Panyineban Diakhiri Ritual Mapang Barong Sampian
Sesuai namanya, Barong Sampian yang ditarikan dalam ritual Mapang Barong Sampian dibuat para sinoman, dengan menggunakan bahan dari sisa jejaitan yang sudah lungsuran
Sisi Unik Piodalan di Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis, Payangan
GIANYAR, NusaBali
Ada tradisi ritual unik dalam piodalan di Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis, Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar. Namanya, ritual Mapang Barong Sampian, yang selalu dilaksanakan untuk mengakhiri upacara masineb (penutupan) piodalan di pura tersebut.
Piodalan di Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis dilaksanakan 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Buda Wage Warigadean. Piodalan terakhir digelar pada Buda Wage Warigadean, Rabu (11/10). Dalam piodalan kali ini, Ida Batara di Pura Bale Agung nyejer selama lima hari hingga upacara masineb pada Radite Pon Julungwangi, Minggu (15/10).
Ritual Mapang Barong Sampian adalah menarikan Barong Ket secara bergantian, yang dilakukan kalangan anak-anak, seusai upacara masineb piodalan di Pura Bale Agung. Ritual Mapang Barong Sampian dilakukan di Madya Mandala Pura Bale Agung, dengan disaksikan seluruh krama Desa Pakraman Tengipis.
Sesuai namanya, Barong Sampian yang ditarikan dalam ritual Mapang Barong Sampian di Pura Bale Agung adalah jenis Barong Ket, yang bahannya menggunakan sisa jejaitan yang sudah lungsuran (tidak dipakai lagi). Berbagai jenis jejaitan yang dipakai disesuaikan dengan kreasi seni pembuatnya.
Menurut Bendesa Pakraman Tengipis, I Nyoman Rawi, pembuat Barong Sampian adalah krama Desa Pakraman Tengipis yang bertugas sebagai sinoman (pengayah khusus) saat piodalan di Pura Bale Agung. Sinoman ini ngayah bergilir setiap ada upacara keagamaan di Desa Pakraman Tengipis.
Karena sinomannya berbeda-beda dalam setiap piodalan, maka keindahan Barong Sampian buatan mereka pun berbeda-beda. “Jika krama yang jadi sinoman memang orangnya berjiwa seni, maka Barong Sampian buatannya pasti bagus dan menarik, mirip Barong Ket yang asli,” jelas Nyoman Rawi kepada NusaBali di sela-sela ritual Mapang barong Sampian di Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis, Minggu kemarin.
Proses pembuatan Barong Sampian, kata Nyoman Rawi, selalu dinanti-nantikan para bocah setempat. Pasalnya, para bocah ingin mendapatkan kesempatan ngayah mapang (menarikan barong) dalam riyual Mapang Barong Sampian. Mereka bisanya amat gembira bisa Mapang Barong Sampian secara bergantian di Madya Mandala Pura Bale Agung.
Ritual Mapang Barong Sampian dilakukan anak-anak setelah upacara panyineban Ida Barata oleh para pamangku setempat. Prosesi panyineban disertai upacara Pamelaspas Barong Sampian di Utama Mandala Pura Bale Agung. Seusai dipelaspas, Barong Sampian selanjutnya disunggi dua penari ke Madya Mandala Pura Bale Agung.
Saat itu, Barong Sampian sudah dilengkapi tedung (payung) yang juga terbuat dari jejaitan. Selain itu. Barong Sampian juga dilengkapi sepasang tipat gong yang panggul (pemukul)-nya terbuat dari telor rebus yang ditusuk menggunakan kayu. Selanjutnya, dilakukan ritual Mapang Barong Sampian. Model tarian (pemapangan) barong dilakukan anak-anak yang mundut.
Seusai ditarokan secara bergilir oleh kalangan anak-anak, selanjutnya Barong Sampian dipundut menuju Pura Tegal Suci yang berjarak sekitar 100 meter ke arah utara Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis, untuk katuran masineb. Setelah penyineban di Pura Tegal Suci, Barong Sampian ditinggal di sana.
Bendesa Nyoman Rawi mengungkapkan, ritual Mapang Barong Sampian ini diwarisi krama Desa Pakraman Tengipis secara turun-temurun. Tak jelas, kapan mulainya dan apa latar belakang dilakukannya ritual ini. “Yang jelas, krama di sini tidak berani menghentikan tradisi ini. Kami hanya melestarikan apa yang ada. Mengenai sejarah tradisi Mapang Barong Sampian, tak ada yang tahu persis,” jelas Nyoman Rawi.
Sementara itu, Pamangku Pura Bale Agung, Jro Mangku Wayan Buda, menyatakan Barong Sampian merupakan simbol rencangan Ida Barata di Pura Tegal Suci. Karenanya, setiap piodalan di Pura Bale Agung, selalu nuur sasuhunan untuk bersama-sama katuran piodalan. Hal ini dibuktikan dengan Barong Sampian kasineb di Pura Tegal Suci.
