Operasi Pasar Malah Diborong Pedagang
Guna menstabilkan harga, strategi menggelontor beras lewat operasi pasar diarahkan ke para pedagang.
Tiga Ton Beras Dilempar ke Pasar
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak tiga ton beras, telah digelontor ke sejumlah pasar di Buleleng guna menstabilkan harga beras. Hanya saja beras itu diborong oleh pedagang beras yang ada di Pasar Anyar dan Pasar Buleleng.Sebanyak 2 ton beras digelontorkan ke Pasar Anyar pada Kamis (11/1), sedangkan sehari berikutnya Pasar Buleleng diguyur 1 ton.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Kabupaten Buleleng mengaku sengaja memberikan kepada para pedagang, agar stok beras tersedia langsung di pedagang, sehingga harga beras cepat stabil. Pada tingkat pedagang, beras dijual dengan bandrol Rp 9.350. Dan kepada para pedagang diminta menjual di bawah harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kilogram.
Rencananya, untuk operasi berikutnya, beras yang digelontor diberikan kepada distributor. “Sekarang kita sedang mendata distributor yang ada, karena para pedagang ingin mengambil langsung di distributor. Di samping itu, agak repot juga kalau dibagi-bagi kepada para pedagang. Jadi sekalian ke distributor, nanti pedagang yang membeli di distributor sesuai kebutuhannya,” kata Kadis Dagprin Buleleng Ketut Suparto yang dikonfirmasi Minggu (14/1).
Operasi pasar ini menyusul naiknya harga beras. Di Buleleng kenaikan harga beras mencapai 20 persen dari harga normal.Harga beras kelas premium yang tadinya Rp 245.000 untuk 25 kilogram, naik menjadi Rp 285.000. Sedangkan, ecerannya berkisar antara Rp 11.000 hingga Rp 13.000 per kilogram.
Kenaikan itu berdampak dimana pembeli yang biasa mencari beras dalam kemasan 10 kilogram, terpaksa mengurangi jumlah permintaannya menjadi 5 kilogram.
Kadis Dagprin Suparto mengungkapkan, sejak terjadi kenaikan harga pihaknya sudah mengadakan operasi pasar pekan lalu. Dikatakan, sebanyak 3 ton beras disebar di dua pasar terbesar di Buleleng. “Di Pasar Anyar kita turunkan 2 ton, dan di Pasar Banyuasri 1 ton. Sambil mendata distributor yang ada, kita juga siapkan lagi Beras Bulog untuk operasi pasar,” jelasnya.
Menurut Suparto, operasi pasar dengan menyerahkan beras pada Distributor tidak akan menguntungkan pihak Distibutor. Masalahnya, beras yang dijual oleh Distributor nanti di bawah HET. Untuk beras medium harga yang dipatok sebesar Rp 9.350 per kilogram, di bawah HET sebesar Rp 9.450 per kilogram, dimana distributor diberikan harga sebesar Rp 8.900 per kilogram. “Kita sudah patok harga jualnya itu sebesar Rp 9.350 di bawah HET,” ujarnya. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak tiga ton beras, telah digelontor ke sejumlah pasar di Buleleng guna menstabilkan harga beras. Hanya saja beras itu diborong oleh pedagang beras yang ada di Pasar Anyar dan Pasar Buleleng.Sebanyak 2 ton beras digelontorkan ke Pasar Anyar pada Kamis (11/1), sedangkan sehari berikutnya Pasar Buleleng diguyur 1 ton.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Kabupaten Buleleng mengaku sengaja memberikan kepada para pedagang, agar stok beras tersedia langsung di pedagang, sehingga harga beras cepat stabil. Pada tingkat pedagang, beras dijual dengan bandrol Rp 9.350. Dan kepada para pedagang diminta menjual di bawah harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kilogram.
Rencananya, untuk operasi berikutnya, beras yang digelontor diberikan kepada distributor. “Sekarang kita sedang mendata distributor yang ada, karena para pedagang ingin mengambil langsung di distributor. Di samping itu, agak repot juga kalau dibagi-bagi kepada para pedagang. Jadi sekalian ke distributor, nanti pedagang yang membeli di distributor sesuai kebutuhannya,” kata Kadis Dagprin Buleleng Ketut Suparto yang dikonfirmasi Minggu (14/1).
Operasi pasar ini menyusul naiknya harga beras. Di Buleleng kenaikan harga beras mencapai 20 persen dari harga normal.Harga beras kelas premium yang tadinya Rp 245.000 untuk 25 kilogram, naik menjadi Rp 285.000. Sedangkan, ecerannya berkisar antara Rp 11.000 hingga Rp 13.000 per kilogram.
Kenaikan itu berdampak dimana pembeli yang biasa mencari beras dalam kemasan 10 kilogram, terpaksa mengurangi jumlah permintaannya menjadi 5 kilogram.
Kadis Dagprin Suparto mengungkapkan, sejak terjadi kenaikan harga pihaknya sudah mengadakan operasi pasar pekan lalu. Dikatakan, sebanyak 3 ton beras disebar di dua pasar terbesar di Buleleng. “Di Pasar Anyar kita turunkan 2 ton, dan di Pasar Banyuasri 1 ton. Sambil mendata distributor yang ada, kita juga siapkan lagi Beras Bulog untuk operasi pasar,” jelasnya.
Menurut Suparto, operasi pasar dengan menyerahkan beras pada Distributor tidak akan menguntungkan pihak Distibutor. Masalahnya, beras yang dijual oleh Distributor nanti di bawah HET. Untuk beras medium harga yang dipatok sebesar Rp 9.350 per kilogram, di bawah HET sebesar Rp 9.450 per kilogram, dimana distributor diberikan harga sebesar Rp 8.900 per kilogram. “Kita sudah patok harga jualnya itu sebesar Rp 9.350 di bawah HET,” ujarnya. *k19
Komentar