Rejang Dewa 1.500 Penari Marakkan Pembukaan NPF
Atraksi Tari Rejang Dewa 1.500 Penari menjadi daya tarik tersendiri dalam acara pembukaan Nusa Penida Festival (NPF) IV 2017 di Pantai Mahagiri, Desa Jungutbatu, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Rabu (6/12) pagi.
SEMARAPURA, NusaBali
Tari Rejang Dewa yang merupakan tari wali, digelar untuk mengiringi prosesi ritual Ngelarung Pakelem ke segara (laut) saat pembukaan NPF IV. Pantauan NusaBali, atraksi Tari Rejang Dewa 1.500 Penari digelar Rabu pagi pukul 09.00 Wita, setelah dibukanya secara resmi NPF IV 2017 oleh Asisten Deputi Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Kementrian Pariwisata, Putu Ngurah, didmpingi Kadis Pariwisata Provinsi Bali AA Gede Yuniartha Putra dan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta. Atraksi diawali dengan 1.500 penari memasuki Pantai Mahagiri, Desa Jungutbatu dalam posisi menghadap ke laut.
Kemudian, 1.500 penari Rejang Dewa yang terdiri dari ibu-ibu serta pelajar SMA, SMP, dan SD ini langsung membantuk formasi membentuk tulisan ‘NPF 2017’. Sedangkan di tengah-tengan angka 0 dalam 2017 ditaruh sarana upacara pakelem. Setelah pentas selama 10 menit, ribuan penari mengambil tempat duduk di pantai, karena acara dilanjut ritual mulang pakelem yang dilakukan pula Putu Ngurah bersama AA Gede Yuniartha Putra dan Bupati Nyoman Suwirta. Upacara Ngelarung Pakelem saat pembukaan NPF IV tersebut dipuput Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda.
Panitia Lokal NPF IV 2017, Wayan Gede Abhyudaya, mengatakan Tari Rejang Dewa dipilih mengisi acara pembukaan event tahunan ini karena merupakan tari wali untuk prosesi upacara keagamaan. Nah, saat pembukaan NPF IV digelar prosesi ritual Ngelarung Pakelem, sebagai wujud syukur atas anugerah Ida Batara untuk keindahan alam bawah laut Nusa Penida yang jadi daya tarik pariwisata setempat.
“Upacara Ngelarung Pakelem ini juga bermakna menghargai dan menghormati alam sebagai sumber kehidupan dengan konsep Tri Hita Karana,” ujar Gede Abhyudaya. "Tari Rejang Dewa menjadi pengiring jalannya upacara Ngelarung Pakelem, karena sebagai tarian suci yang dipersembahkan dalam menyambut kedatangan para dewa dari Kahayangan dan turun ke Bumi."
Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta mengatakan NPF IV 2017 tetap dige-lar di tengah kondisi erupsi Gunung Agung, sebagai ajang untuk mencoba bangkit dan berjuang. “Lokasi digelarnya Nusa Penida Festival ini sangat jauh dari Gunung Agung, bahkan berada di seberang pulau yang terpisahkan dari Pulau Bali,” jelas Bupati Suwirta.
Menurut Bupati Suwirta, NPF IV sebagai bagian promosi wisata. Namun, karena NPF IV digelar di tengah situasi bencana Gunung Agung, panitia hanya mengundang artis lokal. Kegiatan yang digelar pun lebih banyak event budaya, pementasan kesenian, wisata mangrove, dan diskusi-diskusi. Bupati Suwirta menegaskan, sebagai pulau ber-tagline ‘The Blue Paradise Island’ (Pulau Surga Biru), Nusa Penida terus berpromisi dengan objek-objek wisata dan kegiatan budayanya melalui jejaring sosial, facebook, maupun instagram.
Sementara, Asisten Deputi Pengembangan Komunikasi dan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Putu Ngurah, mengatakan event tahunan NPF adalah langkah nyata promosi wisata. “Kementrian Pariwisata fungsinya marketing. Kalau ada ikon seperti ini, kita tidak boleh diam, harus bahu membahu bersama media. Jangan kalah dengan yang lain, karena kita punya lebih, ada budaya dan alam yang luar biasa,” papar Putu Ngurah.
Menurut Putu Ngurah, untuk promosi pariwisata Bali, Kemenpar terus melakukan berbagai cara. Misalnya, mengajak wisatawan domestik berwisata melalui darat, berwisata dengan diskon tertentu, dan gencar promosi bahwa Bali masih aman untuk dikunjungi. “Bahaya Gunung Agung hanya di radius 8 km dan perluasan 10 km, dengan 22 desa zona bahaya. Sisanya, ya masih aman,” katanya.
