Jelang Imlek, Impor Jeruk Mandarin Tumbuh 1.727%
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan adanya kenaikan impor yang sangat drastis untuk sektor konsumsi, yakni jeruk mandarin, apel dan anggur.
JAKARTA, NusaBali
Khusus jeruk mengalami peningkatan 1.727 persen secara nilai dari November ke Desember 2017. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan impor sektor konsumsi ini khususnya buah-buahan yang diperlukan mengisi kebutuhan saat Hari Raya Imlek.
"Untuk barang konsumsi naik 2,43 persen tapi perannya jauh dibanding bahan baku. Yang naik antaranya apel, anggur, dan jeruk mandarin, ini mendekati hari raya imlek," kata Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (15/1) seperti dilansir detik. Jika melihat data BPS, impor apel segar di November nilainya 25,7 juta dollar AS atau Rp 344,380 miliar naik 106,81 persen ke Desember menjadi 53,1 juta dollar AS atau Rp 711,540 miliar.
Untuk anggur di November nilainya 28,8 juta dollar AS atau Rp 385,920 miliar naik 52,98 persen ke Desember menjadi 44,1 juta dollarAS atau Rp 590,940 miliar. Lalu untuk jeruk mandarin di November nilainya 570,2 ribu dollar AS atau Rp 7,6 miliar naik 1.727,23 persen ke Desember menjadi 10,4 juta dollar AS atau Rp 139,360 miliar .
Selain itu, adapula pir segar di November nilainya 11,4 juta dollar AS atau Rp 152,760 miliar naik 85,30% ke Desember yang menjadi 21,1 juta dollar AS atau Rp 282,740 miliar. Lalu ada buah longan/lengkeng yang di November nilainya 17,03 juta dollar AS atau Rp 228,202 miliar tumbuh 14,18% ke Desember menjadi 19,4 juta dollar AS atau Rp 259,960 miliar.
Neraca Perdagangan Indonesia sepanjang 2017 mengalami surplus US$ 11,84 miliar. Tren surplus ini terus dialami sejak 2015. Total ekspor di 2017 tercatat US$ 168,728 miliar dengan impor US$ 156,893 miliar.
Meski alami surplus, namun khusus neraca perdagangan Indonesia di Desember 2017 mengalami defisit US$ 270 juta dengan eskpor US$ 14,8 miliar atau turun 3,45% dan impor US$ 15,06 miliar atau turun 0,29%. Kecuk menyebutkan, tumbuhnya impor buah-buahan terlihat dari sektor konsumsi di Desember 2017 yang alami pertumbuhan 2,43% (mtm) dengan nilai US$ 1,37 miliar.
Dia menyebutkan, impor yang berasal dari sektor bahan baku/penolong dengan nilai US$ 10,99 miliar mengalami turun 1,17% (mtm). Sedangkan untuk sektor barang modal nilainya US$ 2,70 miliar atau tumbuh 2,02%.
"Barang modal naik tipis 2,02%, tapi YoY naik tinggi 20,90%, jadi impor turun tipis karena penurunan bahan baku," ungkap dia. *
"Untuk barang konsumsi naik 2,43 persen tapi perannya jauh dibanding bahan baku. Yang naik antaranya apel, anggur, dan jeruk mandarin, ini mendekati hari raya imlek," kata Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (15/1) seperti dilansir detik. Jika melihat data BPS, impor apel segar di November nilainya 25,7 juta dollar AS atau Rp 344,380 miliar naik 106,81 persen ke Desember menjadi 53,1 juta dollar AS atau Rp 711,540 miliar.
Untuk anggur di November nilainya 28,8 juta dollar AS atau Rp 385,920 miliar naik 52,98 persen ke Desember menjadi 44,1 juta dollarAS atau Rp 590,940 miliar. Lalu untuk jeruk mandarin di November nilainya 570,2 ribu dollar AS atau Rp 7,6 miliar naik 1.727,23 persen ke Desember menjadi 10,4 juta dollar AS atau Rp 139,360 miliar .
Selain itu, adapula pir segar di November nilainya 11,4 juta dollar AS atau Rp 152,760 miliar naik 85,30% ke Desember yang menjadi 21,1 juta dollar AS atau Rp 282,740 miliar. Lalu ada buah longan/lengkeng yang di November nilainya 17,03 juta dollar AS atau Rp 228,202 miliar tumbuh 14,18% ke Desember menjadi 19,4 juta dollar AS atau Rp 259,960 miliar.
Neraca Perdagangan Indonesia sepanjang 2017 mengalami surplus US$ 11,84 miliar. Tren surplus ini terus dialami sejak 2015. Total ekspor di 2017 tercatat US$ 168,728 miliar dengan impor US$ 156,893 miliar.
Meski alami surplus, namun khusus neraca perdagangan Indonesia di Desember 2017 mengalami defisit US$ 270 juta dengan eskpor US$ 14,8 miliar atau turun 3,45% dan impor US$ 15,06 miliar atau turun 0,29%. Kecuk menyebutkan, tumbuhnya impor buah-buahan terlihat dari sektor konsumsi di Desember 2017 yang alami pertumbuhan 2,43% (mtm) dengan nilai US$ 1,37 miliar.
Dia menyebutkan, impor yang berasal dari sektor bahan baku/penolong dengan nilai US$ 10,99 miliar mengalami turun 1,17% (mtm). Sedangkan untuk sektor barang modal nilainya US$ 2,70 miliar atau tumbuh 2,02%.
"Barang modal naik tipis 2,02%, tapi YoY naik tinggi 20,90%, jadi impor turun tipis karena penurunan bahan baku," ungkap dia. *
Komentar