Kelamaan Berendam, Teruna Lingsir Tewas
Kelamaan berendam, seorang teruna lingsir (laki-laki lajang tua) I Gusti Nyoman Swastika,43, tewas di saluran irigasi Subak Kumba, Banjar Kawan, Desa Tampaksiring, Gianyar, Senin (6/11).
GIANYAR, NusaBali
Diduga, korban yang akrab disapa Gusti Patih ini mengalami kram sehingga sulit naik ke bantaran saluran air itu. Diperkirakan, korban meninggal sembilan jam sebelum ditemukan pada pukul 06.00 Wita, Senin kemarin. Pihak keluarga tak pernah menyangka akan kepergian korban secara tiba-tiba ini. Sebab, selama hidupnya korban tidak pernah mengidap penyakit tertentu. Selama membujang, korban juga jarang tidur di rumah.
Namun pihak keluarga secara tiba-tiba mendapat kabar dari salah seorang warga yang menemukan sosok Gusti Patih tergeletak di saluran irigasi. “Adik tiyang ini biasa makemit (jaga malam) di pura atau tidur di Puri Kelodan. Jarang di rumah, maka kemarin malam kami tidak khawatir sedikitpun,” jelas I Gusti Ngurah Raka,48, kakak kandung korban.
Meski masih tanda tanya mengenai penyebab kematian korban, Gusti Raka mengaku sudah ikhlas dan menganggap kejadian ini sebagai musibah. “Tim medis sudah cek, katanya sih mengalami kram. Yang jelas tidak ada tanda-tanda luka-luka,” jelasnya.
Lokasi tewasnya sang adik pun dikenal cukup angker, namun menurut Gusti Raka, tidak ada kaitan dengan keberadaan adiknya. “Tempatnya memang angker. Tapi kami rasa tidak sejauh itu. Mungkin sudah nasibnya seperti ini,” terangnya.
Adiknya ini dikenal sebagai pribadi yang bebas. Mau pergi kemana, tak ada yang membatasi. Termasuk ketika pergi sendirian ke sungai pada pukul 18.00 Wita, merupakan kebiasaan rutin korban. “Bahkan malam-malam biasa mandi ke sungai,” ungkapnya. Kini, jenazah korban Gusti Patih disemayamkan di rumah duka. Pihak keluarga merencanakan pangabenan, Sukra Wage Kuningan, Jumat (10/11), bertepatan dengan Hari Panampahan Kuningan. “Besok makingsan di Gni (pembakaran mayat). Ngabennya di Setra Agung Desa Pakraman Tampaksiring,” jelasnya.
Dalam keseharian, korban Gusti Patih dikenal sebagai perajin kulit. Hasil kerajinannya sempat eksis sebelum pariwisata terpuruk. Bahkan sering mendapatkan order dari luar negeri. “Dulu, biasa kontainer datang ke sini ambil barang. Tapi sekarang begini kondisinya, sudah lesu,” jelasnya sembari menunjukkan salah satu hasil karyanya.
Sementara itu, Kapolsek Tampaksiring AKP I Made Tama mengatakan, pihaknya sudah memeriksa jenazah korban. Hasilnya, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. "Korban punya riwayat sering ketiduran mendadak. Mungkin saat mencuci itu korban tertidur dan jatuh ke air hingga terlalu lama terendam," paparnya didampingi Kasi Humas Polsek Tampaksiring Aiptu Ketut Murja. *nvi
Diduga, korban yang akrab disapa Gusti Patih ini mengalami kram sehingga sulit naik ke bantaran saluran air itu. Diperkirakan, korban meninggal sembilan jam sebelum ditemukan pada pukul 06.00 Wita, Senin kemarin. Pihak keluarga tak pernah menyangka akan kepergian korban secara tiba-tiba ini. Sebab, selama hidupnya korban tidak pernah mengidap penyakit tertentu. Selama membujang, korban juga jarang tidur di rumah.
Namun pihak keluarga secara tiba-tiba mendapat kabar dari salah seorang warga yang menemukan sosok Gusti Patih tergeletak di saluran irigasi. “Adik tiyang ini biasa makemit (jaga malam) di pura atau tidur di Puri Kelodan. Jarang di rumah, maka kemarin malam kami tidak khawatir sedikitpun,” jelas I Gusti Ngurah Raka,48, kakak kandung korban.
Meski masih tanda tanya mengenai penyebab kematian korban, Gusti Raka mengaku sudah ikhlas dan menganggap kejadian ini sebagai musibah. “Tim medis sudah cek, katanya sih mengalami kram. Yang jelas tidak ada tanda-tanda luka-luka,” jelasnya.
Lokasi tewasnya sang adik pun dikenal cukup angker, namun menurut Gusti Raka, tidak ada kaitan dengan keberadaan adiknya. “Tempatnya memang angker. Tapi kami rasa tidak sejauh itu. Mungkin sudah nasibnya seperti ini,” terangnya.
Adiknya ini dikenal sebagai pribadi yang bebas. Mau pergi kemana, tak ada yang membatasi. Termasuk ketika pergi sendirian ke sungai pada pukul 18.00 Wita, merupakan kebiasaan rutin korban. “Bahkan malam-malam biasa mandi ke sungai,” ungkapnya. Kini, jenazah korban Gusti Patih disemayamkan di rumah duka. Pihak keluarga merencanakan pangabenan, Sukra Wage Kuningan, Jumat (10/11), bertepatan dengan Hari Panampahan Kuningan. “Besok makingsan di Gni (pembakaran mayat). Ngabennya di Setra Agung Desa Pakraman Tampaksiring,” jelasnya.
Dalam keseharian, korban Gusti Patih dikenal sebagai perajin kulit. Hasil kerajinannya sempat eksis sebelum pariwisata terpuruk. Bahkan sering mendapatkan order dari luar negeri. “Dulu, biasa kontainer datang ke sini ambil barang. Tapi sekarang begini kondisinya, sudah lesu,” jelasnya sembari menunjukkan salah satu hasil karyanya.
Sementara itu, Kapolsek Tampaksiring AKP I Made Tama mengatakan, pihaknya sudah memeriksa jenazah korban. Hasilnya, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. "Korban punya riwayat sering ketiduran mendadak. Mungkin saat mencuci itu korban tertidur dan jatuh ke air hingga terlalu lama terendam," paparnya didampingi Kasi Humas Polsek Tampaksiring Aiptu Ketut Murja. *nvi
Komentar