Radius Berbahaya Dipersempit, Status Pengungsi Masih Dibenahi
Terjadi tarik ulur status pengungsi, setelah radius berbahaya dipersempit menjadi radius 6 kilometer dari Gunung Agung, sejak Kamis (4/1).
AMLAPURA, NusaBali
Masalahnya, banyak warga yang tinggal di radius 6 kilometer, tapi secara administrasi pihak Badan Nasional Penanggulanmgan Bedncana (BNPB) tidak memasukkan mereka dalam radius bahaya. Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengakui status masih simpang siur dan tengah dalam pengkajian. Menurut IB Arimbawa, daftar 20 banjar dari 12 desa yang masuk radius 6 kilometer, belumlah final. "BNPB masih melakukan kajian, dengan mengecek kondisi riil di lapangan," ungkap Arimbawa di Amlapura, Kamis (5/1).
Masalahnya, kata Arimbawa, satu wilayah banjar ada yang sebagian masuk radius 6 kilometer, tapi sebagian lagi justru tidak masuk dalam radius bahaya 6 kilometer. “Hal ini membingungkan warga yang tinggal di radius bahaya,” katanya.
Sementara, Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Karangasem justru kebingungan memberikan sosialisasi masalah ini. Menurut Sekretaris Pasebaya Gunung Agung, I Wayan Suara, banyak pertanyaan dari masyarakat terkait status radius bahaya ini. Dia mencontohkan warga yang tinggal di Tempek Sebun dan Tempek Bukit Galah di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem.
Menurut Wayan Suara, secara administrasi warga Tempek Sebun dan Tempek Bukit Galah masuk wilayah Banjar Sebudi, Desa Sebudi. Hanya saja, wilayah Banjar Sebudi sebagian masuk radius bahaya 6 kilomener dan sebagian lagi di luar radius berbahaya.
"Warga dari Tempek Sebun dan Tempek Bukit Galah itu ber KTP Banjar Sebudi, tinggal dalam radius 4 kilometer dari Gunung Agung. Tapi, Banjar Sebudi justru tidak masuk daftar dalam radius bahaya. Makanya, kami bingung memberikan penjelasan. Kami suruh menanyakan langsung masalah ini ke BNPB," ujar Wayan Suara saat dikonfirmasi terpisah, Jumat kemarin.
Di sisi lain, Bendesa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Jro Mangku Widiarta, mengatakan wilayah Desa Besakih yang dimaksud rawan bencana dalam radius 6 kilometer hanya berlaku di Banjar Temukus. Sedangkan 10 banjar lainnya di Desa Besakih tidak masuk dalam radius berbahaya 6 kilometer. "Makanya, warga dari luar Banjar Temukus yang sebelumnya mengungsi, sudah kembali ke rumah masing-masing," papar Jro Mangku Widiarta.
Tercatat ada 12 desa yang masuk radius bahaya 6 kilometer dari Gunung Agung. Dari 12 desa itu, 5 desa di antaranya dalam keadaan kosong ditinggal mengungsi penduduknya: Desa Kubu (Kecamatan Kubu), Desa Dukuh (Kecamatan Kubu), Desa Tulamben (Kecamatan Abang), Desa Nawakerti (Kecamatan Abang), dan Desa Pempatan (Kecamatan Rendang).
Sedangkan 7 desa lainnya yang masuk radius berbahaya, namun tidak semua pen-duduknya mengungsi, masing-masing Desa Jungutan (Kecamatan Bebandem), Desa Bhuana Giri (Kecamatan Bebandem), Desa Sebudi (Kecamatan Selat), Desa Besakih (Kecamatan Rendang), Desa Datah (Kecamatan Abang), Desa Baturinggit (Kecamatan Kubu), dan Desa Ban (Kecamatan Kubu).
Sementara itu, puluhan pengungsi bencana Gunung Agung asal Karanhasem mulai meninggalkan Posko Pengungsian Kubu di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Jumat kemarin. Mereka kembali ke desanya masing-masing, setelah Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM RI mempersempit batas bahaya Gunung Agung di radius 6 kilometer.
Pantauan NusaBali di Posko Pengungsian Kubu, Jumat sore, puluhan pengungsi mulai berkemas dan mengangkut barang-barang menggunakan pick up untuk dibawa pulang ke Karangasem. Beberapa hari sebelumnya, pulahan pengungsi sudah lebih awal meninggalkan posko pengungsian.
Komandan Posko Penanganan Bencana Gunung Agung di Kubu, Letkol Cpn Andy Pranoto, pengungsi yang telah mendahului tinggalkan posko pengungsian beberapa haris sebelumnya mencapai 74 orang. Mereka pulang tanpa komando, karena merasa desanya sudah aman.
"Dari kami tidak ada menyarankan untuk pulang. Mereka memang sempat pulang sebelumnya dan menganggap kondisi aman. Maka, mereka mengajak keluarganya untuk tinggalkan pengungsian,” jelas Letkol Pranoto.
