Kawah Keluarkan Uap, Tercium Bau Belerang
Aktivitas vulkanik Gunung Agung di Karangasem masuk tahap kritis.
Pengungsi Sembahyang Bersama dengan Diantarkan 12 Sulinggih
AMLAPURA, NusaBali
Muncul semburan uap dari kawah Gunung Agung, sejak Minggu (24/9). Bahkan, warga di Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem mencium bau belerang.
Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Gede Suantika, mengatakan semburan uap air berupa asap putih dari kawah Gunung Agung itu menyeruak setinggi 200 meter. “Itu artinya pemanasan air di bawah dengan magma semakin meningkat," ungkap Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Agung di Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Senin (25/9).
Menurut Suantika, keluarnya uap air dari kawah tersebut adalah indikasi magma sudah semakin ke atas untuk mendobrak katup penutup kepundan. Selain munculnya uap air dari kawah, intensitas kegempaan juga makin banyak dan kuat. Jumlah kegempaan vulkanik dangkal, misalnya, jauh meningkat dibandung har-hari sebelumnya. "Tekanan magma sudah semakin ke atas. Dengan kegempaan dan semburan uap air itu, menandakan magma sudah semakin ke atas," katanya.
Sementara, bau belerang menyengat mulai tercium dari Banjar Beluhu, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu. Akibatnya, warga setempat pun buru-buru meninggalkan kampungnya menuju ke pengungsian di Banjar Kebon, Desa Kerta Mandala, Kecamatan Abang, Karangasem karena khawatir belerang itu beracun.
Informasi soal bau belerang ini diterima Kapolsek Abang, AKP I Nyoman Sugita Yasa, dari tuan rumah yang menampung pengungsi di Banjar Kebon, Desa Kerta Mandala, Senin kemarin. Awalnya, warga Banjar Beluhu, Desa Tulamben mengungsi ke rumah anggota DPRD Karangasem I Nyoman Mardana Wimbawa di Banjar Kebon, Desa Kerta Mandala, sejak Jumat (22/9) malam. Mengingat Gunung Agung masih terlihat aman-aman saja, tidak ada erupsi, maka siang harinya para pengungsi balik ke kampungnya melakukan aktivitas. Sedangkan malamnya, mereka balik lagi ke pengungsian.
"Kami dapat laporan, ada pengungsi mengaku mencium gas belerang. Kami cek ke lapangan, tapi tidak ditemukasn bau belerang itu," jelas kapolsedk Sugita Yasa. Paparam senada diungkapkan Kapolsek Kubu, AKP Made Suadnyana. Dia mengaku dapat informasi soal bau belerang tersebut. "Makanya kami cek dulu kebenarannya di lapangan. Tapi, setelah kami cek, tidak ditemukan adanya bau belerang," tegas Kapolsek AKP Suadnyana.
Sementara itu, ratusan mengungsi korban bencana Gunung Agung asal Karangasem menggelar persembahyangan bersama di Palinggih Padmasana GOR Suwecapura, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung pada Soma Pon Gumbreg, Senin kemarin. Tujuannya, untuk memohon keselamatan dari marabahaya erupsi Gunung Agung.
Persembahyangan krama pengungsi kemarin diantarkan langsung 12 sulinggih dari beberapa kabupaten yang tergabung dalam wadah Paguyuban Sulinggih Satya Widya Dharma Santhi. “Kami ingin mengajak umat yang berada di sini untuk bersama-sama sembahyang, dengah harapan kitapolih kerahayuan,” ujar Sekretaris Paguyuban Sulinggih Satya Widya Dharma Shanti, Ida Sri Bhagawan Dwija Dwipayana.
Dia menyebutkan, selain mengajak krama pengungsi sembahyang bersama, pihaknya juga memberikan bantuan sekadarnya. “Ini kami lakukan secara spontan saja, sesuai hati nurani,” jelas sulinggih dari Griya Taman Brahmana, Dalem Blambangan, Tabanan ini.
Jumlah pengungsi korban bencana Gunung Agung yang mengungsi di wilayah Klu-ngkung hingga Senin siang pukul 12.20 Wita, sudah mencapai 17.369 jiwa dari 4.003 kepala keluarga (KK). Mereka tersebar di 125 titik pengungsian. Sedangkan pasien penmgungsi yang dirawat di UGD RSUD Klungkung mencapai 124 orang. *k16,wa
Komentar