nusabali

'Turis China yang Diurus BPW Resmi Tertangani Baik'

  • www.nusabali.com-turis-china-yang-diurus-bpw-resmi-tertangani-baik

Saat penutupan Bandara Ngurah Rai akibat debu vulkanik, beberapa hari lalu, ribuan wisatawan sempat terlantar.

Saat Penutupan Bandara Ngurah Rai

DENPASAR, NusaBali
Wisatawan China yang diurus oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) resmi atau legal, semuanya diurus dengan baik dan sudah kembali ke negaranya. Sementara tamu China yang tidak diurus oleh BPW resmi, banyak yang terlantar dan tidak ditangani dengan baik di bandara.

Demikian diungkapkan Ketua Perkumpulan Biro Perjalanan Wisata Bali Liang (khusus market China), Elsye Deliana, di Denpasar Sabtu (2/12).

"Kita mendengar berita di luar, bahwa tamu China terlantar di sini, tidak bisa pulang ke negaranya saat Bandara Ngurah Rai tutup pada 27 November lalu. Kami tegaskan, itu bukan tamu travel agen resmi. Yang kita handle, semuanya aman, kita atur hotelnya dan transportasinya menuju Bandara Surabaya agar bisa melanjutkan perjalanan," jelas Elsye.

Sementara wisatawan China yang tidak terhandle (ditangani) dengan baik, kata dia, adalah tamu yang datang ke Bali lewat online booking, lewat Biro Perjalanan Wisata (BPW) ilegal, dan yang menggunakan jasa pemandu wisata (guide) ilegal atau tidak resmi terdaftar. “Jadi tidak ada yang bertanggung jawab. Bahkan, masih ada yang tertinggal belum bisa kembali ke China,” ujarnya.

Elsye yang merupakan Ketua Bali Liang, perkumpulan asosiasi travel agent untuk pasar wisatawan China dengan 60 anggota BPW mengatakan, tamu China yang ditangani BPW anggota Bali Liang, sudah semuanya berhasil pulang kembali ke negaranya.

"Semua sudah pulang, bahkan saat bandara kembali dibuka, Pemerintah China mengirim empat pesawat untuk menjemput warganya di Ngurah Rai. Dengan dibantu oleh teman-teman travel agen anggota Bali Liang di Bali, semua sudah berhasil kita pulangkan ke negaranya," kata Elsye.

Meski sudah berhasil membantu kepulangan ribuan wisatawan China, namun anggota BPW yang tergabung dalam Bali Liang mengaku kecewa.

Menurut Eslye, pada 28 November, Gubernur Bali sebenarnya sudah menandatangani surat keputusan, bahwa tamu atau turis yang tertinggal di Bali saat bandara tutup, diberi free hotel satu malam, juga dijanjikan free transport untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya. “Namun ternyata perintah Gubernur ini tidak terlaksana di tingkat bawah, sehingga jatuhnya ke kita-kita (BPW Bali Liang) yang harus menanggulanginya," ungkap Eslye.

Menurutnya, sangat disayangkan, kenapa surat edaran Gubernur ini tidak dijalankan oleh hotel-hotel dan pengelola transportasi di Bali. "Apakah tidak koordinasi di lapangan ? Kami sangat kecewa sekali, kita mau berkorban bantu para wisatawan China, tapi info ini membuat image Bali jadi tidak bagus, apa yang diomongkan lain dengan kenyataan di lapangan,"ujarnya.

Pihak BPW Bali pun berharap jika Bandara Ngurah Rai ditutup lagi, pemerintah agar bisa lebih baik melakukan koordinasi dengan pihak pengelola bisnis transport dan hotel di Bali.

Sementara itu, Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran Luar Negeri DPP Asita, Eddy Sunyoto mengatakan, musibah Gunung Agung ini bisa diambil hikmahnya, tentang bagaimana menangani wisatawan saat bencana Gunung Agung, kalau penanganannya bagus, ini bisa jadi promosi bagus juga bagi Bali.

"Ada beberapa yang membuat kita kecewa. Kita berterima kasih sekali bapak Gubernur Bali sudah mengeluarkan Surat Keputusan dengan cepat, yang mewajibkan hotel memberikan satu malam free dan berikutnya diberikan harga harga khusus selama bandara tutup. Namun di lapangan banyak kawan hotel yang enggan memberikan itu. Akhirnya BPW BPW China ini yang tutupi, semua untuk menjaga nama baik Bali, agar wisatawan China tetap ke Bali,"ujarnya.

Menurutnya, ada sekitar 30 ribuan wisatawan China yang ditangani selama penutupan bandara, dalam hal penginapan dan transportasi.  "Kami pikir free lah sampai Surabaya, disipkan bus, kenyataannya mobil (bus) harus bayar Rp 300 ribu per orang ke Surabaya, kalau satu bus jadinya Rp 12 juta, sementara harga bus ke Surabaya biasanya cuman Rp 8 juta, kenapa justru memberatkan BPW pemain China. Sudah susah ini dibuat tambah susah,"pungkasnya. *isu

Komentar