Kunjungan Wisman Masih 4 Persen
Hotel berbintang paling apes karena penurunan jumlah wisatawan menginap sampai 92 persen.
GIANYAR, NusaBali
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke sejumlah objek wisata di Gianyar, pasca erupsi Gunung Agung, Karangasem, masih bertahan sekitar empat persen. Sebaliknya, kunjungan wisatawan domestik (wisdom) meningkat 100 persen lebih.
Kenaikan kunjungan wisdom ini diduga karena suasana liburan akhir tahun 2017. Demikian salah satu temuan dari survei kepariwisataan yang digelar Dinas Pariwisata (Dispar) Gianyar, disampaikan Kepala Dispar Gianyar AA Bagus Ari Brahmantha, Kamis (14/12). Gung Ari, demikian laki-laki ini disapa, menjelaskan, survei menyasar industri wisata yakni jenis akomodasi hotel bintang, non bintang, rumah makan (restoran), objek wisata dikelola Dispar, objek wisata swasta, pasar seni, pertunjukan seni, rafting, dan tourist information (TI), dengan sampel lima persen dari ratusan industri wisata. Tujuannya, menggali data perbandingan kunjungan wisatawan ke industri wisata pada semingu sebelum, dan seminggu sesudah erupsi Gunung Agung, 27 Nopember 2017. ‘’Survei melibatkan puluhan pagawai kami dari semua bidang. Mereka (para pegawai) juga biar tahu langsung kondisi pariwisata di lapangan,’’ jelas pejabat asal Ubud, Gianyar ini.
Gung Ari menjelaskan, di antara enam jenis akomodasi wisata yang disurvei, jenis SPA dengan penurunan kunjungan terendah yakni 65 persen. Artinya, setiap SPA sebelum erupsi dengan rata-rata kunjungan 20 tamu, namun pasca erupsi hanya 7 tamu. Hotel berbintang paling apes karena penurunan jumlah wisatawan menginap sampai 92 persen. Dari data ini, ada juga hotel berbintang yang tak dapat wisatawan karena wisatawan cancel.
Dia menambahkan, kunjungan wisman pada lima destinasi wisata yang dikelola Dispar, sebelum erupsi 26.072 orang. Namun anjlok menjadi 1.027 orang atau bertahan hanya 3,94 persen, seteleh erupsi. Hanya saja wisdom naik dari 571 orang menjadi 1.116 orang. Lima destinasi tersebut yakni Goa Gajah, Tirta Empul, Gunung Kawi Tampaksiring, Gunung Kawi Sebatu, dan Yeh Pulu. Pasca erupsi, rata-rata per hari kunjungan total wisatawan pada lima objek ini, wisman 103 orang dan wisdom 111 orang.
Mengacu pada pengalaman perkembangan wisata di Gianyar tahun-tahun lalu, lanjut Gung Ari, destinasi wisata Tirta Empul Tampaksiring dan Monkey Forest, Ubud, jadi sampel pokok untuk mengestimasi tingkat kunjungan wisatawan ke Gianyar. Karena dua objek ini paling ramai dikunjungi wisman dan wisdom. ‘’Jika dua objek ini ramai atau sepi pengunjung, maka dapat dipastikan objek lain akan bernasib sama,’’ jelasnya.
Pihaknya mengaku, tak mungkin meningkatkan kunjungan wisatawan pada lima objek yang dikelola Dispar dengan trik menurunkan harga tiket objek, Rp 15.000 untuk dewasa dan Rp 7.500 untuk anak-anak. Karena harga tiket telah diatur perda. Namun hal sama sangat mungkin dilakukan pada objek wisata milik swasta. Antara lain, Taman Safari, Monkey Forest, Bali Zoo, Bird Park, Taman Nusa, dan lainnya.
