TPS di Jatiluwih Belum Dilengkapi Mesin Pencacah Sampah Plastik
Satu lagi tempat pengolahan sampah reuse, reduce, dan recycle (TPS 3R) diresmikan di Banjar Kesambah Kelod, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan oleh Bupati Ni Putu Eka Wiryastuti, Jumat (19/1).
TABANAN, NusaBali
TPS yang dikelola oleh Manajemen DTW Jatiluwih ini akan melayani sampah di delapan banjar dan sejumlah restoran. Namun sayang sekitar 10 persen sampah plastik yang dihasilkan, ternyata tidak bisa diolah. Hal ini karena TPS tersebut belum punya mesin pencacah sampah plastik.
Manajer DTW Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa, menjelaskan sampah plastik yang dihasilkan memang belum bisa dikelola di TPS ini. Namun dari hasil pemilahan, khusus sampah plastik akan dijual ke pengepul. Sembari melatih 6 petugas yang ada agar bisa mengolah sampah plastik. “Ini masih kami carikan solusi,” imbuhnya.
Diakui, TPS terbentuk berawal dari permasalahan masyarakat yang buang sampah ke kuburan atau ke got. Karena Jatiluwih kawasan wisata, jika dibiarkan ke depan akan berakibat fatal. “TPS ini anggarannya dibantu oleh Pemkab Tabanan, DTW Jatiluwih yang diberikan kewenangan mengelola,” kata Sutirtayasa.
Sutirtayasa optimistis TPS 3R ini akan berjalan lancar. Tidak ada macet dan lainnya. Sebab sampah-sampah organik sekitar 30 persen yang dihasilkan, akan dibuat pupuk dan dijual, juga akan dibuat kerajinan cenderamata. “Di sini juga akan didukung desa dan adat. Kami optimistis bisa berjalan baik,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan Anak Agung Raka Icwara, menyebutkan terkait belum adanya mesin pengolah sampah plastik, nanti pihaknya akan mengajak pihak pengelola belajar membuat paving plastik ke pabrik plastik di Jember, Jawa Timur. “Akan dikawal ini supaya benar-benar bagus pengolahannya,” ujarnya.
Diakuinya, TPS 3R ini bersumber dari anggaran APBD Tabanan sebesar Rp 644 juta lebih. Diawali pembangunan pada Juli 2017 dengan tanah seluas 10 are. “Saya harapkan ini berjalan maksimal, terkait dengan sisa pengolahan atau residu akan kami ambil untuk dibuang ke TPA Banjar Mandung, Kerambitan,” tegasnya.
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, menjelaskan pihaknya memplotkan anggaran kepada masyarakat Jatiluwih dalam pengelolaan sampah. Karena Jatiluwih yang merupakan warisan budaya dunia harus dijaga terutama kebersihan lingkungan.
Diakui memang masih banyak yang harus disempurnakan seperti melatih petugas agar bisa mengolah sampah dengan baik dan bersinergi dengan bank sampah. “OPD terkait tolong dikawal ya supaya semua bisa terintegrasi,” tuturnya.
Terkait belum adanya mesin pencacah plastik, petugas akan belajar ke Jember membuat paving dari plastik. “Kebetulan juga masih punya dana CSR akan dikaji perda-nya serta eksekusinya seperti apa. Yang saya harapkan program CSR ini bisa membantu masyarakat dalam mengolah sampah termasuk mesin itu,” tandas Bupati Eka. *d
TPS yang dikelola oleh Manajemen DTW Jatiluwih ini akan melayani sampah di delapan banjar dan sejumlah restoran. Namun sayang sekitar 10 persen sampah plastik yang dihasilkan, ternyata tidak bisa diolah. Hal ini karena TPS tersebut belum punya mesin pencacah sampah plastik.
Manajer DTW Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa, menjelaskan sampah plastik yang dihasilkan memang belum bisa dikelola di TPS ini. Namun dari hasil pemilahan, khusus sampah plastik akan dijual ke pengepul. Sembari melatih 6 petugas yang ada agar bisa mengolah sampah plastik. “Ini masih kami carikan solusi,” imbuhnya.
Diakui, TPS terbentuk berawal dari permasalahan masyarakat yang buang sampah ke kuburan atau ke got. Karena Jatiluwih kawasan wisata, jika dibiarkan ke depan akan berakibat fatal. “TPS ini anggarannya dibantu oleh Pemkab Tabanan, DTW Jatiluwih yang diberikan kewenangan mengelola,” kata Sutirtayasa.
Sutirtayasa optimistis TPS 3R ini akan berjalan lancar. Tidak ada macet dan lainnya. Sebab sampah-sampah organik sekitar 30 persen yang dihasilkan, akan dibuat pupuk dan dijual, juga akan dibuat kerajinan cenderamata. “Di sini juga akan didukung desa dan adat. Kami optimistis bisa berjalan baik,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan Anak Agung Raka Icwara, menyebutkan terkait belum adanya mesin pengolah sampah plastik, nanti pihaknya akan mengajak pihak pengelola belajar membuat paving plastik ke pabrik plastik di Jember, Jawa Timur. “Akan dikawal ini supaya benar-benar bagus pengolahannya,” ujarnya.
Diakuinya, TPS 3R ini bersumber dari anggaran APBD Tabanan sebesar Rp 644 juta lebih. Diawali pembangunan pada Juli 2017 dengan tanah seluas 10 are. “Saya harapkan ini berjalan maksimal, terkait dengan sisa pengolahan atau residu akan kami ambil untuk dibuang ke TPA Banjar Mandung, Kerambitan,” tegasnya.
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, menjelaskan pihaknya memplotkan anggaran kepada masyarakat Jatiluwih dalam pengelolaan sampah. Karena Jatiluwih yang merupakan warisan budaya dunia harus dijaga terutama kebersihan lingkungan.
Diakui memang masih banyak yang harus disempurnakan seperti melatih petugas agar bisa mengolah sampah dengan baik dan bersinergi dengan bank sampah. “OPD terkait tolong dikawal ya supaya semua bisa terintegrasi,” tuturnya.
Terkait belum adanya mesin pencacah plastik, petugas akan belajar ke Jember membuat paving dari plastik. “Kebetulan juga masih punya dana CSR akan dikaji perda-nya serta eksekusinya seperti apa. Yang saya harapkan program CSR ini bisa membantu masyarakat dalam mengolah sampah termasuk mesin itu,” tandas Bupati Eka. *d
Komentar