Bandara Ngurah Rai Masih Aman
Penerbangan di Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung dinyatakan masih aman, meskipun terjadi bencana erupsi Gunung Agung, Minggu (26/11).
Wisman yang Tinggalkan Bandara Diberi Pendampingan
MANGUPURA, NusaBali
Pasalnya, zona Vulcano Observatory Notice to Aviation (VONA) yang naik dari kuning menjadi kuning (red) mengarah ke sisi tenggara dari Gu-nung Agung.
General Manager (GM) Airnav Denpasar, Eko Setiawan, status VONA red hanya berlaku di zona tertetentu. Zona itu sesuai dengan arah tiupan angin yang mengantarkan debu vulkanik. Hingga Minggu kemarin, zona VONA red berada di arah tenggara Gunung Agung. Sementara Bandara Internasional Ngurah Rai berada ke arah barat daya Gunung Agung. Lagipula, jarak dari Gunung Agung ke bandara sekitar 60 kilometer.
Karenanya, kata Eko Setiawan, penerbangan di Bandara Ngurah Rai tetap dibuka. Menurut Eko, dasar utama penutupan suatu bandara jika terjadi tiga hal. Pertama, terjadi keretakan di landasan pacu bandara akibat gempa. Kedua, jika ditemukan abu vulkanik di bandara dan sekitarnya. Ketiga, bila area pendekatan pesawat menuju bandara ditutupi abu vulkanik.
“Ketiga faktor ini sampai sekarang belum ditemukan di Bandara Ngurah Rai. Berarti, penerbangan masih dinyatakan dapat berjalan normal,” ujar Eko saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin. “Kami tak menemukan abu vulkanik dan itu sudah dibuktikan dengan paper test. Hembusan debu vulkanik tidak mengarah ke Bandara Ngurah Rai, tapi mengarah ke arah tenggara.”
Terkait dengan maskapai yang mengambil kebijakan tidak melakukan penerbangan atau mengalihkan penerbangannya, menurut Eko, itu adalah kebijakan airline masing-masing. Teknik yang dilakukan dalam penerbangannya adalah menghindari daerah-daerah yang terdampak hembusan abu vulkanik. Yang jelas, hingga Minggu kemarin belum ada alasan untuk mentutup bandara Ngurah Rai, karena berada di luar zona VONA red.
Sementara, Kepala Stasiun Meteorologi Ngurah Rai, Bambang Hardiono, mengatakan kondisi terakhir cuaca di Bandara Ngurah Rai jarak pandangnya masih normal (skitar 10 kilometer). “Kami melakukan paper test sebaran abu vulkanik di Bandara Ngurah Rai, hasilnya nihil, tidak ditemukan abu vulkanik,” jelas Bambang yang dikonfirmasi terpisah, Minggu kemarin.
Hanya saja, arah pendaratan pesawat ke Bandara Ngurah Rai akan diatur oleh Air Navigation. Pesawat tidak boleh mendarat dari arah tenggara. "Karena pendaratannya tentu tidak boleh dari arah yang di mana landingnya itu melewati arah tenggara, yang ada abu vulkaniknya. Tapi, bisa dari arah barat, selatan, dan sebagainya," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso, secara terpisah di Jakar-ta, Minggu kemarin.
Sedangkan General Manager Bandara Ngurah Rai, Yanus Suprayogi, mengatakan pihak Angkasa Pura (AP) I Ngurah Rai telah menyiapkan beberapa persiapan terkait perkembangan terkini dari Gunung Agung. Termasuk menyiapakan fasilitas yang mendukung untuk kegiatan penumpang.
Menurut Yanus Suprayogi, AP I Ngurah Rai akan memberikan kemudahan penumpang untuk melakukan kegiatan, antara lain, melokalisasi kegiatan penumpang di terminal agar merteka tidak merasa panik. Untuk penumpang yang ada di tempat check in, di ruang tunggu, maupun yang masuk terminal, akan diperlakukan dalam kondisi emergensi. Selain itu, pihaknya juga menyuguhkan beberapa hiburan berupa tarian. Untuk wisatawan yang kehabisan biaya, pihak AP I menyediakan tempat, minuman, dan makanan.
“Untuk kelancaran layanan, pihak AP I yang dibantu perhubungan darat, menyediakan bus. Sarana bus itu untuk mengangkut penumpang menuju terminal terdekat yang mengganti moda trasportasi. Semuanya difasilitasi gratis,” tutur Yanus.