Menurut Letkol Pranoto, 74 pengungsi yang telah mendahului pulang tersebut berasal Banjar Keladian, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem. Sedangkan pengungsi mencapai 89 orang yang meninggalkan Posko Pengungsian Kubu, Jumat sore, berasal dari tiga desa di Kecamatan Rendang, yakni Desa Menanga, Desa Pempatan, dan Desa Besakih. "Pengungsi yang pulang ini sempat berpamitan dengan petugas dan rekannya yang masih tinggal di pengungsian," beber Letkol Pranoto. *e
Masalahnya, kata Arimbawa, satu wilayah banjar ada yang sebagian masuk radius 6 kilometer, tapi sebagian lagi justru tidak masuk dalam radius bahaya 6 kilometer. “Hal ini membingungkan warga yang tinggal di radius bahaya,” katanya.
Sementara, Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Karangasem justru kebingungan memberikan sosialisasi masalah ini. Menurut Sekretaris Pasebaya Gunung Agung, I Wayan Suara, banyak pertanyaan dari masyarakat terkait status radius bahaya ini. Dia mencontohkan warga yang tinggal di Tempek Sebun dan Tempek Bukit Galah di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem.
Menurut Wayan Suara, secara administrasi warga Tempek Sebun dan Tempek Bukit Galah masuk wilayah Banjar Sebudi, Desa Sebudi. Hanya saja, wilayah Banjar Sebudi sebagian masuk radius bahaya 6 kilomener dan sebagian lagi di luar radius berbahaya.
"Warga dari Tempek Sebun dan Tempek Bukit Galah itu ber KTP Banjar Sebudi, tinggal dalam radius 4 kilometer dari Gunung Agung. Tapi, Banjar Sebudi justru tidak masuk daftar dalam radius bahaya. Makanya, kami bingung memberikan penjelasan. Kami suruh menanyakan langsung masalah ini ke BNPB," ujar Wayan Suara saat dikonfirmasi terpisah, Jumat kemarin.
Di sisi lain, Bendesa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Jro Mangku Widiarta, mengatakan wilayah Desa Besakih yang dimaksud rawan bencana dalam radius 6 kilometer hanya berlaku di Banjar Temukus. Sedangkan 10 banjar lainnya di Desa Besakih tidak masuk dalam radius berbahaya 6 kilometer. "Makanya, warga dari luar Banjar Temukus yang sebelumnya mengungsi, sudah kembali ke rumah masing-masing," papar Jro Mangku Widiarta.
Tercatat ada 12 desa yang masuk radius bahaya 6 kilometer dari Gunung Agung. Dari 12 desa itu, 5 desa di antaranya dalam keadaan kosong ditinggal mengungsi penduduknya: Desa Kubu (Kecamatan Kubu), Desa Dukuh (Kecamatan Kubu), Desa Tulamben (Kecamatan Abang), Desa Nawakerti (Kecamatan Abang), dan Desa Pempatan (Kecamatan Rendang).
Sedangkan 7 desa lainnya yang masuk radius berbahaya, namun tidak semua pen-duduknya mengungsi, masing-masing Desa Jungutan (Kecamatan Bebandem), Desa Bhuana Giri (Kecamatan Bebandem), Desa Sebudi (Kecamatan Selat), Desa Besakih (Kecamatan Rendang), Desa Datah (Kecamatan Abang), Desa Baturinggit (Kecamatan Kubu), dan Desa Ban (Kecamatan Kubu).
Sementara itu, puluhan pengungsi bencana Gunung Agung asal Karanhasem mulai meninggalkan Posko Pengungsian Kubu di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Jumat kemarin. Mereka kembali ke desanya masing-masing, setelah Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM RI mempersempit batas bahaya Gunung Agung di radius 6 kilometer.
Pantauan NusaBali di Posko Pengungsian Kubu, Jumat sore, puluhan pengungsi mulai berkemas dan mengangkut barang-barang menggunakan pick up untuk dibawa pulang ke Karangasem. Beberapa hari sebelumnya, pulahan pengungsi sudah lebih awal meninggalkan posko pengungsian.
Komandan Posko Penanganan Bencana Gunung Agung di Kubu, Letkol Cpn Andy Pranoto, pengungsi yang telah mendahului tinggalkan posko pengungsian beberapa haris sebelumnya mencapai 74 orang. Mereka pulang tanpa komando, karena merasa desanya sudah aman.
"Dari kami tidak ada menyarankan untuk pulang. Mereka memang sempat pulang sebelumnya dan menganggap kondisi aman. Maka, mereka mengajak keluarganya untuk tinggalkan pengungsian,” jelas Letkol Pranoto.
Menurut Letkol Pranoto, 74 pengungsi yang telah mendahului pulang tersebut berasal Banjar Keladian, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem. Sedangkan pengungsi mencapai 89 orang yang meninggalkan Posko Pengungsian Kubu, Jumat sore, berasal dari tiga desa di Kecamatan Rendang, yakni Desa Menanga, Desa Pempatan, dan Desa Besakih. "Pengungsi yang pulang ini sempat berpamitan dengan petugas dan rekannya yang masih tinggal di pengungsian," beber Letkol Pranoto. *e
Komentar