Menggelandang, 20 Anak Punk Diamankan Petugas
Jajaran Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, menertibkan 20 anak punk karena berkeliaran di kelurahan setempat, Kamis (23/11) pagi.
NEGARA, NusaBali
Karena diduga meresahkan warga, 20 anak punk asal Jawa yang menggelandang tanpa membawa bekal dan kartu identitas ini pun dipulangkan kembali ke Jawa. Mereka ditumpangkan pada kapal penyeberangan di Pelabuhan Gilimanuk.
Berdasarkan informasi di lokasi, 20 anak punk yang terbagi dalam dua kelompok tersebut, ditertibkan pada dua tempat berbeda. Salah satu kelompok di antaranya, beranggotakan 11 orang mengaku dari Probolinggo, Jawa Timur, diamankan ketika berada di seputaran Teluk Gilimanuk. Sementara satu kelompok lainnya, beranggotakan 9 orang mengaku dari Banyuwangi, Jawa Timur, diamankan ketika ditemukan berada di bangunan gazebo seputaran Taman Patung Siwa. "Tadi kami amankan sekitar pukul 07.30 Wita. Mereka kami amankan karena ada laporan warga yang resah melihat anak-anak punk itu, apalagi seputaran kawasan daerah tujuan wisata," kata Sekretaris Lurah Gilimanuk, Ida Bagus Toni Wirahadikusuma, yang turun ketika melakukan penertiban 20 anak punk tersebut.
Menurutnya, 20 anak punk yang tidak ada membawa kartu identitas, dan 2 di antaranya terungkap adalah perempuan ini, semuanya menyatakan diri masih di bawah umur 17 tahun. Mereka pun mengaku telah putus sekolah. Di antaranya ada yang hanya tamat sampai SD dan SMP. Sebelumnya, mereka yang menyeberang dengan menumpang dari Pelabuhan Ketapang ini, telah tiba di Gilimanuk, Rabu (22/11) sekitar pukul 21.00 Wita. Agar tidak melewati pemeriksaan, mereka pun sengaja turun lewat pantai di sebelah Dermaga LCM, yang langsung tembus di Pura Segara Gilimanuk. "Untuk lebih lanjut, mereka kami serahkan ke Satpol PP yang berjaga di Pos Pemeriksaan KTP Gilimanuk. Setelah sempat diberikan pembinaan, mereka langsung diajak menyeberang kembali ke Ketapang," ujar Toni.
Sementara Manager Usaha ASDP Pelabuhan Gilimanuk, Heru Wahyono, ketika dikonfirmasi kemarin, mengaku belum mendengar mengenai puluhan anak punk yang lewat melalui celah 'jalur tikus' dekat Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk tersebut. Menurutnya, untuk celah 'jalur tikus' yang bisa dimanfaatkan pejalan kaki ketika kondisi air surut itu, rencananya ditutup. Hanya saja untuk rancangan teknis bagaimana menutup celah tersebut, belum ditemukan jalan keluarnya. "Tetapi yang pasti kemarin, untuk celah dekat Dermaga LCM itu, susah dipagari. Cuman kalau air sedang surut, masih bisa lewat," ujarnya.
Pihaknya mengaku akan berkoordinasi lebih lanjut dengan pihak Ketapang. Terutama dalam upaya mencegah keberadaan penumpang tanpa identitas yang hendak masuk Bali. "Begitu juga pengusaha kapal, kami harapkan bisa aktif mengantisipasi masalah penumpang tanpa identitas. Petugas keaman dari Pelabuhan kami usahakan biar lebih memaksimalkan pengawasan," pungkasnya. *ode
Berdasarkan informasi di lokasi, 20 anak punk yang terbagi dalam dua kelompok tersebut, ditertibkan pada dua tempat berbeda. Salah satu kelompok di antaranya, beranggotakan 11 orang mengaku dari Probolinggo, Jawa Timur, diamankan ketika berada di seputaran Teluk Gilimanuk. Sementara satu kelompok lainnya, beranggotakan 9 orang mengaku dari Banyuwangi, Jawa Timur, diamankan ketika ditemukan berada di bangunan gazebo seputaran Taman Patung Siwa. "Tadi kami amankan sekitar pukul 07.30 Wita. Mereka kami amankan karena ada laporan warga yang resah melihat anak-anak punk itu, apalagi seputaran kawasan daerah tujuan wisata," kata Sekretaris Lurah Gilimanuk, Ida Bagus Toni Wirahadikusuma, yang turun ketika melakukan penertiban 20 anak punk tersebut.
Menurutnya, 20 anak punk yang tidak ada membawa kartu identitas, dan 2 di antaranya terungkap adalah perempuan ini, semuanya menyatakan diri masih di bawah umur 17 tahun. Mereka pun mengaku telah putus sekolah. Di antaranya ada yang hanya tamat sampai SD dan SMP. Sebelumnya, mereka yang menyeberang dengan menumpang dari Pelabuhan Ketapang ini, telah tiba di Gilimanuk, Rabu (22/11) sekitar pukul 21.00 Wita. Agar tidak melewati pemeriksaan, mereka pun sengaja turun lewat pantai di sebelah Dermaga LCM, yang langsung tembus di Pura Segara Gilimanuk. "Untuk lebih lanjut, mereka kami serahkan ke Satpol PP yang berjaga di Pos Pemeriksaan KTP Gilimanuk. Setelah sempat diberikan pembinaan, mereka langsung diajak menyeberang kembali ke Ketapang," ujar Toni.
Sementara Manager Usaha ASDP Pelabuhan Gilimanuk, Heru Wahyono, ketika dikonfirmasi kemarin, mengaku belum mendengar mengenai puluhan anak punk yang lewat melalui celah 'jalur tikus' dekat Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk tersebut. Menurutnya, untuk celah 'jalur tikus' yang bisa dimanfaatkan pejalan kaki ketika kondisi air surut itu, rencananya ditutup. Hanya saja untuk rancangan teknis bagaimana menutup celah tersebut, belum ditemukan jalan keluarnya. "Tetapi yang pasti kemarin, untuk celah dekat Dermaga LCM itu, susah dipagari. Cuman kalau air sedang surut, masih bisa lewat," ujarnya.
Pihaknya mengaku akan berkoordinasi lebih lanjut dengan pihak Ketapang. Terutama dalam upaya mencegah keberadaan penumpang tanpa identitas yang hendak masuk Bali. "Begitu juga pengusaha kapal, kami harapkan bisa aktif mengantisipasi masalah penumpang tanpa identitas. Petugas keaman dari Pelabuhan kami usahakan biar lebih memaksimalkan pengawasan," pungkasnya. *ode
Komentar