tenda pengungsian. “Karena bayi baru lahir itu sangta rentan, tidak boleh kembali ke tempat pengungsian. Sementara kita siapkan rumah singgah, sambil kita pikirkan langkah ke depannya,” jelas Wakil Bupati yang juga dokter spesialis kandungan ini. *k23
Pengungsi asal Banjar Perasan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem ini pun dilarikan ke RSUD Buleleng di Singaraja, Sabtu (23/9) petang, setelah sempat dirawat di Puskesmas Tejakula.
Setelah selama semalaman dirawat di RSUD Buleleng, Ni Wayan Tangkih akhirnya melahirkan melalui operasi cesar, Minggu (24/9) pagi sekitra pukul 10.00 Wita. Tindakan operasi cesar terpaksa dilakukan, mengingat air ketuban dalam kandungan pengungsi berusia 40 tahun ini sudah semakin menipis. Beruntung, bayi lelaki dilahirkan dalam kondisi sehat, dengan berat badan 3,1 kg. Ini merupakan bayi ketiga Wayan Tangkih dari hasil pernikahannya dengan I Wayan Gunung, 40.
Hingga Minggu petang, Wayan Tangkih dan bayinya masih dirawat di Ruang Melati, RSUD Buleleng. Kondisi Wayan Tangkih sudah berangsur pulih, namun masih harus menjalani perawatan intensif pasca operasi. Dia dan bayinya ditunggui adik iparnya, Ni Ketut Sri, 30.
Kepada NusaBali, Wayan Tangkih mengakui sudah mengungsi bersama keluarganya ke tenda pengungsian di Desa Les, Kecamatan Tejakula, sejak Kamis (21/9) lalu. Dia mengungsi dalam kondisi hamil tua. Masa kehamilannya sudaha melewati waktu perkiraan umur kandungan umumnya. “Seharusnya sudah melahirkan dua minggu lalu, tapi belum kunjung ada tanda-tanda sakit hendak melahirkan,” kenang Wayan Tangkih di RSUD Buleleng, Minggu kemarin.
Wayan Tangkih akhirnya memeriksakan diri di tenda kesehatan di camp pengungsian, Jumat (22/9) siang. Setelah diperiksa oleh tim medis, dia langsung dirujuk ke Puskesmas Tejakula I, karena sudah mengalami bukaan satu tanpa rasa sakit. Sempat menginap sehari di Puskesma Tejakula I, tanda-tanda kelahiran bayinya pun tidak ada perubahan, masih tetap bukaan 1. Sampai akhirnya Wayan Tangkih dirujuk ke RSUD Buleleng, Sabtu petang pukul 18.00 Wita.
Menurut Wayan Tangkih, selama masa kehamilannya 9 bulan lebih, dia tidak pernah mengalami gangguan apa pun. Seminggu sbelum mengungsi ke Desa Les karena bencana Gunung Agung, dia juga sempat memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan di Karangasem. “Waktu itu, sudah lewat seminggu. Dokternya bilang kalau dua hari tidak lahir, disuruh periksa lagi. Tapi, kami keburu mengungsi,” cerita Wayan Tangkih.
Wayan Tangkih dan suaminya, Wayan Gunung, yang berkerja sebagai petani, merasa sangat bersyukur bayi ketiganya lahir dengan selamat di tengah situasi genting bencana Gunung Agung jelang meletus. Setelah nanti diizinkan pulang dari rumah sakit, Wayan Tangkih dan sang suami berencana akan membawa bayi lelakinya yang baru lahir ini ke rumah saudaranya di Desa Abang Dulun Sampih, Kecamatan Abang, Karangasem.
Sementara itu, Dirut RSUD Buleleng, dr Gede Wiartana, mengatakan tindakan operasi cesar terhadap ibu hampil Wayan Tangkih, memang harus dilakukan. Masalahnya, usia kehamilan pengungsi bencana Gunung Agung asal Desa Ban ini sudah melebihi umur kandungan umumnya. Selain itu, kondisi air ketubannya juga sudah mulai menipis. “Kita langsung lakukan tindakan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Dan, bayinya sangat sehat,” ujar dr Wiartama saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Minggu kemarin.
Sedangkan Wakil Bupati Buleleng, dr Nyoman Sutjidra SpOG, menegaskan untuk pengungsi yang melahirkan akan disedikan rumah singgah milik Pemkab Buleleng buat tempat sementara. Mereka tidak dibolehkan kembali ke tenda pengungsian. “Karena bayi baru lahir itu sangta rentan, tidak boleh kembali ke tempat pengungsian. Sementara kita siapkan rumah singgah, sambil kita pikirkan langkah ke depannya,” jelas Wakil Bupati yang juga dokter spesialis kandungan ini. *k23
Komentar