Kera di Kesimpar Kurus, Pasebaya Bawa Pasokan Makanan
Pecalang Desa Pakraman Karangasem bersama relawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Karangasem bawa pakan kera ke Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rencang, Karangasem, Minggu (14/1).
AMLAPURA, NusaBali
Selama dalam perjalanan, pecalang dan relawan Pasebaya Gunung Agung hanya melihat 5 kera yang kurus-kurus. Namun kera itu berada di tebing sehingga susah dijangkau. Upaya beri pakan kera pun gagal karena satwa berekor panjang itu tak mau mendakat.
Mengingat berisiko mendekati kera liar di tebing, pecalang dan relawan Pasebaya Gunung Agung meninggalkan pisang dan ubi di ranting-ranting pohon. Harapannya, setelah pecalang dan relawan berlalu, kera mendekat dan mengambil ubi dan pisang itu. Ketua Pasebaya Gunung Agung, I Gede Pawana, mengaku menyasar Banjar Kesimpat karena masuk kawasan rawan bencana (KRB) III dengan jarak 3,5 kilometer dari kawah Gunung Agung. Sehingga warganya semua masih mengungsi dengan rekomendasi dari PVMBG, bahaya di radius 6 kilometer.
Perjalanan pecalang dengan relawan Pasebaya Gunung Agung memantau Banjar Kesimpar dilakukan sejak pukul 10.00 Wita. Di kawasan lereng tenggara Gunung Agung terlihat gersang, pepohonan banyak mati terpapar abu vulkanik. Dalam perjalanan melintasi jalan tanah yang sebagian telah hanyut itu, pecalang dan relawan hanya melihat lima ekor kera, tetapi posisinya cukup jauh di tebing sehingga tidak berani mendekat untuk diberikan makanan. “Kera itu kurus-kurus,” ungkap Gede Pawana.
Sementara Sekretaris Pasebaya Gunung Agung, I Wayan Suara, mengaku sebelumnya berikan pakan kera di Pura Pasar Agung. “Beda dengan di Pura Pasar Agung, keranya jinak,” kata Wayan Suara. Dikatakan, sepanjang perjalanan tidak melihat burung dan binatang lainnya kecuali lima ekor kera. Sementara koordinator Pecalang Desa Pakraman Karangasem, I Gusti Ketut Raka Grantipala, bersama 38 anggota ingin bantu kerja Pasebaya Gunung Agung. “Kami membantu berikan pakan kera dengan membawa pisang, ubi, dan apel,” ungkapp Gusti Raka Grantipala. *k16
Selama dalam perjalanan, pecalang dan relawan Pasebaya Gunung Agung hanya melihat 5 kera yang kurus-kurus. Namun kera itu berada di tebing sehingga susah dijangkau. Upaya beri pakan kera pun gagal karena satwa berekor panjang itu tak mau mendakat.
Mengingat berisiko mendekati kera liar di tebing, pecalang dan relawan Pasebaya Gunung Agung meninggalkan pisang dan ubi di ranting-ranting pohon. Harapannya, setelah pecalang dan relawan berlalu, kera mendekat dan mengambil ubi dan pisang itu. Ketua Pasebaya Gunung Agung, I Gede Pawana, mengaku menyasar Banjar Kesimpat karena masuk kawasan rawan bencana (KRB) III dengan jarak 3,5 kilometer dari kawah Gunung Agung. Sehingga warganya semua masih mengungsi dengan rekomendasi dari PVMBG, bahaya di radius 6 kilometer.
Perjalanan pecalang dengan relawan Pasebaya Gunung Agung memantau Banjar Kesimpar dilakukan sejak pukul 10.00 Wita. Di kawasan lereng tenggara Gunung Agung terlihat gersang, pepohonan banyak mati terpapar abu vulkanik. Dalam perjalanan melintasi jalan tanah yang sebagian telah hanyut itu, pecalang dan relawan hanya melihat lima ekor kera, tetapi posisinya cukup jauh di tebing sehingga tidak berani mendekat untuk diberikan makanan. “Kera itu kurus-kurus,” ungkap Gede Pawana.
Sementara Sekretaris Pasebaya Gunung Agung, I Wayan Suara, mengaku sebelumnya berikan pakan kera di Pura Pasar Agung. “Beda dengan di Pura Pasar Agung, keranya jinak,” kata Wayan Suara. Dikatakan, sepanjang perjalanan tidak melihat burung dan binatang lainnya kecuali lima ekor kera. Sementara koordinator Pecalang Desa Pakraman Karangasem, I Gusti Ketut Raka Grantipala, bersama 38 anggota ingin bantu kerja Pasebaya Gunung Agung. “Kami membantu berikan pakan kera dengan membawa pisang, ubi, dan apel,” ungkapp Gusti Raka Grantipala. *k16
1
Komentar