Sementara itu, wisatawan mancanegara (wisman) yang meninggalkan Bali menyusul meletusnya Gunung Agung, diberikan pendampingan di Bandara Ngurah Rai. Tujuannya, membantu wisman tentang apa yang mesti mereka lakukan selama di bandara, sehingga tetap merasa diperhatikan dan nyaman, walaupun dalam suasana erupsi Gunung Agung.
Ketua BPD PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, mengatakan pendampingan tersebut dilakukan oleh Bali Toursm Hospitality (BTH), badan yang memang dibentuk Kementerian Pariwisata menyusul kondisi gradag-grudug Gunung Agung sejak 18 September 2017 lalu.”Ya, sekarang sudah ada petugas kita dari BTH di bandara,” ujar Cok Ace, Minggu kemarin.
Menurut Cok Ace, sudah ada 45 pembatalan penerbangan, baik keberangkatan maupun kedatangan, di Bandara Ngurah Rai. “Hal itu merupakan kebijakan dari masing-masing maskapai,” jelas Cok Ace. Karena itu, untuk sementara, sesuai yang sudah disepakati, pihaknya memberikan pendampingan kepada wisman.
Cok Ace mengatakan, beda kebijakan nanti kalau kondisinya sudah force majeure, kebijakannya pasti khusus. Misalnya, free one night di hotel bagi wisman yang memperpanjang lama tinggalnya di hotel di Bali. “Sekarang kan kondisinya belum force majeure,” ujar tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud yang mantan Bupati Gianyar 2008-2013 ini.
Cok Ace tidak menampik perkembangan kondisi Gunung Agung sudah berimbas langsung terhadap pariwisata Bali. Cok Ace mengisyaratkan banyak kesulitan yang dihadapi kalangan pengusaha pariwisata, jika kondisi imbas Gunung Agung berlangsung lama. “Bagaimana harus membayar ratusan karyawan,” jelas Cok Ace yang juga Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali dari PDIP ke Pilgub 2018.
Dihubungi NusaBali terpisah, Minggu kemarin, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, I Nyoman Nuarta, mengaku belum tahu apakah ada pembatalan tour dari kalangan biro perjalanan wisata terkait bencana erupsi Gunung Agung. “Terus terang, saya belum cek, sehingga belum berani menyampaikannya,” kata Nyoman Nuarta. *p,k17
MANGUPURA, NusaBali
Pasalnya, zona Vulcano Observatory Notice to Aviation (VONA) yang naik dari kuning menjadi kuning (red) mengarah ke sisi tenggara dari Gu-nung Agung.
General Manager (GM) Airnav Denpasar, Eko Setiawan, status VONA red hanya berlaku di zona tertetentu. Zona itu sesuai dengan arah tiupan angin yang mengantarkan debu vulkanik. Hingga Minggu kemarin, zona VONA red berada di arah tenggara Gunung Agung. Sementara Bandara Internasional Ngurah Rai berada ke arah barat daya Gunung Agung. Lagipula, jarak dari Gunung Agung ke bandara sekitar 60 kilometer.
Karenanya, kata Eko Setiawan, penerbangan di Bandara Ngurah Rai tetap dibuka. Menurut Eko, dasar utama penutupan suatu bandara jika terjadi tiga hal. Pertama, terjadi keretakan di landasan pacu bandara akibat gempa. Kedua, jika ditemukan abu vulkanik di bandara dan sekitarnya. Ketiga, bila area pendekatan pesawat menuju bandara ditutupi abu vulkanik.
“Ketiga faktor ini sampai sekarang belum ditemukan di Bandara Ngurah Rai. Berarti, penerbangan masih dinyatakan dapat berjalan normal,” ujar Eko saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin. “Kami tak menemukan abu vulkanik dan itu sudah dibuktikan dengan paper test. Hembusan debu vulkanik tidak mengarah ke Bandara Ngurah Rai, tapi mengarah ke arah tenggara.”
Terkait dengan maskapai yang mengambil kebijakan tidak melakukan penerbangan atau mengalihkan penerbangannya, menurut Eko, itu adalah kebijakan airline masing-masing. Teknik yang dilakukan dalam penerbangannya adalah menghindari daerah-daerah yang terdampak hembusan abu vulkanik. Yang jelas, hingga Minggu kemarin belum ada alasan untuk mentutup bandara Ngurah Rai, karena berada di luar zona VONA red.