Jelas Gung Ari, Pasar Seni Sukawati dan pasar oleh-oleh yang terkenal ramai pun, kini amat sepi pengunjung. Hasil survei mengungkap, sebelum erupsi setiap pedagang rata-rata dikunjungi 12 wisatawan, pasca erupsi hanya 3 orang. Menurut Gung Ari, untuk menanggulangi anjloknya kunjungan wisman, tak bisa parsial, melainkan harus dengan langkah terpadu. Antara lain, wisman atau calon wisman harus mendapatkan informasi yang baik dan akurat terkait kondisi di Bali. Karena, tak semua destinasi wisata di Bali terdampak erupsi. Wisman atau calon wisman harus mendapatkan kepastian model pengelolaan krisis karena bencana. Jika terjadi erupsi, wisman harus tetap bisa kembali ke negaranya, antara lain via bandara terdekat dengan Bali. ‘’Solusi ini mesti diperkuat dengan jaringan transportasi terpadu. Solusi terakhir, bisa dengan pemberian diskon akomodasi wisata,’’ jelasnya. *lsa
Kenaikan kunjungan wisdom ini diduga karena suasana liburan akhir tahun 2017. Demikian salah satu temuan dari survei kepariwisataan yang digelar Dinas Pariwisata (Dispar) Gianyar, disampaikan Kepala Dispar Gianyar AA Bagus Ari Brahmantha, Kamis (14/12). Gung Ari, demikian laki-laki ini disapa, menjelaskan, survei menyasar industri wisata yakni jenis akomodasi hotel bintang, non bintang, rumah makan (restoran), objek wisata dikelola Dispar, objek wisata swasta, pasar seni, pertunjukan seni, rafting, dan tourist information (TI), dengan sampel lima persen dari ratusan industri wisata. Tujuannya, menggali data perbandingan kunjungan wisatawan ke industri wisata pada semingu sebelum, dan seminggu sesudah erupsi Gunung Agung, 27 Nopember 2017. ‘’Survei melibatkan puluhan pagawai kami dari semua bidang. Mereka (para pegawai) juga biar tahu langsung kondisi pariwisata di lapangan,’’ jelas pejabat asal Ubud, Gianyar ini.
Gung Ari menjelaskan, di antara enam jenis akomodasi wisata yang disurvei, jenis SPA dengan penurunan kunjungan terendah yakni 65 persen. Artinya, setiap SPA sebelum erupsi dengan rata-rata kunjungan 20 tamu, namun pasca erupsi hanya 7 tamu. Hotel berbintang paling apes karena penurunan jumlah wisatawan menginap sampai 92 persen. Dari data ini, ada juga hotel berbintang yang tak dapat wisatawan karena wisatawan cancel.
Dia menambahkan, kunjungan wisman pada lima destinasi wisata yang dikelola Dispar, sebelum erupsi 26.072 orang. Namun anjlok menjadi 1.027 orang atau bertahan hanya 3,94 persen, seteleh erupsi. Hanya saja wisdom naik dari 571 orang menjadi 1.116 orang. Lima destinasi tersebut yakni Goa Gajah, Tirta Empul, Gunung Kawi Tampaksiring, Gunung Kawi Sebatu, dan Yeh Pulu. Pasca erupsi, rata-rata per hari kunjungan total wisatawan pada lima objek ini, wisman 103 orang dan wisdom 111 orang.
Mengacu pada pengalaman perkembangan wisata di Gianyar tahun-tahun lalu, lanjut Gung Ari, destinasi wisata Tirta Empul Tampaksiring dan Monkey Forest, Ubud, jadi sampel pokok untuk mengestimasi tingkat kunjungan wisatawan ke Gianyar. Karena dua objek ini paling ramai dikunjungi wisman dan wisdom. ‘’Jika dua objek ini ramai atau sepi pengunjung, maka dapat dipastikan objek lain akan bernasib sama,’’ jelasnya.
Pihaknya mengaku, tak mungkin meningkatkan kunjungan wisatawan pada lima objek yang dikelola Dispar dengan trik menurunkan harga tiket objek, Rp 15.000 untuk dewasa dan Rp 7.500 untuk anak-anak. Karena harga tiket telah diatur perda. Namun hal sama sangat mungkin dilakukan pada objek wisata milik swasta. Antara lain, Taman Safari, Monkey Forest, Bali Zoo, Bird Park, Taman Nusa, dan lainnya.
Jelas Gung Ari, Pasar Seni Sukawati dan pasar oleh-oleh yang terkenal ramai pun, kini amat sepi pengunjung. Hasil survei mengungkap, sebelum erupsi setiap pedagang rata-rata dikunjungi 12 wisatawan, pasca erupsi hanya 3 orang. Menurut Gung Ari, untuk menanggulangi anjloknya kunjungan wisman, tak bisa parsial, melainkan harus dengan langkah terpadu. Antara lain, wisman atau calon wisman harus mendapatkan informasi yang baik dan akurat terkait kondisi di Bali. Karena, tak semua destinasi wisata di Bali terdampak erupsi. Wisman atau calon wisman harus mendapatkan kepastian model pengelolaan krisis karena bencana. Jika terjadi erupsi, wisman harus tetap bisa kembali ke negaranya, antara lain via bandara terdekat dengan Bali. ‘’Solusi ini mesti diperkuat dengan jaringan transportasi terpadu. Solusi terakhir, bisa dengan pemberian diskon akomodasi wisata,’’ jelasnya. *lsa
Komentar