Krisis Air, Dua Desa Dilarang Terima Pengungsi
Seluruh pengungsi korban bencana Gunung Agung berjumlah 1.750 orang sudah tinggalkan tenda pengungsian Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Selasa (10/10).
Semua 1.750 Pengungsi Telah Tinggalkan Tenda Pengungsian di Desa Les
SINGARAJA, NusaBali
Sebagian dari mereka tidak terdeteksi ke mana perginya. Pemerintah khawatir mereka pergi ngungsi ke dua desa bertetangga di Kecamatan Tejakula, yakni Desa Sembiran dan Desa Madenan, lantaran kedua desa tersebut mengalami krisis air.
Ada sekitar 1.026 pengungsi yang meninggalkan tenda pengungsian Desa Les dalam relokasi hari kelima, Selasa kemarin. Sedangkan 724 pengungsi lainnya sudah pindah selama empat hari sebelumnya, menuju tempat-tempat yang dianggap layak, seperti bale banjar, bale desa, dan fasilitas umum lainnya di sejumlah desa kawasan Kecamatan Tejakula. Para pengungsi di tenda pengungsian Desa Les itu hampir semuanya berasal dari Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Informasi yang diperoleh NusaBali, sebagain besar dari 1.026 pengungsi yang meninggalkan tenda pengungsian Desa Les, Selasa kemarin, pergi tanpa sepengetahuan petugas Satgas Penanganan Pengungsi Gunung Agung Kabupaten Buleleng. Diperkirakan, mereka pergi dari tenda pengungsian sejak Senin (9/10) malam, secara bertahap.
Sedangkan pengungsi yang dipindah Satgas Penanganan Pengungsi Gunung Agung Kabupaten Buleleng dari tenda pengungsian Desa Les, Selasa kemarin, hanya sekitar 277 orang. Mereka didistribusikan ke tiga desa wilayah Kecamatan Tejakula, yakni Desa Penuktukan, Desa Bondalem, dan Desa Julah.
Selebihnya, sekitar 799 orang, tidak diketahui keberadaannya. Tidak jelas, apakah mereka pindah ngungsi ke desa-desa di wilayah Kecamatan Tejakula atau justru memilih pulang ke kampung halamannya di Kecamatan Kubu. Itu sebabnya, Satgas berencana menyisir mereka yang meninggalkan tenda pengungsian tanpa izin, untuk pendataan. Langkah ini dilakukan, karena ada dua desa yang dilarang menerima tambahan pengungsi lantaran persoalan ketersediaan air bersih, yakni Desa Sembiran dan Desa Madenan.
Camat Tejakula, Nyoman Widiarta, menyatakan pihaknya khawatir ada pengungsi yang justru pindah ke Desa Sembiran dan Desa Madenan, dua desa bertetangga yang berlokasi di perbukitan Kecamatan Tejakula. Padahal, dua desa ini tidak diizinkan menerima tambahan pengungsi.
“Kita belum tahu keberadaan mereka (799 pengungsi yang tingalkan tenda pengungsian Desa Les tanpa sepengetahuan petugas, Red). Maka kita harus telusuri dulu keberadaan mereka yang pindah secara mandiri ini,” ujar Camat Widiarta saat dikonfirmasi NusaBali, Selasa kemarin. “Kita tidak tahu, apakah mereka pulang ke desanya atau pindah lokasi pengungsian di Buleleng? Nanti kita koordinasikan dengan Perbekel Ban dan Camat Kubu,” imbuhnya.
Menurut Camat Widiarta, penyisiran terhadap pengungsi yang ‘menghilang’ dari tenda pengungsian Desa Les itu penting, karena menyangkut pelayanan, termasuk pendistribusian kebutuhan bantuan logistik bagi mereka. Selain itu, dikhawatirkan banyak di antara pengungsi yang ‘menghilang’ ini justru pindah ke Desa Sembiran dan Desa Madenan.
“Bukannya kita tidak mengizinkan. Tapi, di dua desa itu sudah ada pengungsi. Saat ini kita batasi jumlah pengungsi di Desa Sembiran dan Madenan, jangan sampai nanti muncul persoalan sosial karena keterbatasan air bersih. Kalau ada tambahan pengungsi, kan jadi beban terutama masalah air. Jika dipasok dari PDAM, juga tidak mampu, karena medannya cukup berat. Kendaraan tidak mampu naik dengan kapasitas tangki 5.000 liter air,” terang Widiarta.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Made Subur, menyatakan lokasi tenda pengungsian Desa Les yang sudah kosong nantinya akan ditata, terutama posisi tenda-tendanya. Penataan itu agar tenda tidak kemasukan air saat musim hujan. Sedangkan fasilitas umum yang sudah dibangun seperti MCK, tetap dibiarkan.
Rencananya, seluruh tenda berjumlah 20 unit yang kini kosong akan diisi palet (alas dari kayu dan triplek), sehingga matras maupun barang bawaan pengungsi nantinya lebih aman, tidak menyentuh tanah. “Tenda ini kami siapkan untuk mengantisipasi meletusnya Gunung Agung. Nanti kita tata dulu biar ada ruang, karena sebelumnya pemasanganya kan kejar-kejaran dengan pengungsi. Ketika pengungsi datang dulu, kita masih tahap pendirian,” jelas Made Subur secara terpisah, Selasa kemarin.
Made Subur menambahkan, jika Gunung Agung nanti benar-benar meletus, tenda pengungsian Desa Les ini akan jadikan tahap penampungan awal pengungsi susulan, sebelum mereka didistribusikan ulang ke beberapa lokasi yang lebih layak.7 k19
Komentar