Sementara, Kepala Stasiun Meteorologi Ngurah Rai, Bambang Hardiono, mengatakan kondisi terakhir cuaca di Bandara Ngurah Rai jarak pandangnya masih normal (skitar 10 kilometer). “Kami melakukan paper test sebaran abu vulkanik di Bandara Ngurah Rai, hasilnya nihil, tidak ditemukan abu vulkanik,” jelas Bambang yang dikonfirmasi terpisah, Minggu kemarin.
Hanya saja, arah pendaratan pesawat ke Bandara Ngurah Rai akan diatur oleh Air Navigation. Pesawat tidak boleh mendarat dari arah tenggara. "Karena pendaratannya tentu tidak boleh dari arah yang di mana landingnya itu melewati arah tenggara, yang ada abu vulkaniknya. Tapi, bisa dari arah barat, selatan, dan sebagainya," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso, secara terpisah di Jakar-ta, Minggu kemarin.
Sedangkan General Manager Bandara Ngurah Rai, Yanus Suprayogi, mengatakan pihak Angkasa Pura (AP) I Ngurah Rai telah menyiapkan beberapa persiapan terkait perkembangan terkini dari Gunung Agung. Termasuk menyiapakan fasilitas yang mendukung untuk kegiatan penumpang.
Menurut Yanus Suprayogi, AP I Ngurah Rai akan memberikan kemudahan penumpang untuk melakukan kegiatan, antara lain, melokalisasi kegiatan penumpang di terminal agar merteka tidak merasa panik. Untuk penumpang yang ada di tempat check in, di ruang tunggu, maupun yang masuk terminal, akan diperlakukan dalam kondisi emergensi. Selain itu, pihaknya juga menyuguhkan beberapa hiburan berupa tarian. Untuk wisatawan yang kehabisan biaya, pihak AP I menyediakan tempat, minuman, dan makanan.
“Untuk kelancaran layanan, pihak AP I yang dibantu perhubungan darat, menyediakan bus. Sarana bus itu untuk mengangkut penumpang menuju terminal terdekat yang mengganti moda trasportasi. Semuanya difasilitasi gratis,” tutur Yanus.
Sementara itu, wisatawan mancanegara (wisman) yang meninggalkan Bali menyusul meletusnya Gunung Agung, diberikan pendampingan di Bandara Ngurah Rai. Tujuannya, membantu wisman tentang apa yang mesti mereka lakukan selama di bandara, sehingga tetap merasa diperhatikan dan nyaman, walaupun dalam suasana erupsi Gunung Agung.
Ketua BPD PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, mengatakan pendampingan tersebut dilakukan oleh Bali Toursm Hospitality (BTH), badan yang memang dibentuk Kementerian Pariwisata menyusul kondisi gradag-grudug Gunung Agung sejak 18 September 2017 lalu.”Ya, sekarang sudah ada petugas kita dari BTH di bandara,” ujar Cok Ace, Minggu kemarin.
Menurut Cok Ace, sudah ada 45 pembatalan penerbangan, baik keberangkatan maupun kedatangan, di Bandara Ngurah Rai. “Hal itu merupakan kebijakan dari masing-masing maskapai,” jelas Cok Ace. Karena itu, untuk sementara, sesuai yang sudah disepakati, pihaknya memberikan pendampingan kepada wisman.
Cok Ace mengatakan, beda kebijakan nanti kalau kondisinya sudah force majeure, kebijakannya pasti khusus. Misalnya, free one night di hotel bagi wisman yang memperpanjang lama tinggalnya di hotel di Bali. “Sekarang kan kondisinya belum force majeure,” ujar tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud yang mantan Bupati Gianyar 2008-2013 ini.
Cok Ace tidak menampik perkembangan kondisi Gunung Agung sudah berimbas langsung terhadap pariwisata Bali. Cok Ace mengisyaratkan banyak kesulitan yang dihadapi kalangan pengusaha pariwisata, jika kondisi imbas Gunung Agung berlangsung lama. “Bagaimana harus membayar ratusan karyawan,” jelas Cok Ace yang juga Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali dari PDIP ke Pilgub 2018.
Dihubungi NusaBali terpisah, Minggu kemarin, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, I Nyoman Nuarta, mengaku belum tahu apakah ada pembatalan tour dari kalangan biro perjalanan wisata terkait bencana erupsi Gunung Agung. “Terus terang, saya belum cek, sehingga belum berani menyampaikannya,” kata Nyoman Nuarta. *p,k17
Komentar