“Barong Sampian ini wajib dibuat saat piodalan di Pura Bale Agung. Sebab, ini merupakan kesatuan dari upacara piodalan. Krama di sini (Desa Pakraman Tengipis) tidak berani meninggalkan tradisi warisan turun temurun ini,” tandas Jro Mangku Buda. *Isa
GIANYAR, NusaBali
Ada tradisi ritual unik dalam piodalan di Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis, Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar. Namanya, ritual Mapang Barong Sampian, yang selalu dilaksanakan untuk mengakhiri upacara masineb (penutupan) piodalan di pura tersebut.
Piodalan di Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis dilaksanakan 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Buda Wage Warigadean. Piodalan terakhir digelar pada Buda Wage Warigadean, Rabu (11/10). Dalam piodalan kali ini, Ida Batara di Pura Bale Agung nyejer selama lima hari hingga upacara masineb pada Radite Pon Julungwangi, Minggu (15/10).
Ritual Mapang Barong Sampian adalah menarikan Barong Ket secara bergantian, yang dilakukan kalangan anak-anak, seusai upacara masineb piodalan di Pura Bale Agung. Ritual Mapang Barong Sampian dilakukan di Madya Mandala Pura Bale Agung, dengan disaksikan seluruh krama Desa Pakraman Tengipis.
Sesuai namanya, Barong Sampian yang ditarikan dalam ritual Mapang Barong Sampian di Pura Bale Agung adalah jenis Barong Ket, yang bahannya menggunakan sisa jejaitan yang sudah lungsuran (tidak dipakai lagi). Berbagai jenis jejaitan yang dipakai disesuaikan dengan kreasi seni pembuatnya.
Menurut Bendesa Pakraman Tengipis, I Nyoman Rawi, pembuat Barong Sampian adalah krama Desa Pakraman Tengipis yang bertugas sebagai sinoman (pengayah khusus) saat piodalan di Pura Bale Agung. Sinoman ini ngayah bergilir setiap ada upacara keagamaan di Desa Pakraman Tengipis.
Karena sinomannya berbeda-beda dalam setiap piodalan, maka keindahan Barong Sampian buatan mereka pun berbeda-beda. “Jika krama yang jadi sinoman memang orangnya berjiwa seni, maka Barong Sampian buatannya pasti bagus dan menarik, mirip Barong Ket yang asli,” jelas Nyoman Rawi kepada NusaBali di sela-sela ritual Mapang barong Sampian di Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis, Minggu kemarin.
Proses pembuatan Barong Sampian, kata Nyoman Rawi, selalu dinanti-nantikan para bocah setempat. Pasalnya, para bocah ingin mendapatkan kesempatan ngayah mapang (menarikan barong) dalam riyual Mapang Barong Sampian. Mereka bisanya amat gembira bisa Mapang Barong Sampian secara bergantian di Madya Mandala Pura Bale Agung.
Ritual Mapang Barong Sampian dilakukan anak-anak setelah upacara panyineban Ida Barata oleh para pamangku setempat. Prosesi panyineban disertai upacara Pamelaspas Barong Sampian di Utama Mandala Pura Bale Agung. Seusai dipelaspas, Barong Sampian selanjutnya disunggi dua penari ke Madya Mandala Pura Bale Agung.
Saat itu, Barong Sampian sudah dilengkapi tedung (payung) yang juga terbuat dari jejaitan. Selain itu. Barong Sampian juga dilengkapi sepasang tipat gong yang panggul (pemukul)-nya terbuat dari telor rebus yang ditusuk menggunakan kayu. Selanjutnya, dilakukan ritual Mapang Barong Sampian. Model tarian (pemapangan) barong dilakukan anak-anak yang mundut.
Seusai ditarokan secara bergilir oleh kalangan anak-anak, selanjutnya Barong Sampian dipundut menuju Pura Tegal Suci yang berjarak sekitar 100 meter ke arah utara Pura Bale Agung, Desa Pakraman Tengipis, untuk katuran masineb. Setelah penyineban di Pura Tegal Suci, Barong Sampian ditinggal di sana.
Bendesa Nyoman Rawi mengungkapkan, ritual Mapang Barong Sampian ini diwarisi krama Desa Pakraman Tengipis secara turun-temurun. Tak jelas, kapan mulainya dan apa latar belakang dilakukannya ritual ini. “Yang jelas, krama di sini tidak berani menghentikan tradisi ini. Kami hanya melestarikan apa yang ada. Mengenai sejarah tradisi Mapang Barong Sampian, tak ada yang tahu persis,” jelas Nyoman Rawi.
Sementara itu, Pamangku Pura Bale Agung, Jro Mangku Wayan Buda, menyatakan Barong Sampian merupakan simbol rencangan Ida Barata di Pura Tegal Suci. Karenanya, setiap piodalan di Pura Bale Agung, selalu nuur sasuhunan untuk bersama-sama katuran piodalan. Hal ini dibuktikan dengan Barong Sampian kasineb di Pura Tegal Suci.
“Barong Sampian ini wajib dibuat saat piodalan di Pura Bale Agung. Sebab, ini merupakan kesatuan dari upacara piodalan. Krama di sini (Desa Pakraman Tengipis) tidak berani meninggalkan tradisi warisan turun temurun ini,” tandas Jro Mangku Buda. *Isa
Komentar