Di sisi lain, seorang wisatawan asing asal Prancis, Sarah Ramos Flowa, mengaku kagum dengan pementasan Tari Rejang Dewa 1.500 Penari. “Ini atraksi kesenian yang menawan,” cerita bule perempuan ini. Sarah sendiri mengakui sudah selama 20 hari berlibur di Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida. “Pada pagi hari, saya sering duduk sambil mengambil foto Gunung Agung. Pemandangannya bagus dari sini,” ujar Sarah yang kemarin menyaksikan pembukaan NPF IV dari awal sampai akhir. *wan
Kemudian, 1.500 penari Rejang Dewa yang terdiri dari ibu-ibu serta pelajar SMA, SMP, dan SD ini langsung membantuk formasi membentuk tulisan ‘NPF 2017’. Sedangkan di tengah-tengan angka 0 dalam 2017 ditaruh sarana upacara pakelem. Setelah pentas selama 10 menit, ribuan penari mengambil tempat duduk di pantai, karena acara dilanjut ritual mulang pakelem yang dilakukan pula Putu Ngurah bersama AA Gede Yuniartha Putra dan Bupati Nyoman Suwirta. Upacara Ngelarung Pakelem saat pembukaan NPF IV tersebut dipuput Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda.
Panitia Lokal NPF IV 2017, Wayan Gede Abhyudaya, mengatakan Tari Rejang Dewa dipilih mengisi acara pembukaan event tahunan ini karena merupakan tari wali untuk prosesi upacara keagamaan. Nah, saat pembukaan NPF IV digelar prosesi ritual Ngelarung Pakelem, sebagai wujud syukur atas anugerah Ida Batara untuk keindahan alam bawah laut Nusa Penida yang jadi daya tarik pariwisata setempat.
“Upacara Ngelarung Pakelem ini juga bermakna menghargai dan menghormati alam sebagai sumber kehidupan dengan konsep Tri Hita Karana,” ujar Gede Abhyudaya. "Tari Rejang Dewa menjadi pengiring jalannya upacara Ngelarung Pakelem, karena sebagai tarian suci yang dipersembahkan dalam menyambut kedatangan para dewa dari Kahayangan dan turun ke Bumi."
Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta mengatakan NPF IV 2017 tetap dige-lar di tengah kondisi erupsi Gunung Agung, sebagai ajang untuk mencoba bangkit dan berjuang. “Lokasi digelarnya Nusa Penida Festival ini sangat jauh dari Gunung Agung, bahkan berada di seberang pulau yang terpisahkan dari Pulau Bali,” jelas Bupati Suwirta.
Menurut Bupati Suwirta, NPF IV sebagai bagian promosi wisata. Namun, karena NPF IV digelar di tengah situasi bencana Gunung Agung, panitia hanya mengundang artis lokal. Kegiatan yang digelar pun lebih banyak event budaya, pementasan kesenian, wisata mangrove, dan diskusi-diskusi. Bupati Suwirta menegaskan, sebagai pulau ber-tagline ‘The Blue Paradise Island’ (Pulau Surga Biru), Nusa Penida terus berpromisi dengan objek-objek wisata dan kegiatan budayanya melalui jejaring sosial, facebook, maupun instagram.
Sementara, Asisten Deputi Pengembangan Komunikasi dan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Putu Ngurah, mengatakan event tahunan NPF adalah langkah nyata promosi wisata. “Kementrian Pariwisata fungsinya marketing. Kalau ada ikon seperti ini, kita tidak boleh diam, harus bahu membahu bersama media. Jangan kalah dengan yang lain, karena kita punya lebih, ada budaya dan alam yang luar biasa,” papar Putu Ngurah.
Menurut Putu Ngurah, untuk promosi pariwisata Bali, Kemenpar terus melakukan berbagai cara. Misalnya, mengajak wisatawan domestik berwisata melalui darat, berwisata dengan diskon tertentu, dan gencar promosi bahwa Bali masih aman untuk dikunjungi. “Bahaya Gunung Agung hanya di radius 8 km dan perluasan 10 km, dengan 22 desa zona bahaya. Sisanya, ya masih aman,” katanya.
Di sisi lain, seorang wisatawan asing asal Prancis, Sarah Ramos Flowa, mengaku kagum dengan pementasan Tari Rejang Dewa 1.500 Penari. “Ini atraksi kesenian yang menawan,” cerita bule perempuan ini. Sarah sendiri mengakui sudah selama 20 hari berlibur di Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida. “Pada pagi hari, saya sering duduk sambil mengambil foto Gunung Agung. Pemandangannya bagus dari sini,” ujar Sarah yang kemarin menyaksikan pembukaan NPF IV dari awal sampai akhir. *wan
Komentar